Tafsir Sufi Alif Lām Mīm

‘Alif Lam Mim; kitab Qur’an itu tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa’.

Alif Lām Mīm, sebagian mufassir menyatakan bahwa huruf muqattha’ah ini hanya dipahami oleh Rasulullah saw karena huruf-huruf tersebut adalah simbol dan rahasia antara Allah swt dengan Rasulullah saw. Sebagian mufassir lainnya menafsirkan alif dengan Allah swt, lām dengan ila (kepada) Jibrail as, dan mīm dengan Muhammad saw. Artinya menjelaskan proses wahyu dari Allah swt kepada Rasulullah saw melalui Jibrail as.

Zālikalkitāb la rayba fīh. Zālik (itu) adalah isyarat dalam menunjuk sesuatu yang jauh. Jadi Kitab itu (zālik) adalah kitab yang meliputi seluruh tingkatan kitab, mulai dari kitab ‘ummul kitāb’ atau ‘kitābun mubīn’ yakni di singgasananya yang paling tingggi, sampai pada kitab Qur’anan Arabiyan (Qur’an yang ada ditangan kita saat ini dalam bahasa arab). Dalam semua tingkatan kitab tersebut tak kan ada keraguan sama sekali.

Keraguan itu muncul jika berasal dari sesuatu yang diragukan atau bersumber dari realitas yang di dalamnya bercampur antara kebenaran dan kebatilan. Karena Qur’an berasal dari hakekat mutlak, hakekat kebenaran, dan hakekat kesempurnaan maka Qur’an juga mutlak benar. Apalagi Rasulullah saw dan Jibrail as keduanya adalah suci dan sampurna sehingga Qur’an sampai ke tangan kita pun juga suci. Dan oleh karena kesuciannya terjaga maka tidak ada lagi keraguan didalamnya.

Hudan lilmuttaqin; petunjuk (yakni Qur’an sebagai petunjuk) bagi orang-orang yang bertaqwa. Pada pembahasan surah alfatihah sedikit banyaknya telah kami singgung tentang persoalan hidayah. Ada pertanyaan berkenaan dengan hal ini bahwa jika Qur’an adalah hidayah bagi orang yg bertaqwa, kemudian disisi lain Qur’an menyuruh manusia agar bertaqwa, bukankah ini yang disebut dengan ‘daur’? Maksudnya Qur’an menyuruh manusia untuk bertaqwa namun di sisi lain yang bisa menerima Qur’an adalah orang bertaqwa?

Dalam tafsir surah al-fatihah telah dijelaskan, ada dua jenis hidayah yaitu hidayah internal (di dalam diri manusia yaitu perkara fitrawi; akal dan hati) dan hidayah eksternal (di luar diri manusia yaitu Qur’an dan Nabi). Berdasarkan hal ini kita dapat memahami bahwa yang dimaksud dengan hudan lilmuttaqin (petunjuk bagi orang yang bertaqwa) yaitu menjelaskan syarat bahwa untuk mendapatkan cahaya Qur’an disyaratkan adanya kesiapan dalam diri manusia, dan kesiapan itu adalah hidupnya fitrah dalam diri manusia. Maksudnya taqwa didasari pada hidupnya fitrah dalam diri manusia. Jika fitrah ini terjaga, maka dirinya mampu menerima cahaya Qur’an, tentu pada batas keluasan fitrahnya (dalam hal ini hati dan akal).

Pada ayat yang lain dijelaskan bahwa Qur’an merupakan hidayah bagi semua manusia (hudan linnas). Disini seolah ada pertentangan antara hudan linnas dengan hudan lilmuttaqin. Namun tidak demikian, kedua teks tersebut tidak bertentangan. Adapun maksudnya adalah meskipun Qur’an hidayah bagi semua manusia tanpa terkecuali, namun yang mendapatkan banyak manfaat adalah yang memiliki ketaqwaan, dan ketaqwaan yang dimaksud disini paling minimal, masih ada nilai-nilai fitrawi di dalam dirinya. Contohnya, jika ada seseorang yang sakit hingga mengakibatkan matanya buta, maka pada saat matanya buta, tentu tidak bisa lagi bisa menikmati cahaya matahari. Meskipun cahaya matahari mendatanginya namun ia tak dapat lagi memanfaatkan cahaya tersebut. Begitu juga jika fitrah seseorang telah buta, orang itu tak punya wadah untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk dari luar dirinya. Meskipun setiap saat petunjuk tersebut datang menghampirinya.

Allazīna yu’minūna bilghayb; (yaitu mereka yang beriman terhadap yang gaib). Salah satu makna iman yaitu diikrarkan dengan lisan, ditashdiq dengan kalbu, dan mengamalkannya dengan tindakan. Maka iman meliputi ketiga unsur tersebut. Mereka yang mengikrarkan iman dengan lisannya tanpa adanya keyakinan pada kalbunya disebut dengan munafiq. Jika kalbunya meyakini namun tidak mau mengikrarkan dengan lisan maka dia menyangsikan (inkar), dan jika mengamalkan sesuatu yang tidak sejalan dengan keyakinan (keimanan) disebut dengan fasiq.

Dalam surah al-Hujurat ayat 14 menunjukkan bahwa kalbu (hati) adalah wadahnya iman. Maksudnya tempatnya iman itu pada hati. Pada ayat ini Rasulullah saw menegur sekelompok orang arab yang mengatakan bahwa diri mereka telah beriman, karena itu Rasulullah saw mengatakan kepada mereka bahwa cukup anda katakan ‘kami berislam’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu.

  • Entah pendengarannya seorang kisanak kurang jelas, atau kata-kata saya tak tangkas, sehingga ajakan saya ke satu hajatan disalah-pahami. Betapa tidak, Gusdurian menghelat haul Gus Dur, dia tangkap sebagai acara makan durian, terlebih lagi bakal minum jus durian. Mungkin kata Gusdurian menjadi biangnya. Apalagi sudah masuk musim durian. Sesarinya, hajatan haul Gus Dur (K.H. Abdurrahman Wahid,…

  • (Suatu Tinjauan Sosiologi Kekerasan) Kawasan Timur Tengah kembali memanas pasca kelompok Hamas Palestina menggencarkan serangan mendadak ke Israel tidak jauh di perbatasan Gaza, Sabtu (7/10/23) dini hari waktu setempat. Akhir pekan yang berubah mencekam, karena serangan ribuan nuklir itu tepat ditujukan ke Tel Aviv dan Yerusalem, menembus sistem pertahanan Iron Dome menghancurkan banyak bangunan. Frank…

  • Aktivitas manusia di era sosial media adalah produksi dan distribusi konten. Konten quote-quote adalah konten yang paling banyak berseliweran. Quotation adalah sebuah kalimat atau syair pendek yang disampaikan dalam rangka memberi makna ataupun mengobati perasaan derita dalam hidup. Penderitaan divisualisasikan dan didistribusikan melalui quote pada jejaring sosial media dalam upaya agar setiap orang diharapkan dapat…

  • “Saya tidak memikirkan representasi kecantikan yang lebih baik daripada seseorang yang tidak takut menjadi dirinya sendiri.” Pernyataan Emma Stone ini memberi sugesti pada saya betapa cantiknya seorang perempuan yang dikisahkan oleh dosen-dosen filsafat, dan yang digambarkan dalam film Agora yang pernah saya tonton. Sekitar 8 Maret 415 Masehi, kota Alexandria (Mesir) telah menjadi saksi bisu…

  • “Cita-cita kamu apa?” Ini adalah sepenggal pertanyaan yang begitu membosankan bagiku. Aku masih, dan selalu ingat. Betapa orang-orang sering mengajukannya kala aku masih di Taman Kanak-Kanak. Mulai bapak dan ibu. Tante dan om. Nenek dan kakek. Juga sepupu yang usianya terlampau jauh di atasku. Di sekolah pun demikian. Para guru kerap melontarkan deretan kalimat ini.…


Kala Literasi

Jl. Pa’ Bentengang No.6, RT.01/RW.08, Mangasa Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221