Buku Kuning Mi Instan

Saya diajak berkeliling oleh penulis Raymond Carver Terkubur Mi Instan di Iowa untuk memahami bagaimana menulis sebuah karya sastra dengan cara yang paling amatir. Bukan saya yang mengatakan itu, tetapi hal itu terus berulang di beberapa halaman buku bersampul kuning dengan keriting mie instan. Pelan-pelan, kita akan memahami bahwa menulis secara amatiran bukan perkara enteng.

Di halaman 45, sebuah pesan kepada pembaca bahwa sang penulis novel berusaha menghindari cerita yang mudah ditebak. Dan karena itu kamu berhenti menulis novel itu sambil memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang tidak mudah ditebak pembaca namun tetap masuk akal.

Di halaman 59, percakapan antara tokoh kamu dan Raymond Caver menegaskan kembali persoalan amatir tersebut.

“Dia kubuat meninggal, dibunuh, tepatnya.”

“Masalah penulis amatir.”

“Maksud Anda?”

“Seakan-akan membunuh karakter akan memudahkan cerita.”

Kalian sudah membaca buku  Raymond Carver Terkubur Mi Instan di Iowa, bukan?

Baiklah, buku ini lahir dari proses kegiatan residensi International Writing Program 2018 di Iowa. Tidak heran banyak selipan bagaimana menulis yang bisa diikuti oleh pembaca kalau ingin belajar menulis.

Seperti diceritakan melalui percakapan Clevie dan Lynn di halaman 27 bahwa cara menyelesaikan tulisan adalah menulis. Bukan mengeluh.

Untuk itu, kalian juga harus baik-baik memperhatikan halaman 61, halaman 70, dan masih banyak lagi di setiap halaman agar bisa mencapai derajat yang setara dengan penulis buku berhalaman 116 lembar.

Di samping itu juga, perjumpaan antara tokoh kamu  dan Raymond Caver berada pada kurun waktu masa lalu dan masa sekarang. Masa sekarang dimaksud adalah masa saat sang penulis benar-benar berjumpa dengan Raymond Caver. Benar-benar bersama-sama menikmati mi instan dan tidak benar-benar dibunuh, bersimbah darah dalam timbunan mi instan, dalam kenyataan. Dan masa lalu adalah hal-hal yang tidak pernah berubah dari dunia memperlakukan sastrawan.

Raymond Caver berkulit putih. Memiliki gigi depan yang rompal. Bersuara agak cempreng. Penikmat vodka. Penggambaran fisik ini adalah benar-benar manusia yang berasal dari Dunia Barat. Dipertegas di halaman 6, dengan tokoh Raymond Caver bersama dengan Maryann berangkat dengan mobil 53 Chevy yang mereka namai Old Faithful.

Sementara tokoh kamu, adalah peserta residensi. Seorang pengarang yang berasal dari Indonesia. Kata Indonesia ini muncul ketika tokoh kamu mengenalkan mi instan kepada Raymond Caver. Tokoh kamu, bagian dari Dunia Timur.

Keinginan Raymond Caver untuk minta dibunuh oleh kamu. Kamu dan Raymond Caver bertemu pada satu titik transaksional. Kamu diberi imbalan kekayaan oleh Raymond Caver untuk membunuhnya. Halaman 6 pada buku Raymond Caver Terkubur Mi Instan di Iowa.

“Kutahu hanya mayat yang tidak butuh uang, jadi sesaat setelah kamu menghabisiku, kamu bisa memiliki semua harta yang kumiliki. Aku tidak membutuhkannya lagi, tetapi kutahu kamu butuh.”

Sang penulis meletakdudukkan tokoh kamu sebagai benar-benar karakter yang tidak memiliki tempat bermukim (tanah) untuk menanam dan menikmati bahan makanan di Iowa. Dia orang Indonesia yang memilih membawa mi instan untuk mengikuti pelatihan. Meninggalkan tanah yang tempatnya lahir. Tanah yang memberikan segala untuk menunjang hidup di Indonesia.

Mi instan menjadi benar-benar sumber makanan yang sebenarnya tidak lahir dari tanah. Dia menjadi bahan bertahan hidup tokoh kamu. Mi instan seolah-olah dibanggakan keberadaannya sebagai sumber pangan.

Halaman 43, Ray mengingatkanmu bahwa kalian memang tak menyentuh makan malam yang kalian pesan di The Mill. Kamu membuka kulkas dan hanya ada satu bungkus mi instan di sana. Kamu membawanya dari Indonesia dan itu bawaan wajibmu setiap ke mana-mana.

Tokoh kamu taruhlah berasal dari Indonesia. Dan ketergantungan akan mi instan tidak terpungkiri. Sebab di halaman 43, halaman 53, dan halaman 58, serta halaman 60 menarasikan bagaimana praktisnya menikmati sebungkus mi instan. Sebab ini yang membuat mie instan menjadi pilihan untuk orang Indonesia yang punya mobilitas tinggi khususnya di tempat-tempat yang sudah mengalami lahan untuk menanam dan memanen hasil pertanian, dalam hal ini perkotaan.

Mi instan pelan-pelan menjadi bibit. Ditumbuhsebarkan dengan kelezatan bumbu dan rasa. Dan menjadi solusi cepat dan tepat untuk orang-orang yang berpenghasilan minim dan juga kelebihan jumlah penduduk di muka bumi.

Selain bertutur tentang mi instan, Raymond Carver Terkubur Mi Instan di Iowa juga bertutur tentang bagaimana gambaran secara keseluruhan menghabiskan hidup sebagai sastrawan. Silahkan membaca buku bersampul kuning bergambar mi instan ini. Dan dengar-dengar kabar, sang penulis buku ini terpilih untuk kedua kali menjadi carpenis terbaik harian kompas. Selamat, you are the maestro.

 

Judul Buku:         Raymon Carver Terkubur Mi Instan di Iowa

Penulis                : Faisal Oddang

Penyunting          : Christina M. Udiani

Penerbiy              : KPG, Cetakan Pertama, Maret 2019

 

Asmat, Distrik Agats, Selasa 6 Agustus 2019

  • Entah pendengarannya seorang kisanak kurang jelas, atau kata-kata saya tak tangkas, sehingga ajakan saya ke satu hajatan disalah-pahami. Betapa tidak, Gusdurian menghelat haul Gus Dur, dia tangkap sebagai acara makan durian, terlebih lagi bakal minum jus durian. Mungkin kata Gusdurian menjadi biangnya. Apalagi sudah masuk musim durian. Sesarinya, hajatan haul Gus Dur (K.H. Abdurrahman Wahid,…

  • (Suatu Tinjauan Sosiologi Kekerasan) Kawasan Timur Tengah kembali memanas pasca kelompok Hamas Palestina menggencarkan serangan mendadak ke Israel tidak jauh di perbatasan Gaza, Sabtu (7/10/23) dini hari waktu setempat. Akhir pekan yang berubah mencekam, karena serangan ribuan nuklir itu tepat ditujukan ke Tel Aviv dan Yerusalem, menembus sistem pertahanan Iron Dome menghancurkan banyak bangunan. Frank…

  • Aktivitas manusia di era sosial media adalah produksi dan distribusi konten. Konten quote-quote adalah konten yang paling banyak berseliweran. Quotation adalah sebuah kalimat atau syair pendek yang disampaikan dalam rangka memberi makna ataupun mengobati perasaan derita dalam hidup. Penderitaan divisualisasikan dan didistribusikan melalui quote pada jejaring sosial media dalam upaya agar setiap orang diharapkan dapat…

  • “Saya tidak memikirkan representasi kecantikan yang lebih baik daripada seseorang yang tidak takut menjadi dirinya sendiri.” Pernyataan Emma Stone ini memberi sugesti pada saya betapa cantiknya seorang perempuan yang dikisahkan oleh dosen-dosen filsafat, dan yang digambarkan dalam film Agora yang pernah saya tonton. Sekitar 8 Maret 415 Masehi, kota Alexandria (Mesir) telah menjadi saksi bisu…

  • “Cita-cita kamu apa?” Ini adalah sepenggal pertanyaan yang begitu membosankan bagiku. Aku masih, dan selalu ingat. Betapa orang-orang sering mengajukannya kala aku masih di Taman Kanak-Kanak. Mulai bapak dan ibu. Tante dan om. Nenek dan kakek. Juga sepupu yang usianya terlampau jauh di atasku. Di sekolah pun demikian. Para guru kerap melontarkan deretan kalimat ini.…


Kala Literasi

Jl. Pa’ Bentengang No.6, RT.01/RW.08, Mangasa Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221