Perempuan Adat Ammatoa Kajang

Ja’bajinong seorang perempuan adat kajang berusia 45 tahun. Berkulit kuning langsat dan masih berperawakan muda. Dia ibu dari enam anak. Aktivitas sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga. Dalam adat Kajang,  Ja’bajinong seorang Angronta, atau lebih dikenal dengan Angrota Baku Atowayya.

Ja’bajinong tinggal dalam rumah berbahan kayu bitti, pohon bambu, dan atap yang terbuat dari daun sagu. Rumahnya menghadap di mana matahari terbenam. Dapurnya terletak di ruang tamu, yang mengandung nilai filosofi tersendiri.

Di sekitar  rumah Ja’bajinong banyak ditumbuhi kayu bitti, pohon bambu, dan ada juga sedikit tanaman langsat sehingga suasananya sangat sejuk. Jika menuju rumah Ja’bajinong, seseorang harus menyusuri jalan yang beralas batu kerikil yang tersusun rapi dan sebagian jalan tanah. Jarak dari pintu gerbang sekitar 700 m. Sepanjang jalan masih terasa sejuk karena masih banyak tanaman kayu-kayuan. Rumahnya terletak tidak jauh dari rumah Ammatoa,  di dusun Benteng, Desa Tanah Towa, Kec. Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Angrota Baku Atowayya perempuan penting dalam masyarakat adat Kajang. Dalam struktur adat Kajang, Angronta dibagi dua yaitu Angronta Baku Atowayya dan Angronta Baku Alolowa. Angronta memiliki tugas yaitu menyiapkan kebutuhan acara ritual adat, memfasilitasi proses pemilihan Ammatoa secara alam, melantik Ammatoa. Selain itu Angronta juga menjadi “pejabat antar waktu” pada saat Ammatoa meninggal sampai ada Ammatoa baru.

Peran perempuan dalam masyarakat adat Kajang sangat dibutuhkan baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam pelaksanaan ritual adat. Angronta Baku Atowayya (Ja’bajinong) diangkat menjadi Angronta setelah Angronta sebelumnya meninggal. Pengangkatan Angrota ditunjuk langsung oleh Ammatoa. Dalam pengangkatan Angronta memiliki syarat yaitu memiliki garis keturunan, sudah menikah, perempuan, taat dan patuh pada pasang ri Kajang, Mengetahui dan memahami acara adat Ammatoa seperti Pangandro, Andingingi dan acara adat lainnya dan mau tinggal di Rambang Sempang.

Pemilihan Angronta tidak dipengaruhi dari segi umur, juga tergantung kemampuan dalam melaksanakan pasang dan mengetahui semua acara yang dilaksanakan oleh Ammatoa. Dari segi umur Angronta Baku Atowaya lebih muda dari Baku Alolowa.

Dalam acara adat misalnya, Angronta dan  perempauan adat lainnya disibukkan dengan menyiapkan kebutuhan acara ritual adat Kajang, seperti daun siri, buah pinang, kelapa, beras, ayam dan kebutuhan lainnya. Kebutuhan tersebut dikumpulkan dari masyarakat. Kecuali beras disiapkan langsung oleh Ammatoa dan Anggronta. Salah satu acara adat ritual adat Kajang berupa Pangandro dan Andingingi dilaksanakan di kawasan hutan. Pangandro bertujuan untuk meminta hujan sedangkan Andingingi dilaksnakan pada saat pergantian musim sebagi acara tolak bala atau untuk terhindar dari jenis penyakit. Acara tersebut dilaksanakan dalam kawasan hutan agar memiliki suasana yang khusyuk.

Sedangkan aktivitas perempuan dalam rumah adalah  menenun, mewarnai sarung, mengangkat air bersih dari sumur ke rumah, dan menyediakan makanan untuk anak dan suaminya, mengambil kayu bakar baik di kebun maupun di pinngir hutan. Namun tidak hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga, Angronta juga terlibat juga dalam pertanian seperti menanam jagung, memanen, menjemur hasil pertanian, membawa ke penggilingan gabah, dan menjual hasil pertanian. Sedangkan laki-laki bekerja membajak sawah. Uniknya penanaman padi, tidak dilakukan oleh perempuan akan tetapi dilakukan oleh laki-laki. Begitupun hasil pertaniann kaum laki-laki yang membawa ke rumahnya.

Di sisi lain, Angronta juga memiliki hak dalam pengambilan keputusan dan selalu dilibatkan dalam a’borong (Musyawarah adat). Selain itu Angronta juga sering dimintai saran (patangara), baik dalam rapat pelanggaran adat atau acara ritual adat. Begitupun dengan Angronta,  selalu meminta masukan (patangara) dari Ammatoa di setiap persiapan kegiatan adat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan acara adat. Setiap pelaksanaan musyawarah adat (a’borong) di rumah Ammatoa, terlebih dahulu dikoordinasikan ke Angronta baik Ammatoa sendiri atau perwakilan Ammatoa. Dari hasil koordinasi tersebut Angronta Baku Atowayya menyampaikan juga ke Angronta Baku Alolowa. Koordinasi Ammatowa dan Angronta biasa dilaksanakan setiap bulan atau tergantung kegiatan adat yang akan dilaksanakan setiap bulannya.

Peran perempuan dalam rumah tangga masyarakat adat kajang sangat dibutuhkan  terutama dalam pengambilan keputusan. Mengambil keputusan dengan cara saling memberi masukkan antara suami dan istri (passitangara). Perempuan juga memiliki hak dalam menentukan jodoh anaknya, benih atau bibit yang akan ditanam. Sedangkan dalam penentuan penjualan hasil pertanian sepenuh ditentukan oleh perempuan. Di sisi lain banyak juga perempuan yang bekerja sebagai kuli bangunan. Mereka tidak hanya di kampungnya saja menjadi kuli bangunan, akan tetapi mereka juga keluar kota. Dan di tangan perempuan tercipta sarung dan passapu serta mewarnainya dengan warna hitam yang berasal dari tanaman tarung (tarum), sebagai ciri khas orang Kajang.

Perempuan dalam masyarakat adat Kajang tidak hanya menjadi ibu rumah tangga semata. Akan tetapi perempuan  memiliki peran yang sangat penting dalam struktur adat Kajang, apa lagi dalam pengambilan keputusan, baik dalam adat maupun dalam rumah tangga.

 


sumber gambar: educationtechnologysmart.wordpress.com

One thought on “Perempuan Adat Ammatoa Kajang”

  1. Deminsi utamanya peran partisipasi perempuan dalam mengambil keputusan di internal keluarga. jadi harus di ambil conto lani apa bedanya perempuan kajang dan perempuan diluar kajang dan penting ada conto pendedanya a/ conto kasusu,
    untuk lebih menarikya lagi penting ditonjolkan kerja-kerja sekteor perempuan kajang yang menjadi ketetapan adat kajang,
    disisi lainya cara kerja kebudanyan ini penting di bren sila-sila yang bisa menjadi penhulu utama Angrota Baku Atowayya kenapa menjadi perempuan penting, harus terjelaskan minimal ciri utamanya,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *