Tanyaku
Aku ingin mengetahui, asal kata-kata itu,
hingga ia mudah menjadi cerita.
Aku ingin mengetahui, awal mula waktu itu,
hingga ia menjawab setiap cita-cita.
Aku ingin mengetahui, hulu sungai keberadaan itu,
hingga ia mengalir sekaligus menyata.
Sebuah isyarat
Ia memang sebuah bahasa
Tapi, tak terekam abjad a, b dan seterusnya
Ia hanya terbaca indra
Sekaligus penyebab segala tuna indra
Hadirnya mencipta segala gulita
Meski ia jalan menuju cahaya yang baka
Tak perlu dipinta, akan tiba bila sudah masanya
Aku
Sedikit menghamba, banyak mendamba
Sedikit mengabdi, banyak menanti
Sedikit kasih, banyak pamrih
Sedikit berkaca, banyak mencerca
Sedikit membaca, banyak berkata
Sedikit berpeluh, banyak mengeluh
Selalu terlambat, berharap cepat
Dia tetap bekerja
Badan yang lemah, bertambah, berlipat-lipat lemahnya
Tak membuatnya berhenti bekerja.
Di bawah guyuran hujan
dalam sengat panas
Gigil dingin yang menikam
Dia tetap bekerja.
Senyum meringankan kerjanya.
Ikhlas penikmat kerjanya.
Bekerja jalan ibadahnya.
Cela selalu mendera,
Menginterupsi kerjanya
Mundur pun datang menyandera,
Menghiburnya untuk duduk istirahat
Tapi, dia tetap bekerja.
Ahmad Rusaidi
Latest posts by Ahmad Rusaidi (see all)
- Demi Waktu dan Puisi Lainnya - Agustus 17, 2020
- Urgensi Sikapaccei dalam Melawan Covid 19 - Mei 22, 2020
- Tanyaku dan Puisi-Puisi Lainnya - Mei 17, 2020
- Presiden-Presidenan - Mei 5, 2019
- Dari Calistung ke Literasi - Oktober 9, 2018
Membaca puisi-puisi Ahmad Rusaidi serupa saya memasuki sebuah taman dengan diksi-diksi yang indah. Lalu di taman itu saya diperkenalkan bahwa segala yang indah itu tidak sekedar untuk dilihat dan dibaca, namun gunakan nurani untuk merasa.
Terima kasih redaktur kalaliterasi