Kehadiran Marxisme adalah satu bentuk perlawanan terhadap ideologi kapitalisme liberal. Marxisme dengan berkeyakinan kepada ‘materialisme dialektika dan materialisme historis atau determinisme historis’ mencoba memberikan alternatif baru dalam menyelesaikan persoalan ketidakadilan yang sedang melanda dunia. Karl Marx mencoba melampaui pemikiran yang sedang mendominasi saat itu. Dan terbukti Marxisme di abad 19 dianggap sebagai ideologi yang mempengaruhi separuh dari jumlah ummat manusia. Marxisme adalah warisan pemikiran filsafat dari abad 17 hingga abad 19.
Di sisi lain, meskipun Marxisme telihat melakukan perlawanan begitu keras terhadap kapitalisme liberal namun jalan keluar yang ditawarkan dalam membebaskan manusia dari cengkeraman ideologi kapitalisme masih berada dalam bingkai modernitas. Marxisme belum bisa keluar dari batasan-batasan pemikiran modernitas sebab kehadirannya pun merupakan suatu keniscayaan dari atmosfir modernitas.
Karl Marx mencoba membebaskan manusia dari keterasingan, ketidakadilan yang disebabkan oleh kelas sosial, imperialisme, dan kefaqiran. Namun Karl Marx belum bisa memahami bahwa kefaqiran, ketidakadilan, dan keterasingan berasal dari keniscayaan esensi peradaban moderen. Oleh sebab itu, jika Karl Marx ingin keluar dari persoalan-persoalan tersebut, tak ada jalan lain kecuali keluar dari bingkai pemikiran humanisme dan modernitas.
Sepeninggal Karl Marx (1883) berdampak serius terhadap perkembangan Sosialisme Marxist, selain mengalami perpecahan, terlihat pula terjadi krisis teori dan implementasi dalam perkembangan selanjutnya. Munculnya tokoh Eduard Bernstein dan Karl Johann Kautsky serta kehadiran Leninisme, Stalinisme, dan Maoisme adalah bukti terjadinya friksi dalam tubuh Marxisme. Keruntuhan dan kegagalan Uni Soviet semakin memperparah krisis yang terjadi dan krisis tersebut berdampak kepada krisis teori dan implementasi. Bahkan ideologi Marxis pada saat itu sudah tak dianggap sebagai ideologi yang mendominasi.
Di awal-awal abad 20 hadir tokoh-tokoh yang mencoba menafsirkan ulang ajaran Marx yang disebut dengan mazhab revisionisme. Bernstein dan Kautsky beserta tokoh-tokoh sosialis lainnya yang berasal dari Jerman, Austria, dan Ingris yang memiliki kecendrungan dalam ranah politik, menerima sebagian gagasan liberal seperti gagasan parlementarisme, individualisme, dan hak milik bebas kapital. Dan dalam perkembangan selanjutnya, gagasan revisionis ini disebut dengan sosial demokrasi. Mereka sangat memulikan hak-hak privasi dan tidak meyakini keniscayaan membangun gerakan revolusi atas masyarakat liberal. Mereka hanya menginginkan perubahan secara evolusi terhadap undang-undang yang memihak kepada kaum lemah.
Pasca perang dunia kedua, terjadi perubahan ideologi di dalam tubuh partai komunis Perancis dan Italia dan selain hal tersebut, terbentuk juga persatuan komunis Eropa pada saat itu. Namun kedua faktor tersebut justru membuat posisi sosial demokrat Eropa pada saat itu semakin menguat. Seiring dengan berjalannya waktu, krisis yang menimpa sosialisme marxis di kancah dunia internasional dan munculnya neo-liberal di Barat pada saat itu, akhirnya sosial demokrat menyatakan dirinya bergabung di dalam ideologi liberal. Sejak saat itu sosial demokrat Eropa berada di bawah garis ideologi liberalisme.
John Rawls dianggap sebagai penggagas teori sosial liberal. Perkawinan kedua gagasan sosial dan liberal justru menegaskan keberadaan kapitalisme yang menjunjung tinggi hak-hak privasi, mencari keuntungan sebanyak mungkin, memperluas jurang ketidakadilan, dan menegaskan nilai-nilai borjuis. Namun harus diakui, sosial demokrat liberal atau liberalisme sosial demokrat menjadi gagasan yang paling dominan di dunia barat pada saat ini.
Bangsa kita juga punya sejarah kelam dengan komunis, lebih khusus lagi PKI. Begitu kelam sejarah PKI sehingga bangsa kita tak membiarkan satu langkah pun mereka bisa hidup bebas di negeri yang kita cintai ini. Namun akhir-akhir ini kita disibukkan dengan keberadaan PKI. Seolah mereka baru saja bangun dari tidur panjangnya dan ibarat zombie-zombie yang setiap saat akan menyerang dan mengisap darah kita. Meskipun komunisme sudah lama mati, namun seolah-olah ada yang sedang berusaha membangunkan mereka dari kuburannya. Apa ada yang tahu apa alasannya? Karena politik kita tak lagi membangun gagasan masa depan.
sumber gambar: Google
Muhammad Nur Jabir, lahir di Makassar, 21 April 1975 Pendidikan terakhir: S2 ICAS – PARAMADINA. Jabatan saat ini: Direktur Rumi Institute Jakarta. Telah menulis buku berjudul, Wahdah Al-Wujud Ibn ‘Arabi dan Filsafat Wujud Mulla Shadra.
“Karena Politik kita tak lagi membangun gagasan masa depan”,
Terjebak pada mempertahankan dan merebut kekuasaan, sehingga lupa membangun. Dialetika hanya bergerak pada satu sisi dan seakan akan berhenti membangun peradaban, bukan begitu ustadz Nur?