Di Balik Hari Jadi Bone yang Ke-689

6 April 2019, Kabupaten Bone memperingati hari jadinya—sebagai hari jadi Bone—yang ke 689 tahun. Usia yang teramat tua dan teramat matang, jika kita menarik mundur maka daerah ini “lahir” pada tahun 1330. Jikalau demikian, maka timbul suatu pertanyaan! Mengapa tanggal “6” bulan “April” dan tahun “1330” dijadikan sebagai patokannya?

Dipilihnya tanggal, bulan, dan tahun tersebut bukanlah tanpa sebuah alasan, tanggal 6 bulan April merupakan hari dilantiknya Lapatau Matanna Tikka MatinroE ri Nagauleng sebagai Raja Bone XVI. Raja Bone tersebut merupakan kemenakan tersayang dari sosok legend bagi masyarakat Bone dan bagi orang Bugis pada umumnya, yakni Latenri Tatta Datu Mario Arung Palakka MatinroE ri Bontoala Raja Bone XV[1] sedangkan  tahun 1330 merupakan tahun awal memerintahnya Raja Bone I yang bernama MatasilompoE MannurungngE ri Matajang.

Berdasarkan rilis dari laman resmi pemerintah Kabupaten Bone yakni bone.go.id[2] diterangkan bahwa perayaan Hari Jadi Bone awalnya dirintis oleh Bupati Bone ke-12 (memerintah sejak 1983 – 1988) yakni Andi Syamsu Alam kemudian ide tersebut dilanjutkan oleh Bupati Bone ke-13 Andi Syamsoel Alam (memerintah sejak tahun 1988-1993).

Melalui berbagai seminar dengan melibatkan para ahli sejarah dan budaya akhirnya terbit Peraturan Daerah atau Perda Kab. Bone No. 1 Tahun 1990 yang intinya menyebutkan bahwa : Hari Jadi Bone ditetapkan pada tanggal 6 April terhitung sejak masa pemerintahan Raja Bone I MannurungngE ri Matajang (1330-1365) dan tanggal 6 April diambil dari tanggal dan bulan pelantikan Raja Bone XVI Lapatau Matanna Tikka MantinroE ri Nagauleng yang memerintah sejak tahun 1696—seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya.

Jika dilihat dengan seksama, ada sebuah kisah yang tersirat atas dipilihnya tanggal 6 April sebagai hari jadi Bone. Tanggal dan bulan tersebut merupakan hari di mana Raja Bone XV yakni Arung Palakka wafat di Bontoala dan dimakamkan di Bukit Bontobiraeng, Gowa.[3] Maka dengan demikian, di balik hari jadi Bone terkandung makna kematian dan kehidupan. Kematian sang Raja Bone Arung Palakka dan kehidupan baru Kerajaan Bone dibawah pemerintahan Lapatau Matanna Tikka.

Makna kematian dan kehidupan di sini sesungguhnya memiliki nilai spritual yang sangat tinggi, melalui peringatan hari jadi Bone masyarakat seyogyanya diajak untuk bersuka ria dan sekaligus berinstropeksi diri tentang makna dan nilai kehidupan sesungguhnya, bahwa manusia boleh ingat pada dunia, boleh bersuka ria, mencari kesenangan duniawi tapi jangan lupa bahwa di satu masa ada kematian yang siap menjemput menghantarkan manusia ke kehidupan akhirat yang kekal abadi, dan yang terpenting! Melalui hari jadi Bone masyarakat juga harus mengingat nilai-nilai kehidupan di masa lalu, nilai-nilai perjuangan yang melekat pada pribadi seorang Raja Bone I MatasilompoE MannurungngE ri Matajang, Raja Bone XV Arung Palakka, dan Raja Bone XVI Lapatau Matanna Tikka.

Akhirulqalam, Selamat Hari Jadi Bone yang ke-689 semoga kedepannya semakin berjaya. Tabe’ salamaki tapada salama.

Kecamatan Sa’dan, Kabupaten Toraja Utara

6 April 2019

 

Catatan Pinggir:

[1] Lihat silsiah Raja-Raja Bone terbitan Balai Peletarian Nilai Budaya Makassar, bandingkan pula dengan silsilah Raja-Raja Bone yang tertuang dalam buku Edward L. Poelinggomang dan Andi Suriadi Mappangara, et., all.  Sejarah Sulawesi Selatan Jilid I. (Makassar : Balitbangda Provinsi Sulawesi Selatan, 2004) hlm. 364

[2] Untuk selengkapnya silakan akses di tautan https://bone.go.id/2017/11/02/sejarah-penetapan-hari-jadi-bone/

[3] Sekarang Bontoala merupakan bagian dari salah satu kecamatan di Makassar. Mengenai hari-hari terakhir Arung Palakka menghabiskan sisa hidupnya dapat dilihat pada karya Leonard Y. Andaya, Warisan Arung Palakka: Sejarah Sulawesi Selatan abad ke-17. (Makassar : Inninnawa, 2013) dan Nurlindayani Patta, “Kematian dan Pemakaman La Tenritatta Arung Palakka di Bontobiraeng Kerajaan Gowa (1696)”. Skripsi. (Makassar : Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar, 2015).

 

Sumber gambar: Instagram Andi Fashar M. Padjalangi @kamiafp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *