Memelihara Keingintahuan Manusia

Sejujurnya, ada ingatan kecil yang enggan saya masukkan ke ruang pelupaan. Saat pertama kali membaca sains sebagai hal yang mengagumkan. Akan tetapi, di balik ruang mengagumkan itu terselip kecemasan dan kecurigaan.

Kekaguman itu datang dari seorang bernama Sir Alexander Flemming. Seorang berkebangsaan Skotlandia secara tidak sengaja menemukan Penicillin pada tahun 1929. Penicillin adalah antibiotik pertama yang menggaris manusia dari ancaman kematian infeksi bakteri. Tercatat rentang waktu antara 2000 sampai 2010 konsumsi antibiotik meningkat lebih dari 30 persen. Catatan ini memperpanjang sejarah manusia melawan mikroorganisme.

Cerita lain datang dari penyakit variola. Penyakit cacar yang disebabkan oleh infeksi Variola virus. Ditularkan lewat udara melalui droplet. Manusia yang terinfeksi punya kemungkinan berakhir dengan kematian. Kampanye menggunakan vaksin yang intensif World Health Organization (WHO) lakukan sejak tahun 1967. WHO menyatakan dunia bebas dari variola pada tahun 1976.

Penyakit variola ini bisa punah sebab seorang bernama Edward Jenner menggali keingintahuannya. Di usia 13 tahun, dia mengamati bagaimana virus ini menular dari satu manusia ke manusia lainnya. Sampai akhirnya, dia menemukan vaksin untuk penyakit mematikan ini.

Beruntung kini kita memiliki google untuk melacak informasi sebab lembaran kertas tidak akan cukup menceritakan kembali, kekaguman saya atas pencapaian sains saat ini. Kita bisa berada di posisi ini sebab beberapa manusia masih merawat curiosity (keingintahuan) manusia.

Jika ditanya seberapa penting keingintahuan itu? Mungkin kita akan punya jawaban masing-masing. Kita mungkin bisa ke bulan, membuat jantung orang lain berpindah ke rongga dada yang bukan asalnya, bahkan bisa membuat replika diri kita sendiri melalui kloning.

Alih-alih merawat keingintahuan kita. Di lingkungan belajar kita, kegiatan itu dikekang. Yang saat ini kita lakukan untuk memuaskan dahaga keingintahuan kita melalui hafalan. Saya ragu apakah dengan cara menghafal itu bisa benar-benar merawat keingintahuan kita.

Kegiatan merawat keingintahuan harus dengan membiasakan memeluk imajinasi dengan proses percakapan. Ini yang membuat keingintahuan menjelma menjadi pikiran tumbuh. Bukan hanya itu, menyerahkan kesemua tafsir hidup manusia ke dalam Kekuasaan Mutlak akan menyebabkan semua hal-hal di dunia ini menjadi final, tidak punya ketersambungan.

Dalam sebuah buku The Web of Life ditulis oleh Fritjof Capra tahun 1997 dikatan bahwa terjadi pemahaman baru mengenai kehidupan dilihat dari garda depan ilmiah perubahan pola pikir dari suatu pandangan mekanistik menjadi ekologis. Semua dipandang bak jaring-jaring yang memiliki keterhubungan. Semakin dalam masalah-masalah dipelajari, semakin kita percaya bahwa mereka bukan sesuatu yang dapat dimengerti secara terpisah.

Tantangan ini yang belum dijawab oleh kita hari ini. Menciptakan suasana yang mampu mempertahankan kehidupan. Lingkungan sosial dan kultural, tempat kita dapat memuaskan kebutuhan dan aspirasi kita tanpa mengurangi kesempatan bagi generasi masa depan.

Yang jelas, Museum of American History sudah menunjukkan suatu gambaran besar peristiwa sains ke depan. Di dalam museum itu diadakan pameran tentang perkembangan sains di Amerika. Pihak penyandang dana berharap dapat melihat kecanggihan pencapaian mutakhir di bidang sains.

Harapan didapatkan justru kebalikannya, yakni deretan bencana akibat kiprah dunia ilmu dan teknologi. Perusakan lingkungan yang parah, senjata pemusnah massal, peracun makanan oleh berbagai zat kimia, robotisasi industri yang mengancam para buruh pabrik, ketidakadilan sosial, berbagai eksperimen tak bermoral. Begitulah yang ditulis dalam jurnal berjudul Pergeseran Paradigma: Pada Sains, Filsafat, dan Agama Saat Ini oleh Bambang Sugiharto dengan mengutip Robert L. Park dalam essai The Danger of Voodoo Science di The New York Times pada 9 Juli 1995.

Saya tidak akan bosan mengulangi kata keingintahuan. Iya, dia yang menumbuhkan kesadaran manusia. Kekuatan itu hanya bisa ditumbukembangkan melalui kegiatan pengembangan sains literatur yang berkualitas. Serta, adanya interupsi-interupsi dari kita yang punya kecemasan agar keingintahuan manusia tidak terbunuh.

 

Sumber Gambar: https://pendidikanbuahhati.files.wordpress.com/2011/09/pertanyaan.jpg

  • Entah pendengarannya seorang kisanak kurang jelas, atau kata-kata saya tak tangkas, sehingga ajakan saya ke satu hajatan disalah-pahami. Betapa tidak, Gusdurian menghelat haul Gus Dur, dia tangkap sebagai acara makan durian, terlebih lagi bakal minum jus durian. Mungkin kata Gusdurian menjadi biangnya. Apalagi sudah masuk musim durian. Sesarinya, hajatan haul Gus Dur (K.H. Abdurrahman Wahid,…

  • (Suatu Tinjauan Sosiologi Kekerasan) Kawasan Timur Tengah kembali memanas pasca kelompok Hamas Palestina menggencarkan serangan mendadak ke Israel tidak jauh di perbatasan Gaza, Sabtu (7/10/23) dini hari waktu setempat. Akhir pekan yang berubah mencekam, karena serangan ribuan nuklir itu tepat ditujukan ke Tel Aviv dan Yerusalem, menembus sistem pertahanan Iron Dome menghancurkan banyak bangunan. Frank…

  • Aktivitas manusia di era sosial media adalah produksi dan distribusi konten. Konten quote-quote adalah konten yang paling banyak berseliweran. Quotation adalah sebuah kalimat atau syair pendek yang disampaikan dalam rangka memberi makna ataupun mengobati perasaan derita dalam hidup. Penderitaan divisualisasikan dan didistribusikan melalui quote pada jejaring sosial media dalam upaya agar setiap orang diharapkan dapat…

  • “Saya tidak memikirkan representasi kecantikan yang lebih baik daripada seseorang yang tidak takut menjadi dirinya sendiri.” Pernyataan Emma Stone ini memberi sugesti pada saya betapa cantiknya seorang perempuan yang dikisahkan oleh dosen-dosen filsafat, dan yang digambarkan dalam film Agora yang pernah saya tonton. Sekitar 8 Maret 415 Masehi, kota Alexandria (Mesir) telah menjadi saksi bisu…

  • “Cita-cita kamu apa?” Ini adalah sepenggal pertanyaan yang begitu membosankan bagiku. Aku masih, dan selalu ingat. Betapa orang-orang sering mengajukannya kala aku masih di Taman Kanak-Kanak. Mulai bapak dan ibu. Tante dan om. Nenek dan kakek. Juga sepupu yang usianya terlampau jauh di atasku. Di sekolah pun demikian. Para guru kerap melontarkan deretan kalimat ini.…


Kala Literasi

Jl. Pa’ Bentengang No.6, RT.01/RW.08, Mangasa Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221