Apa itu Ilmu Agama?

Ingar-bingar politik membawa suatu gelombang baru dalam ujaran publik beberapa tahun terakhir ini. Banyak yang telah melalui momentum politik sebagai sirkulasi kekuasaan. Hasilnya? Hanya berupa sirkulasi hidup belaka. Berangkat dari ketiadaan menuju kembali kepada ketiadaan. Salah satu contoh yang dapat diambil adalah ratusan pejabat tinggi yang pernah melalui hidup penuh prestise dan kehormatan, kini menjadi manusia tua yang sejajar dengan penduduk negeri lainnya.

Salah satu yang amat sering diperbincangkan di dalam berbagai saluran media sosial adalah pernyataan B.J. Habibie dalam salah satu pidatonya. Ringkasan pesan itu adalah pernyataan sadar beliau bahwa kesuksesannya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi tidaklah banyak berarti. Andai beliau diminta memilih ilmu pesawat terbang dengan ilmu agama, maka pilihan beliau adalah yang terakhir. Perbincangan itu menggoda untuk mendalami pengertian ilmu agama. Begitu juga efeknya kepada pencerahan publik, terutama untuk masa depan kemajuan umat manusia. Manusia diajak kepada keyakinan baru tentang tiadanya makna hidup.

Narasi Masa Depan

Dalam suasana kekosongan inilah manusia mencari narasi baru masa depannya. Ketiadaan makna hidup adalah penderitaan bagi manusia yang mulai dijawab dengan berbagai narasi. Satu di antaranya adalah ajakan jihad. Hasilnya adalah berkubangnya sejumlah aktivis dalam gerakan bersenjata sambil mengabaikan perasaan kemanusiaan yang terdalam. Orang menyebutnya terorisme. Walhasil, itu dianggap sebagai cara teringkas masuk surga demi meninggalkan dunia tak bermakna ini.

Benarkah jalan keluar semacam ini? Sudah banyak kritik. Satu lagi jawaban yang lebih lunak. Ilmu agama! Menjauhi ilmu umum adalah salah satu jalan keluar untuk meninggalkan kehampaan hidup. Menghabiskan waktu untuk memperoleh ilmu umum memang dapat menghasilkan kemapanan hidup material, namun bisa menimbulkan kekosongan makna di akhir usia. Ketakutan ini sedang disebarkan ke tengah masyarakat. Oleh sebab itu, amat menarik untuk mencoba mengurai apa ilmu agama itu sebagai bagian dari narasi masa depan.

Agama

Agama adalah konsep kehidupan yang di dalamnya terdapat landasan, aturan, arah dan tujuan hidup. Konsep inilah yang memandu manusia untuk menentukan pilihan dalam kehidupannya.

Kelompok manusia yang meniadakan pilihan pun sebenarnya adalah suatu model pilihan dalam beragama. Deterministik, dalam istilah ilmu kalam disebut sebagai jabariyah menemukan waktunya yang tepat untuk dianut. Agama adalah kumpulan pengetahuan tentang tata cara memuji dan membesarkan Tuhan sambil berpasrah diri tentang nasib masa depan. Dunia mulai diombang-ambing oleh gelombang yang tak berarah.

Agama dalam perspektif hanya mengulang polemik pemikiran teologis. Ia tidak menyumbang optimisme. Adakah pilihan lain?

Tauhid

Satu hal yang diajarkan dalam khazanah agama-agama adalah cara beragama. Ada cara beragama dengan melihat semesta sebagai suatu kesatuan dan ada juga dengan memecah semesta dalam keterbilangan atau keragaman. Agama yang mengajarkan kesatuan datang dengan perspektif utuh ketika melihat semesta, termasuk asal-usul dan masa depannya. Komponen semesta tempat hidup manusia adalah sesuatu yang organik. Bagian-bagiannya adalah suatu keutuhan. Agama selainnya selalu melihat bahwa komponen semesta adalah bagian yang mekanistik.

Pada perspektif kesemestaan inilah ilmu-ilmu itu tumbuh. Pendapat yang meyakini ada pemilahan ilmu agama dan umum tumbuh dari cara beragama yang kedua. Cara beragama yang pertama menumbuhkan ilmu dalam perspektif kesatuan dan keutuhan, tanpa pembedaan. Perspektif Islam menyebut cara beragama ini dengan nama tauhid. Tauhid tidak semata pengesaan Tuhan namun juga pengakuan terhadap kesatuan semesta.

Kesatuan Semesta

Kesatuan semesta amat sulit diakui. Ini tergambar dari ilmu-ilmu yang berserak dalam kamar-kamar sosialnya masing-masing. Tiap-tiap ilmu memiliki otonomi dalam sebuah disiplin kajian yang terpisah-pisah.

Semesta yang dilihat sebagai komponen terpisah-pisah berefek buruk pada pengembangan ilmu pengetahuan. Ilmu tidak lagi mengantarkan manusia kepada kesejatian hidupnya. Ajaran agama pun ditempatkan sebagai disiplin kajian yang merupakan pecahan cara pandang terhadap semesta itu. Di sinilah pula ilmu agama itu dikenal sebagai sebuah disiplin terpisah.

Ilmu Agama

Lain Habibie, lain Nabi Adam. Tatkala Nabi Adam dibiarkan memilih agama dan ilmu, beliau pilih ilmu. Ilmu diyakininya akan mengantarkan kepada agama.

Semua ilmu adalah agama karena agama menganjurkan berilmu. Dengan demikian ilmu adalah bagian utuh dari kerja dalam agama. Aktivitas utama orang beragama adalah berilmu.

Ilmuwan yang tak beragama akan memperlakukan ilmunya hanya dalam wilayah material. Itu sebabnya ilmunya selalu terasa hampa. Berujung dengan kebinasaan. Kematian adalah awalnya. Mulai dari liang kuburnyalah kebinasaan itu disaksikan. Memandang ilmu seharusnyalah menganut cara pandang yang menyeluruh atas konsep semesta. Semesta sebagai kesatuan periada yang tercipta. Semesta ini bergerak untuk kembali kepada Tuhannya Yang Maha Esa. Kosmologi tauhid ini mungkin dapat menuntun untuk mengubah cara pandang mengenai ilmu. Segala ilmu yang menggerakkan peradaban manusia kembali kepada keridhaan Tuhannya adalah ilmu agama. Ilmu kapal terbang B.J. Habibie seharusnya mulai sekarang tidak dianggap sebagai bukan ilmu agama.

One thought on “Apa itu Ilmu Agama?”

  1. Apik om “kehampaan hidup kekosongan makna di akhir usia”🙏

    Kalau begitu, ilmu agama adalah lentera hidup. Al-ilmu nuurun. Ilmu agama penerang jalan. Kehidupan penuh cahaya, teranglah hidup. 🤗

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *