Socrates: “Kehidupan tanpa ujian adalah bentuk kehidupan yang tak berarti”

Kalimat di atas telah dipraktekkan oleh Sokrates dan telah menjadi bagian dari ritus kehidupannya. Namun makna apa kira-kira yang mungkin terkait dengan kehidupan kita. Bukankah setiap hari kita selalu mendapatkan dan merasakan ujian itu? Bukankah derita yang kita alami di dalam keseharian kita tanda bahwa kita sedang mendapatkan ujian?

Namun bagi Sokrates, hidup adalah pemaknaan dan dari pemaknaan itu kita akan memperoleh suatu bentuk justifikasi atas apa yang kita lakukan. Hampir sebagian besar dari kita dalam menjalani kehidupan, tak tahu apa yang sedang kita lakukan. Tak paham atas apa yang sedang kita kerjakan karena tak pernah menyertainya dengan sebuah perenungan. Padahal dari perenungan itulah akan lahir sebuah makna. Artinya bahkan dalam kehidupan keseharian pun kita bertaklid pada seseorang, pada lingkungan, atau kepada produk-produk iklan.

Bagi Sokrates, seseorang yang menjalani kehidupan ini dengan bertaklid berarti orang tersebut telah kehilangan entitas kebenarannya dan tak menemukan justifikasi dalam melakukan perbuatannya. Setiap insan mesti merdeka dan menemukan kemerdekaannya. Tak selayaknya seseorang memilih hidup di bawah bayang-bayang orang lain.

Setiap insan harus mampu membangun nalar atas tindakan yang dia lakukan. Tak perlu risau jika nalar dan argumentasinya tak sempurna. Argumentasi yang tak sempurna bagi Sokrates lebih mulia daripada tak punya dalil sama sekali dalam membenarkan tindakannya.

Pernah suatu ketika Sokrates berpidato di depan orang-orang Atena, “jika saya mengajukan satu pertanyaan yang sangat sederhana saja kalian tak mampu menjawabnya, tak heran jika suatu saat nanti kalian rela menumpahkan darah namun pada saat yang sama kalian tak paham apa makna keadilan?”

Setiap hari kita mengatakan, ‘bunga itu indah’, atau ‘orang itu pemberani atau berbudiluhur’, namun kita tak memahami apa makna indah, berani, dan berbudiluhur. Tugas Sokrates pada waktu itu adalah menggerakkan orang-orang yang malas berpikir agar berupaya dan berusaha untuk berpikir.

Tak heran jika Sokrates selalu menyebut dirinya, ‘pekerjaanku seperti pekerjaan seorang ibu’. Bedanya karena seorang Ibu akan melahirkan anak dari perutnya dan saya (Sokrates) akan melahirkan pikiran dari benak-benak kalian. Pada saat itu kalian akan memahami, ada sesuatu yang kalian yakini namun selama ini tak pernah anda ketahui.

Bukan itu saja, Sokrates telah mengajarkan kepada kita cara bagaimana memperoleh makna. Dialektika adalah cara terbaik dalam meraih makna. Berdialektika bagi Sokrates yakni berdialog dengan siapa saja dan memulai dengan pertanyaan yang sangat sederhana. Berfilsafat dan berdialektika adalah mengawali dialog dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana. Dan dari pertanyaan sederhana itu secara perlahan-lahan akan membawa kita kepada pertanyaan inti.

Mulai sekarang kita tak perlu takut bertanya dan tak perlu risih dengan pertanyaan sederhana yang kita ajukan. Sebab tujuan dari semua ini adalah agar hidup kita memiliki arti dan bermakna. Banyak peristiwa yang terjadi dalam keseharian kita namun kita tak pernah menanyakannya dan akhirnya berlalu begitu saja tanpa kita pernah tahu apa maknanya. Bahkan boleh jadi peristiwa tersebut kembali berulang. Dan saya sangat yakin kita akan menemukan keajaiban saat kita mulai bertanya.

Sokrates telah berusaha menunjukkan aspek keawaman kita agar kita tak selalu dalam posisi awam. Agar kita paham apa yang sedang kita lakukan. Sebab di luar sana ada orang-orang yang selalu memanfaatkan aspek keawaman kita. Bukankah orang itu layak disebut sebagai orang bodoh jika orang itu berteriak di jalanan namun tak pernah paham untuk apa dan mengapa dia harus berteriak?!

  • Entah pendengarannya seorang kisanak kurang jelas, atau kata-kata saya tak tangkas, sehingga ajakan saya ke satu hajatan disalah-pahami. Betapa tidak, Gusdurian menghelat haul Gus Dur, dia tangkap sebagai acara makan durian, terlebih lagi bakal minum jus durian. Mungkin kata Gusdurian menjadi biangnya. Apalagi sudah masuk musim durian. Sesarinya, hajatan haul Gus Dur (K.H. Abdurrahman Wahid,…

  • (Suatu Tinjauan Sosiologi Kekerasan) Kawasan Timur Tengah kembali memanas pasca kelompok Hamas Palestina menggencarkan serangan mendadak ke Israel tidak jauh di perbatasan Gaza, Sabtu (7/10/23) dini hari waktu setempat. Akhir pekan yang berubah mencekam, karena serangan ribuan nuklir itu tepat ditujukan ke Tel Aviv dan Yerusalem, menembus sistem pertahanan Iron Dome menghancurkan banyak bangunan. Frank…

  • Aktivitas manusia di era sosial media adalah produksi dan distribusi konten. Konten quote-quote adalah konten yang paling banyak berseliweran. Quotation adalah sebuah kalimat atau syair pendek yang disampaikan dalam rangka memberi makna ataupun mengobati perasaan derita dalam hidup. Penderitaan divisualisasikan dan didistribusikan melalui quote pada jejaring sosial media dalam upaya agar setiap orang diharapkan dapat…

  • “Saya tidak memikirkan representasi kecantikan yang lebih baik daripada seseorang yang tidak takut menjadi dirinya sendiri.” Pernyataan Emma Stone ini memberi sugesti pada saya betapa cantiknya seorang perempuan yang dikisahkan oleh dosen-dosen filsafat, dan yang digambarkan dalam film Agora yang pernah saya tonton. Sekitar 8 Maret 415 Masehi, kota Alexandria (Mesir) telah menjadi saksi bisu…

  • “Cita-cita kamu apa?” Ini adalah sepenggal pertanyaan yang begitu membosankan bagiku. Aku masih, dan selalu ingat. Betapa orang-orang sering mengajukannya kala aku masih di Taman Kanak-Kanak. Mulai bapak dan ibu. Tante dan om. Nenek dan kakek. Juga sepupu yang usianya terlampau jauh di atasku. Di sekolah pun demikian. Para guru kerap melontarkan deretan kalimat ini.…


Kala Literasi

Jl. Pa’ Bentengang No.6, RT.01/RW.08, Mangasa Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221