Sang Sendu dan Para Pendosa

Mengapa bayi menangis ketika dilahirkan?

Satu hal yang mesti kita sadari dalam hidup ini adalah kehadiran Sang Sendu. Ia telah menyertai kita sejak mula kelahiran. Sang Sendulah yang pertama kali menyapa kita. Ia juga satu-satunya yang mengerti apa yang kita rasakan. Di saat semua orang mendendangkan kebahagiaan, menyambut calon pendosa baru, Sendu senantiasa merangkul dan memeluk kita. Namun, mengapa terkadang kita tak menghargai Sendu? Berharap ia tak menghampiri kita. Lupakah kita akan kehadirannya dulu?

Penyesalan terbesar manusia sebagai pendosa adalah lahir di dunia ini. Hal inilah yang membuat calon pendosa bertemu untuk pertama kali dengan Sang Sendu. Sendu berbisik, memberitahu calon pendosa bahwa ia berada di tempat yang begitu kejam. Begitu keji. Di mana semua orang berlomba-lomba menjadi yang terbaik, hingga sekitarnyapun diluluhlantakkan. Saling menunjukkan pamornya. Saling menusuk satu sama lain. Saling membunuh untuk mendapatkan sebuah pengakuan sementara.

Berusaha mengusai semua yang bisa dikuasainya. Calon pendosa menangis. Ia tak sanggup mendengar perkataan Sang Sendu. Meluapkan segala emosi dan penyesalannya melalui air mata. Sebuah tangisan yang dianggap sebagian orang atau bahkan setiap orang sebagai nyanyian kebahagiaan. Namun tidak bagi calon pendosa. Ia tak bahagia. Ia menangis. Tangisnya telah disalahartikan.

Mereka –siapapun itu, mengatakan jika calon pendosa tidak menangis saat dilahirkan, umurnya tidak akan bertahan lama. Itu karena calon pendosa bersyukur telah memilih pilihan yang tepat untuk tidak terlahir di dunia ini. Maka dari itu ia tak menangis, Sang Sendu tak mengunjunginya. Ia memilih terlelap kembali, bersiap untuk berjumpa dengan Sang Kuasa.

Konon sebelum dilahirkan di dunia ini, kita akan diberikan pilihan. Pilihan ingin menyentuh dunia atau tetap berada di samping Sang Kuasa. Entah mengapa sewaktu itu saya memilih pilihan pertama. Tak teringat sedikitpun alasan mengapa saya memilih pilihan tersebut. Begitu pula kau. Kita sama-sama seorang pendosa yang lupa akan alasan kita sendiri. Alasan mengapa memilih pilihan yang berat.

Apakah sebelum dilahirkan, kita diberi gambaran mengenai kehidupan yang akan kita jalani kelak? Jika benar, mungkin itu bisa menjadi suatu alasan mengapa kita memilih pilihan pertama. Namun, bagaimana dengan mereka yang melihat kehidupannya sebagai seorang sengsara? Mengapa mereka masih memilih pilihan yang berat itu? Entahlah.

Mungkin ada alasan lain. Alasan yang menjadi pertimbangan kita mengapa ingin mencoba hal duniawi. Alasan yang awalnya kita ketahui. Mungkin detik-detik sebelum dilahirkan, alasan kita disimpan dan dijaga oleh Sang Kuasa. Dia Maha Kuasa. Dapat melakukan segala kuasaNya, termasuk mengambil alasan kita yang begitu berharga. Kita tak dapat menolak. Itulah mengapa Dia disebut Sang Kuasa.

Setidaknya sekarang saya sudah tahu. Pertanyaan apa yang akan pertama kali kulontarkan jika berhadapan denganNya. Meminta kembali alasan yang telah disimpan dan dijagaNya. Kuyakin Sang Kuasa tidak akan memberikannya begitu saja. Setahu saya Sang Kuasa menyukai perilaku-perilaku baik.

Mungkin, kita bisa memberikan hal yang disukai Sang Kuasa. Sebagai alat tukar untuk mendapatkan alasan mengapa kita memilih sebagai penikmat duniawi dan seorang pendosa. Ini saran dariku. Jika kau ingin mengikutinya, silakan. Tetapi, jika kau tidak peduli akan alasan tersebut, kau bisa mengacuhkannya. Namun satu hal yang saya yakin benar, alasan itu telah menunggu dirimu. Menunggu untuk diingat kembali.

Sumber gambar: https://www.deviantart.com/inuzukatxema/art/Baby-angel-615760870

  • Entah pendengarannya seorang kisanak kurang jelas, atau kata-kata saya tak tangkas, sehingga ajakan saya ke satu hajatan disalah-pahami. Betapa tidak, Gusdurian menghelat haul Gus Dur, dia tangkap sebagai acara makan durian, terlebih lagi bakal minum jus durian. Mungkin kata Gusdurian menjadi biangnya. Apalagi sudah masuk musim durian. Sesarinya, hajatan haul Gus Dur (K.H. Abdurrahman Wahid,…

  • (Suatu Tinjauan Sosiologi Kekerasan) Kawasan Timur Tengah kembali memanas pasca kelompok Hamas Palestina menggencarkan serangan mendadak ke Israel tidak jauh di perbatasan Gaza, Sabtu (7/10/23) dini hari waktu setempat. Akhir pekan yang berubah mencekam, karena serangan ribuan nuklir itu tepat ditujukan ke Tel Aviv dan Yerusalem, menembus sistem pertahanan Iron Dome menghancurkan banyak bangunan. Frank…

  • Aktivitas manusia di era sosial media adalah produksi dan distribusi konten. Konten quote-quote adalah konten yang paling banyak berseliweran. Quotation adalah sebuah kalimat atau syair pendek yang disampaikan dalam rangka memberi makna ataupun mengobati perasaan derita dalam hidup. Penderitaan divisualisasikan dan didistribusikan melalui quote pada jejaring sosial media dalam upaya agar setiap orang diharapkan dapat…

  • “Saya tidak memikirkan representasi kecantikan yang lebih baik daripada seseorang yang tidak takut menjadi dirinya sendiri.” Pernyataan Emma Stone ini memberi sugesti pada saya betapa cantiknya seorang perempuan yang dikisahkan oleh dosen-dosen filsafat, dan yang digambarkan dalam film Agora yang pernah saya tonton. Sekitar 8 Maret 415 Masehi, kota Alexandria (Mesir) telah menjadi saksi bisu…

  • “Cita-cita kamu apa?” Ini adalah sepenggal pertanyaan yang begitu membosankan bagiku. Aku masih, dan selalu ingat. Betapa orang-orang sering mengajukannya kala aku masih di Taman Kanak-Kanak. Mulai bapak dan ibu. Tante dan om. Nenek dan kakek. Juga sepupu yang usianya terlampau jauh di atasku. Di sekolah pun demikian. Para guru kerap melontarkan deretan kalimat ini.…


Kala Literasi

Jl. Pa’ Bentengang No.6, RT.01/RW.08, Mangasa Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221