Menciptakan Peradaban Lewat Budaya Baca Tulis

Sejak dahulu manusia senantiasa membentuk peradaban. Evolusi diciptakan dari hasil cipta, rasa, dan karsa demi memenuhi kebutuhan hidup praktis, juga menggaungkan revolusi demi mencapai kemajuan intelektual dan spiritual.

Pengetahuan apakah yang dimiliki manusia sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini menjadi semakin maju? Tidak lain dan tidak bukan adalah kemampuan literasi yang mereka miliki. Dengan literasi manusia membentuk peradaban. Mesir, Mesopotamia, Yunani, India, Cina, Aztek, Arab-Islam hingga Amerika Serikat dan Uni Soviet menggapai kegemilangan peradaban berkat literasi.

Kita dapat melihat berkat pelestarian kultur baca tulis, sejarah peradaban manusia melahirkan tulisan-tulisan para pemikir yang tetap eksis hingga saat ini. Berjejer rak buku di perpustakaan setiap peradaban untuk tunaikan rasa ingin tahu.

Di sisi lain kegiatan literasi tak berbeda dengan perintah wahyu pertama “bacalah”. Sebuah teks Ilahiah yang melampaui zaman untuk merintis jalan terciptanya bangunan peradaban.

Masyarakat pertama penerima wahyu pendahuluan ini, mayoritas tak paham mengeja aksara dan menggunakan pena kecuali segelintir orang saja. Maka ayat ini menyapa pemeluknya agar ritme baca tulis tetap lestari berjalan beriringan.

Pecandu Buku, Gerak Laku Penuntut Ilmu adalah sebuah buku yang mencoba menjelaskan betapa penting literasi dibangkitkan di tengah kehidupan manusia.

Mengutip perkataan penulis “membaca mesti ditradisikan dan menulis wajib diupayakan. Sebab, kita dianggap serakah mana kala banyak baca realitas atau buku, tetapi nihil tulisan sebagai manifestasi mengampanyekan ilmu”. Meramu peradaban melalui tulisan, sindiran dari Vivit Nur Arista Putra untuk para pembaca agar goresan-goresan pena pribadi dilatih sedemikian rupa sehingga keberhasilan menelurkan karya hasil pemikiran pribadi dapat tersampaikan ke anak keturunan kita.

Sebelum mengurai panjang lebar tentang hakikat dari literasi, pertama, penulis  menjelaskan tentang apa itu pena? Pena merupakan medium yang digunakan manusia untuk menciptakan tulisan. Pena atau tulisan adalah nikmat agung yang diperoleh dari Allah swt., seandainya tak ada itu maka hidup tiada tegak dan tak akan layak. Dengan pena manusia kuasa berkarya. Huruf demi huruf, kata demi kata, kata menjadi nama, kata berangkai menjadi kalimat dan nama benda-benda dari objek dunia menjadi mudah diingat melalui perantara pena.

Kedua, setelah mengurai tentang apa itu pena, berikutnya dijelaskan pula tentang keutamaan membaca. Membaca merupakan paradigma yang harus terus disuarakan. Dengan membaca panorama peradaban akan tetap bertahan hingga akhir zaman. Mendorong setiap warga negara untuk melestarikan budaya baca tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.

Akhir-akhir ini dengan pesatnya kemajuan teknologi, terutama dengan munculnya gawai canggih, budaya baca seperti mundur kembali ke masa lalu. Konsekuensi dari hal ini adalah timbulnya kedangkalan berpikir sebagian warga negara. Aktivitas membaca juga menulis dan meneliti menjadi kian terpinggirkan. Manusia jauh dari buku-buku dan menyebabkan manusia menjadi asosial.

Dalam menghadapi realitas yang bertendensi dominan dengan menurunnya secara drastis budaya literasi. Penulis mengajak para pembaca agar terus menghasilkan pemikiran-pemikiran melalui tulisan karena setiap kita adalah penulis. “Kita menulis bukan untuk dikenang. Terlalu remeh menganggap seperti itu. Kita menulis karena ingin mengikuti sunnah Nabi, mengikat ilmu, mensyukuri nikmat, sebagai salah satu cara menebar manfaat dan menirkan maksiat”. Demikan tulis Vivit Nur Arista Putra.

Segala perhatian dengan maraknya berkembang situs media sosial, penulis banyak mengkritik sebagian manusia yang secara tak sadar telah membiarakan diri mereka terhanyut menjadi konsumen informasi dengan menerimanya secara instan. Berpikir secara mendalam tidak diaktifkan. Akhirnya manusia sekarang cenderung menjadi manusia malas yang tidak lagi mencoba berpikir kritis untuk menciptakan tulisan-tulisan sebagaimana para pemikir terdahulu.

Media cetak atau media kertas yang sekarang telah bertransformasi menjadi media nirkertas dalam bentuknya yang fantastis  seperti internet di abad-21 ini, berakibat pada menurunnya kemampuan kognitif manusia. Menjadi asosial lantaran terlalu asyik dengan internet pribadi mereka sendiri. Sehingga berakibat fungsi otak tidak terasah dari waktu ke waktu.

Sebelum menutup buku ini, penulis juga tidak lupa mengingatkan para pembaca agar senantiasa menghargai pengetahuan dengan cara menulis. Kebutuhan berkirim pesan dalam bentuk komunikasi dan informasi di antara manusia adalah fitrah setiap insan. Negara yang di dalamnya tegak budaya literasi menunjukkan masyarakat di negara itu sangat menghargai pengetahuan. Pengetahuan mencuat ke permukaan lantaran timbulnya budaya literasi dalam bentuk pendidikan atau pengajaran.

Akan tetapi, pendidikan dan pengajaran dalam bentuknya seperti itu tidak lepas dari kendali sang penguasa. Penguasalah yang menginisiasi agar peradaban manusia dan negaranya bertahan lama dan tetap kokoh dari ancaman peradaban lainnya.

Budaya setiap insan mengekor sesuai dengan apa yang menjadi gaya hidup koloni yang mereka ikuti. Tidak heran jika penguasa sangat berperan besar dalam menciptakan peradaban. Kolaborasi penguasa, pemikir, penulis juga pengusaha mesti digalakkan agar tercipta manusia-manusia  yang berkontribusi memajukan ilmu pengetahuan.

Hal menarik dalam buku ini adalah uraiannya dikemas dengan bahasa yang sangat puitik. Tulisan yang diurai dengan kekhasan kodratinya sendiri. Sebagaimana kita ketahui manusia sangat menyukai hal-hal yang berbau estetik. Maka dari itu, buku ini sangat cocok dibaca oleh setiap kalangan, apalagi bagi orang –orang yang senang dengan dunia sastra. Intelektual dan keindahan berkata-berkata dipadu menjadi satu, sehingga membacanya pun mampu memproyeksikan perasaan dan menimbulkan emosi yang khas karena dengan itu pembaca akan menemukan kepuasan dan kesenangan.

Identitas buku:

Judul                      : Pecandu Buku, Gerak Laku Penuntut Ilmu

Penulis                   : Vivit Nur Arista Putra

Tahun Terbit          : 2019

Nama Penerbit       : Beranda

Jumlah Halaman    : 160 hlm.

Kota Penerbit        : Malang

Cetakan                 : Pertama

 

 

  • (Suatu Tinjauan Sosiologi Kekerasan) Kawasan Timur Tengah kembali memanas pasca kelompok Hamas Palestina menggencarkan serangan mendadak ke Israel tidak jauh di perbatasan Gaza, Sabtu (7/10/23) dini hari waktu setempat. Akhir pekan yang berubah mencekam, karena serangan ribuan nuklir itu tepat ditujukan ke Tel Aviv dan Yerusalem, menembus sistem pertahanan Iron Dome menghancurkan banyak bangunan. Frank…

  • Aktivitas manusia di era sosial media adalah produksi dan distribusi konten. Konten quote-quote adalah konten yang paling banyak berseliweran. Quotation adalah sebuah kalimat atau syair pendek yang disampaikan dalam rangka memberi makna ataupun mengobati perasaan derita dalam hidup. Penderitaan divisualisasikan dan didistribusikan melalui quote pada jejaring sosial media dalam upaya agar setiap orang diharapkan dapat…

  • “Saya tidak memikirkan representasi kecantikan yang lebih baik daripada seseorang yang tidak takut menjadi dirinya sendiri.” Pernyataan Emma Stone ini memberi sugesti pada saya betapa cantiknya seorang perempuan yang dikisahkan oleh dosen-dosen filsafat, dan yang digambarkan dalam film Agora yang pernah saya tonton. Sekitar 8 Maret 415 Masehi, kota Alexandria (Mesir) telah menjadi saksi bisu…

  • “Cita-cita kamu apa?” Ini adalah sepenggal pertanyaan yang begitu membosankan bagiku. Aku masih, dan selalu ingat. Betapa orang-orang sering mengajukannya kala aku masih di Taman Kanak-Kanak. Mulai bapak dan ibu. Tante dan om. Nenek dan kakek. Juga sepupu yang usianya terlampau jauh di atasku. Di sekolah pun demikian. Para guru kerap melontarkan deretan kalimat ini.…

  • —mengenang 3 tahun kepergian Sapardi Djoko Damono SEJAK baheula manusia dikepung puisi. Sekira tahun 1.700 Sebelum Masehi di India, puisi sudah tengger di naskah kuno Veda dan Gathas. Puisi adalah ekspresi artistik mengenai pesona diri dan hidup. Ibarat bakul puisi mewadahi “benak” penyair, yang diperah dari peng-alam-an: imajinatif, emosional, dan intelektual—peng-alam-an ini dipahat penyair pada…


Kala Literasi

Jl. Pa’ Bentengang No.6, RT.01/RW.08, Mangasa Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221