Aku Ingin Memetik Mawar
Belati kau tanam tepat di jantungku
Sebelum mawar itu kupetik
Selepas hujan datang mengetuk
Di taman penuh bunga dan duka
Dada ini adalah tanah yang begitu subur
Kau menanam cinta, tak akan kau petik luka
Kau menanam luka, silakan memetik duka
Lalu apa yang ingin kau petik, jika menanam belati tepat di jantungku?
Makassar, 2016
Aku Menunggumu di Kelopak Mawar
Tulisan hanyalah kata-kata yang kesepian.
Ia membutuhkan kata yang lain untuk selalu menemaninya.
Begitupun tanda baca yang selalu ia harapkan menyatu dengannya di akhir kalimat.
Tak ada hal lain yang ia miliki selain dirinya sendiri.
Lalu bagaimana dengan kertas yang setia menunggu curahan hati pena?
Apakah ia akan tetap kosong jika tak ada pena yang bercerita kepadanya?
Setia hanyalah kata lain yang selalu kita gunakan untuk membahagiakan diri sendiri.
Sebab tak ada kesetiaan yang tak menanggung derita.
Jika seseorang benar mencintaimu, maka ia akan senantiasa membacamu.
Sebab ia tahu cinta yang dicari tertulis pada kelopak mawar.
Apakah ia mencintai pencipta kata atau kata-kata itu sendiri?
Tak ada yang benar-benar dimiliki oleh kata selain dirinya sendiri.
Makassar, 2016
Mawar Hitam
Kau tahu penjara?
Ruang persegi, gelap, dan penuh penghapus dosa
Aku tahu kau tahu penjara
Kau pernah cerita tentang para penjarah yang dipenjarakan
Sebagian diriku sudah kupenjarakan bersama masa silam
Sebagian diriku kupenjarakan didalam kepalaku sendiri
Bersama setangkai mawar hitam penuh duri
Buat apa bunga mawar itu?
Aku pernah menyaksikan seseorang terbunuh oleh mawar hitam
Seseorang yang sangat mencintai bunga : Bunga Mawar
Aku juga sedang jatuh cinta kepada bunga indah itu
Disaat yang sama dia memesonamu, juga sebaliknya dapat membunuhmu
Aku rela dipenjarakan didalam kepalaku sendiri
Sambil memegang setangkai mawar yang kupetik sendiri di taman tempat kita berteman
Seulas senyum kau jatuhkan di mataku
Sebelum aku jatuh dipelukanmu dan kau membunuhku
Makassar, 2016
Memimpikan Mawar-Mawar
Aku lupa kapan terakhir kali melihatmu di taman.
Tapi aku tak lupa kapan kita menjadi teman.
Aku lupa kenapa kita bisa bertemu di taman.
Tapi aku tak lupa, ketika kau memintaku menjadi teman.
Ditaman itu, kujumpai begitu banyak bunga.
Juga bunga-bunga yang ditanamkan seseorang di matamu.
Matamu adalah taman terindah yang pernah kudatangi.
Disana tumbuh subur mawar-mawar yang kini selalu kumimpikan.
Mawar tumbuh di taman penuh bunga itu.
Cinta tumbuh di matamu.
Luka tumbuh di hatiku.
Sebab yang tumbuh diantara kita hanyalah sebatas teman.
Makassar, 2016
Menanam Mawar
Bunga mawar itu bukanlah tanaman yang nyata, katamu.
Tidak akan pernah tumbuh ditempat manapun, kecuali dikepalamu sendiri.
Kau menanamnya dikepalamu lalu berharap dapat kau petik segera.
Kau selalu memuja keindahannya. Ia punya warna yang bermacam-macam dan duri di tangkainya.
begitulah kau menceritakannya padaku.
Didepan sana, perempuan bermata sendu sedang menyanyikan lagu dengan suara yang merdu.
Mungkin saja dia juga menanam mawar dikepalanya seperti yang kau lakukan.
Kepalamu adalah tanah yang subur. Aku percaya jika mawar hanya tumbuh dikepalamu
Sedang matamu adalah lautan yang jauh lebih basah daripada Desember.
Ia akan membasahi pipimu ketika duri mawar menusuk tanganmu.
Mungkin kamulah orang yang paling senang bersedih.
jika itu membahagiakanmu, tanamlah beberapa lagi
suatu hari nanti akan kubantu kau memetiknya, jika itu perlu
Makassar, 2016
http://erool.deviantart.com/art/lady-rose-545766865