Riak Kemacetan Berpikir dan Puisi-puisi Lainnya

Riak Kemacetan Berpikir

 

Senja kini

Sebutir embun pun tak terlihat

Sapaan angin melangkah pergi

Mentari tenggelam ditelan kepulan asap

Menyambut bibir malam menyapa

*

Tuhan seakan merasa iba

Menyaksikan unjuk rasa mahasiswa

Seolah kebenaran seharga nasi bungkus

Menjadi sampah kala telah disantap

Ironisnya

mereka membela hak rakyat

mereka membenci penindasan

Seakan-akan haus pada harmonisasi dan keadilan

Namun anehnya

Menutup jalan adalah solusi, kata mereka.

Merampas hak pengguna jalan raya

Tak bisa maju, tak bisa mundur

Kemacetan pun terjadi.

Semua itu

Riak kemacetan berpikir

Oleh para mahasiswa demonstran.

 

Ironi Sebuah Identitas

 

Puing-puing air mata pertiwi merobek tanah

Pemuda kini tinggal tubuh tanpa nyawa

Hidup berkalang dusta tanpa makna

Itulah manusia modernitas

 

Panggung sandiwara telah dimainkan

Pandanglah Bung Karno di dinding sekolah

Bapak tersenyum dengan luka

Menatap Indonesia penuh derita

 

Bangsa Indonesia

Negeri yang kaya akan kemiskinan

Negeri yang miskin akan kekayaan

Negeri tempatku lahir dan dibesarkan

 

Namun ada yang aneh di negeri ini

Ada yang berubah dari bangsaku ini

Hasrat rakyat kian membisu

Terdengar oleh mereka, wakil rakyat yang tuli.

*

Mahasiswa Kesehatan menderita penyakit

Mahasiswa Ekonomi tak tahu bisnis

Mahasiswa Hukum tak kenal hukum

Mahasiswa Sosiologi lupa masyarakat

Mahasiswa Teknik bermental buruh

Bahkan, Mahasiswa Filsafat tak kenal harmonisasi dan keadilan.

 

Kemana Ibnu Sina?

Kemana John Adam Smith?

Kemana Hugo De Groot?

Kemana August Comte?

Kemana Thomas Alva Edison?

Kemana Socrates, Plato, dan Aristoteles?

 

Mungkinkah mereka tertawa?

Ataukah mereka menangis?

Biarlah tawa dalam tangisan menyambut sebuah ironi.

 

Wahai Mahasiswa

Kemana kata MAHA yang penuh makna?

Yang ada hanyalah

Maha apatis terhadap identitasmu sendiri

 

 

Agamawan Salah Kaprah

 

Dan kini

Tuhan kembali eksis di negeriku

Mereka membenci demi rasa cinta pada-Nya

Mereka mencuri demi bersedekah pada-Nya

Mereka membunuh demi membela-Nya

 

Seakan tuhan sangat rindu

Merindukan pujian

Merindukan kebaikan

Merindukan pembelaan

 

Bahkan

Mereka telah menjual nilai ketuhanan

“Sangat laku di pasaran”, kata mereka.

 

Para agamawan

Bertingkah seakan dirinya Tuhan

Berbicara seakan dirinya wakil Tuhan

 

Membela eksistensi ketuhanan

AkankahTuhan itu mati?

Yah, mati

Mati dibunuh oleh manusia hina

Bergelar penyelamat Tuhan.

 

Ilustrasi: http://sebmaestro.deviantart.com/art/Mind-devour-245696686

  • Entah pendengarannya seorang kisanak kurang jelas, atau kata-kata saya tak tangkas, sehingga ajakan saya ke satu hajatan disalah-pahami. Betapa tidak, Gusdurian menghelat haul Gus Dur, dia tangkap sebagai acara makan durian, terlebih lagi bakal minum jus durian. Mungkin kata Gusdurian menjadi biangnya. Apalagi sudah masuk musim durian. Sesarinya, hajatan haul Gus Dur (K.H. Abdurrahman Wahid,…

  • (Suatu Tinjauan Sosiologi Kekerasan) Kawasan Timur Tengah kembali memanas pasca kelompok Hamas Palestina menggencarkan serangan mendadak ke Israel tidak jauh di perbatasan Gaza, Sabtu (7/10/23) dini hari waktu setempat. Akhir pekan yang berubah mencekam, karena serangan ribuan nuklir itu tepat ditujukan ke Tel Aviv dan Yerusalem, menembus sistem pertahanan Iron Dome menghancurkan banyak bangunan. Frank…

  • Aktivitas manusia di era sosial media adalah produksi dan distribusi konten. Konten quote-quote adalah konten yang paling banyak berseliweran. Quotation adalah sebuah kalimat atau syair pendek yang disampaikan dalam rangka memberi makna ataupun mengobati perasaan derita dalam hidup. Penderitaan divisualisasikan dan didistribusikan melalui quote pada jejaring sosial media dalam upaya agar setiap orang diharapkan dapat…

  • “Saya tidak memikirkan representasi kecantikan yang lebih baik daripada seseorang yang tidak takut menjadi dirinya sendiri.” Pernyataan Emma Stone ini memberi sugesti pada saya betapa cantiknya seorang perempuan yang dikisahkan oleh dosen-dosen filsafat, dan yang digambarkan dalam film Agora yang pernah saya tonton. Sekitar 8 Maret 415 Masehi, kota Alexandria (Mesir) telah menjadi saksi bisu…

  • “Cita-cita kamu apa?” Ini adalah sepenggal pertanyaan yang begitu membosankan bagiku. Aku masih, dan selalu ingat. Betapa orang-orang sering mengajukannya kala aku masih di Taman Kanak-Kanak. Mulai bapak dan ibu. Tante dan om. Nenek dan kakek. Juga sepupu yang usianya terlampau jauh di atasku. Di sekolah pun demikian. Para guru kerap melontarkan deretan kalimat ini.…


Kala Literasi

Jl. Pa’ Bentengang No.6, RT.01/RW.08, Mangasa Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221