Samita dan Puisi-Puisi Lainnya

Samita

 

“Pada suatu ketika
Sesekali aku menguluk senyum,
Tidak ada balasan..
Kemudian sedikit tertawa..
Lalu..
Diam..
Setelahnya, aku memilih pergi..
Pulang dan berjumpa kesunyian..
Di rumah, Samita menunggu hendak menemani sepi malamku
Samita, gadis yang penuh rasa keingintahuan..
Samita sesaat menjadi penawar qalbu yang diterpa badai kerinduan..
Berdua menikam malam dengan secangkir kopi hitam..
Berbincang tentang batik hingga kedirian dan kesendirian
Syahdu kita dalam romantisme sederhana..
Larut dalam keberduaan yang tunggal..
Dan ba bi bu
Hilang dalam kenikmatan..

 

 

Siklus

 

Siklusnya berulang
Seperti lingkaran setan tak berujung
Membikin pusing
Kepala pun jadi pening

Hitam
Putih
Hitam
Putih

Putih lagi
Hitam lagi
Kembali ke putih lagi
Hitam lagi-lagi

Tidaklah ada getar ketakutan di dadamu?
Akan suatu masa dikau tidak lagi menjadi putih setelah hitam lakumu?
Lalu maut menyapa,
Tiada guna lagi sesalmu

Rindu dan Kota Cinta Habibi Ainun
Suatu malam dalam perlintasan
Di kota cinta Habibi-Ainun
Kerlap-kerlip lampu jalan
Menyingkap tabir gelap
Aku berdiri tegap
Menatap nanar senyap
Sayup-sayup
Lagu pop dari tape recorder
Bertajuk cinta terdengar
Aku melankolis
Semua menjelma si gadis
Tersenyum manis
Bak cahya rembulan nan tipis

Berdesir qalbu diterpa angin kerinduan
Kepada si gadis rupawan
Yang mengulurkan tangan
Menarikku dari lumpur kealpaan

Dia adalah karunia Ilahi
Yang melembutkan kerasnya hati
Dia menabur ayat-ayat cinta
Menjadi spirit meraih taqwa
Meniti shiratal mustaqim kepadaNya

Tapi ada masa aku bersujud syahdu
Berharap cinta dan rindu
Kepada si gadis di angkat
Takut kembali tersesat
Atau hilang nikmat
Andai boleh aku meminta
Dahsyatnya rindu dan cinta
Hanya kepada Allah dan Rasulnya
Agar tenggelam di samudera hakiki
Yang diliputi nur rahman, Nur magfirah, Nur hidayah, Nur Muhammad, dan Nur Ilahi..
Karena itulah cinta hakiki..

 

 

Bunga

 

Yudisium
Bunga
Promosi doktor
Bunga
Menikah
Bunga
Aqiqah
Bunga
Katakan cinta
Bunga
Bunga simbol suka cita kataku
Dan saat aku berjalan di sebuah lorong
Aku berjumpa bunga lagi
“Turut berduka cita atas meninggalnya fulan bin fulani”
Barangkali orang ini bersuka cita atas wafatnya fulan pikirku
Lalu aku melihat orang-orang menabur bunga di atas pusara si fulan
Disertai isak tangis..
Fulan..fulan..
Pulanglah dengan bunga..!!

 

Ilustrasi: https://id.pinterest.com/pin/408349891184237365/

  • Entah pendengarannya seorang kisanak kurang jelas, atau kata-kata saya tak tangkas, sehingga ajakan saya ke satu hajatan disalah-pahami. Betapa tidak, Gusdurian menghelat haul Gus Dur, dia tangkap sebagai acara makan durian, terlebih lagi bakal minum jus durian. Mungkin kata Gusdurian menjadi biangnya. Apalagi sudah masuk musim durian. Sesarinya, hajatan haul Gus Dur (K.H. Abdurrahman Wahid,…

  • (Suatu Tinjauan Sosiologi Kekerasan) Kawasan Timur Tengah kembali memanas pasca kelompok Hamas Palestina menggencarkan serangan mendadak ke Israel tidak jauh di perbatasan Gaza, Sabtu (7/10/23) dini hari waktu setempat. Akhir pekan yang berubah mencekam, karena serangan ribuan nuklir itu tepat ditujukan ke Tel Aviv dan Yerusalem, menembus sistem pertahanan Iron Dome menghancurkan banyak bangunan. Frank…

  • Aktivitas manusia di era sosial media adalah produksi dan distribusi konten. Konten quote-quote adalah konten yang paling banyak berseliweran. Quotation adalah sebuah kalimat atau syair pendek yang disampaikan dalam rangka memberi makna ataupun mengobati perasaan derita dalam hidup. Penderitaan divisualisasikan dan didistribusikan melalui quote pada jejaring sosial media dalam upaya agar setiap orang diharapkan dapat…

  • “Saya tidak memikirkan representasi kecantikan yang lebih baik daripada seseorang yang tidak takut menjadi dirinya sendiri.” Pernyataan Emma Stone ini memberi sugesti pada saya betapa cantiknya seorang perempuan yang dikisahkan oleh dosen-dosen filsafat, dan yang digambarkan dalam film Agora yang pernah saya tonton. Sekitar 8 Maret 415 Masehi, kota Alexandria (Mesir) telah menjadi saksi bisu…

  • “Cita-cita kamu apa?” Ini adalah sepenggal pertanyaan yang begitu membosankan bagiku. Aku masih, dan selalu ingat. Betapa orang-orang sering mengajukannya kala aku masih di Taman Kanak-Kanak. Mulai bapak dan ibu. Tante dan om. Nenek dan kakek. Juga sepupu yang usianya terlampau jauh di atasku. Di sekolah pun demikian. Para guru kerap melontarkan deretan kalimat ini.…


Kala Literasi

Jl. Pa’ Bentengang No.6, RT.01/RW.08, Mangasa Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221