Gunung yang Retak itu
Lompobattang, gunung tinggi menjulang
Terpancang, tegak sebagai pasak.
Pepohonan menghijau, mengasrikan pandangku,
menyejukkan alamku.
Namun, semua itu, hanya cerita masa lalu.
Kini, tiada lagi dapat dinikmati.
Seperti hendak menjemput ajal,
Tak lama lagi, pasti mati.
Mata air yang bening, telah kering.
Tanahnya yang cokelat, telah retak.
Tinggal menunggu waktu untuk lantak.
Lalu, hilang tak bersisa, tak berjejak.
Ulah pengolahan lahan yang tak bijak.
Hanya karena alasan pemerataan pembangunan,
Segala rupa diratakan.
Magrib menjelang, kami tercengang,
Tersentak mendengar hulu dirundung pilu,
tebing-tebing menggelinding.
Duka tak terbendung,
di hilir, getir membanjir.
Bandang menyapu.
Rindu yang Terbunuh
Pucuk-pucuk daun bambu
Jadi saksi rindu
Pada yang tersimpan di dalam kalbu
Angin semilir yang berhembus,
kutitip rindu yang terhunus.
Kuyakin ia mampu menembus.
Lalu, bayu itu menjadi lesus.
Menyapu alam seluruh,
hingga luluh.
Memecah belah bambu,
menjadi sembilu
yang membunuh rindu.
Sebelum bersetuju.
Kemis
Kusambut pagi dengan meminta
Kulepas siang dengan meminta
Kuawali malam dengan meminta
Kujelajahi malam dengan meminta
Biarlah begitu selamanya dan seterusnya
Karena aku papa
Terlena
Sungguh aku terlena oleh pesona,
Terpana oleh cerita nostalgia
Hingga aku lupa
Masa lalu adalah milikmu.
Sementara,
Kini yang kualami
dan yang akan bertandang,
Kepunyaanku.
Kejayaan yang engkau wariskan
Tiadalah bermakna
Bila tak kuteruskan
dan kuberi warna yang berwarni.
Jika kemegahan dan keindahan itu
Hilang dan pergi meninggalkan
Aku tersuruk dan hanyut dalam kedukaan.
Rupanya aku tuna pada hikmah.
Demi Waktu
Demi waktu yang hampir berganti,
Aku lalai untuk menyadari,
Bahwa sebentar lagi engkau akan pergi.
Tapi aku masih tetap saja seperti ini.
Demi waktu yang hampir usai,
Sesungguhnya akulah manusia yang paling merugi
Isyarat yang kau beri, tak pernah aku peduli
Barulah saat engkau benar-benar pergi, terlambat aku sesali.
Demi waktu yang tak pernah kembali,
Aku belum mengabdi sepenuh hati.
Sementara engkau telah terbang tinggi,
Di tempat abadi, yang tak terjangkau lagi.
Guru SMAN 9 Takalar. Pegiat literasi di Sudut Baca al Syifa Ereng-Ereng Bantaeng dan Komunitas Pena Hijau Takalar.