Apa yang istimewa di bulan April? Setidaknya setiap bulan April akan diperingati hari Kartini, yang jatuh pada tanggal 21 April. Terus apa lagi yang istimewa di bulan April? Perhelatan pemilihan umum, setidaknya sejak tahun 2009, 2014, dan terakhir pemilihan umum serantak untuk Pilpres dan Pileg 2019. Untuk terakhir masyarakat Indonesia telah mengetahui siapa yang memenangi kontestasi Pilpres, setidaknya versi hitung cepat (seyogyanya kedua paslon bersabar menunggu hasil resmi dari KPU).
Selain yang telah saya sebutkan sebelumnya, bulan April juga ternyata memiliki cerita tersendiri bagi Kerajaan Gowa, hal itu saya dapatkan ketika membaca : Khasanah Arsip Pemda Gowa Nomor Register 12 Tentang Programma Pelantikan Raja Gowa milik Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan yang beralamatkan di Jalan Perintis Kemerdekaan KM. 12.
Pada dokumen arsip itu diriwayatkan secara rinci mengenai prosesi pelantikan Raja Gowa Andi Idjo Daeng Paewa Karaeng Lalolang Sultan Moehammad Abd. Kadir Aidid. Raja Gowa yang telah disebutkan sebelumnya dilantik untuk menggantikan almarhum ayahanda-nya yang juga Raja Gowa bernama I Mangi-Mangi Daeng Matutu Karaeng Bontonompo Sultan Moehammad Tahir.[1]
Sebagaimana adat kebiasaan dahulu, pelantikan seorang raja di Kerajaan Gowa akan dilaksanakan di batu palantikang yang terletak di Bukit Tamalate, prosesi pelantikan tersebut dilakukan dengan menyematkan benda pusaka Kerjaan Gowa berupa Mahkota Salokoa dan Pedang Sudanga.[2]
Berdasarkan dokumen arsip tersebut, disebutkan bahwa prosesi pelantikan Raja Gowa berlangsung pada hari Jumat tanggal 25 April 1946. Pembukaan secara resmi dimulai pada pukul 09.30 dan dibuka oleh Daengta Paccallayya selaku kepala Dewan Adat Kerajaan Gowa atau Bate Salapang bersama Tumailalang dan Tumabicara Butta.
Prosesi pelantikan Raja Gowa kala itu selain disaksikan oleh anggota Bate Salapang, para gallarang, karaeng, dan tamu undangan juga dihadiri oleh pembesar dalam kabinet NIT, serta beberapa tamu undangan lainnya termasuk di dalamnya orang Tionghoa bernama Toean Liem Kiong Boe.
Dua bulan berselang tepatnya 26 Juni 1946, ditetapkan pula tiga orang Anggota Hadat Besar Pemerintahan Kerajaan Gowa yakni: (1) Andi Baso Karaeng Bontolangkasa selaku Tumabicara Butta yang membidangi urusan umum dan keuangan; (2) Andi Manrurungi Karaeng Sumanna selaku Tumailalang Towa yang membidangi urusan pemerintahan-kepolisian, pertanian, hukum, pasar, dan kehutanan; dan (3) Andi Mappeseling Karaeng Sapengang selaku Tumailalang Lolo yang membidangi urusan kehakiman, pergruuan-pengajaran, sarana jalan, kesehatan, dan kehewanan (peternakan).[3] Selain ketiga orang tersebut Raja Gowa juga dalam menjalankan roda pemerintahannya dibantu oleh: (1) Hamzah Daeng Tompo Gallarang Borongloe sebagai Paccallayya (Ketua Dewan Legislatif) dan Andi Laodanriu Karaeng Bontonompo sebagai Tukkajangnanggang (Panglima Perang).[4]
Raja Gowa yang bernama Andi Idjo Daeng Paewa Karaeng Lalolang Sultan Moehammad Abd. Kadir Aidid dikenal sebagai Raja Gowa terakhir sekaligus Bupati/Kepada Daerah Kabupaten Gowa yang pertama hingga digantikan oleh Andi Tau’ sebagai Bupati/Kepada Daerah Kabupaten Gowa yang kedua, memerintah sejak tahun 1960-1967.
Semoga apa yang telah saya ulas memberikan manfaat kepada handai tauladan. Tabe.
Sungguminasa, 20 April 2019
[1] Mengenai pelantikan Raja Gowa I Mangi-Mangi Daeng Matutu silakan lihat tulisan Amirullah Amir yang termuat dalam Rubrik Budaya Harian Fajar edisi 13 Januar 2019
[2] Badan Perpustakaan dan Kearsipan Propinsi Sulawesi Selatan. Khasanah Arsip Pemda Gowa Nomor Register 12 Tentang Programma Pelantikan Raja Gowa
[3] Ibid.
[4] Syahrul Yasin Limpo, dkk. Profil, Sejarah, Budaya, dan Pariwisata Gowa. (Sungguminasa : Pemda Tk. II Gowa bekerjasama dengan Yayasan Eksponen 1966 Gowa, 1995) Hlm. 80
Sumber gambar: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Gowa
Ilyas Ibrahim Husain adalah nama pena dari Adil Akbar. Alumni S1 dan S2 Pendidikan Sejarah UNM. Pernah menjadi guru di SMAN 1 GOWA dan SMAN 3 MAKASSAR. Pun mengajar di SMAN 2 MAKASSAR dan SMKN 10 MAKASSAR