Buah jatuh dari pohon diterpa barangkali angin mungkin
Akibat beratnya sendiri
Newton tercenung diam, apa yang membuat bintang
Menggelantung
Tapi buah jatuh tanpa disuruh
Di suatu pagi matahari masih kilatan emas
Burungburung terbang melintas
Di atas atapatap daundaun bergesekan
Karsen jatuh tanpa disuruh
Menerpa kursi bambu
Namun tak ada yang tercenung
Mengapa bintang masih di atas sana
Juga buah masih terus berjatuhan
Menggelinding
Sudah tiada Newton pagi ini
The following two tabs change content below.
Bahrul Amsal
Blogger
Blogger paruh waktu dan ayah dari Banu T. El Baqir. Penulis buku "Jejak Dunia yang Retak" (2012).
Latest posts by Bahrul Amsal (see all)
- The White Tiger: Kemiskinan itu Menjengkelkan dan Karena itu Harus Dilawan - Februari 23, 2021
- Sebuah Obituari Kang Jalal: Adiós Maestro - Februari 17, 2021
- Filsafat di Masa Kini, Untuk Apa? - Februari 16, 2021
- Asal Muasal Pembangkangan dan Masa Depan Umat Manusia - Februari 9, 2021
- Bahaya Laten Identitas - Februari 2, 2021
Menarik puisinya, apalagi jika judulnya di ubah tiada Ishak kali. sudah pasti ia akan mengamuk dan memanggil kepala suku Naulu penggal kepala yang di dengung-dengungkan.