Jendela
Saban pagi aku membukanya
Menyingkap tirainya beserta doa-doa
Angin baik, hujan dan kicau burung
dan embun sisa semalam pada kisi-kisinya
Saban pagi aku selalu membukanya
Suatu saat di bilangan pagi yang entah keberapa
Wajahmu muncul di balik tirai
beserta doaa-doaa..
Makassar, Juli 2017
Katamu, tidak semua bisa diungkapkan lewat kata-kata
Seperti malam pada gulita
Dan api pada nyala
Sunyi kita berbicara
Semesta menciut sebatas pelukan
Seperti malam pada gulita
Katamu tidak semua bisa diungkapkan lewat kata-kata
Tapi aku adalah mata
yang mencari petanda
Seperti api pada nyala
Tidakkah kau tahu?
Benda bermula dari kata
Kata menjadi kerja
Dan kerja adalah sikap
Seperti api pada nyala
Sunyi kita berbicara
Tapi aku tidak mau selamanya
menatap matamu
Menebak-nebak isi kepalamu
Makassar, Juli 2017
Pintu
Aku memikirkan sebuah pintu
dengan gagang gading yang berkelotak
saban memikirkanmu
Dan terbuka membawaku padamu setiap kali aku rindu
Makassar, September 2017
Fatmawati Liliasari lahir pada 11 Juni 1995. Menulis baginya adalah sebuah kebutuhan, seperti bernapas, sebab setiap kali ia melakukannya rasanya seperti pulang ke rumah. Ia juga menjadikan menulis sebagai sarana baginya menebar kebaikan, bermanfaat bagi sesama. Selain membaca dan menulis, gadis yang menyukai tantangan ini juga senang sekali bertualang. Mengunjungi tempat-tempat jauh, bertemu orang-orang baru, cara hidup tak biasa, nilai-nilai hidup yang baru, juga bahan untuk menulis lagi. Di samping itu ia juga sering sekali melamun. Ia sangat terilhami pada salah satu kalimat Andrea Hirata dalam Laskar Pelangi, bahwa hidup tentang memberi sebanyak-banyaknya bukan menerima sebanyak-banyaknya. Bukunya yang pernah terbit ialah kumpulan puisi Dari Galesong Kepada Indonesia (2016). Ia bisa dihubungi lewat email fatmalilia5@gmail.com atau nomor ponsel 085146373850.