Merangkum Dua Momen Kelahiran

 

Saffana Mustafani, Saffana berarti mutiara, dan Mustafani berarti yang terpilih. Rangkaian nama itulah yang kami pilihkan untuk dilekatkan sebagai identitas namamu. Tentu saja dengan harapan engkau akan tumbuh menjadi pribadi seindah mutiara serta memiliki akhlak seagung Rasulullah Saw, Sang Mustafa.

Alhamdulillah hingga detik ini harapan itu tetap tertanam dengan kuat dalam hati dan benak kami walaupun terkadang godaan perilakumu tatkala masih kanak-kanak hingga seusia kini muncul mencoba mengaburkan harapan dan keinginan tersebut. Meskipun begitu, kami terus belajar dan berusaha menjadi sebaik-baiknya orangtua bagi kalian. Di samping kami sangat percaya kehadiran anak hakikatnya sebagai ujian bagi kedua orangtuanya. Ketidaksempurnaan yang engkau hadirkan sesungguhnya pula menjadi penanda engkau adalah manusia yang sangat biasa. Yang butuh tuntunan dan arahan dari kami orang dewasa di sekitarmu.

Engkau yang memiliki karakter senang mengamati, mudah meniru, senang bergerak dan menyukai musik, lebih memilih jalan-jalan damai daripada berkonflik dengan seseorang. Engkau tahu cara menata dan mengelola emosimu. Hatimu lembut dan sangat peduli pada situasi di sekitar, khususnya binatang peliharaan. Dalam perbincangan terkadang engkau mampu menyodorkan perspektif yang berbeda dalam memandang sebuah permasalahan. Tak salah jika engkau memilih jurusan Psikologi sebagai jalan akademikmu.

Walaupun berperawakan kecil, namun aktivitas ekstra kurikuler kampusmu melebihi kapasitas fisikmu. Mulai kegiatan yang berkenaan dengan jurusanmu ataupun di luar itu, tampak menantang untuk kauikuti. Camping, mendaki, dan jelajah alam menjadi aktivitas menarik di sela-sela jadwal kuliahmu yang padat. Jika dilihat sepintas semua itu pastinya sangat menguras fisik dan energi. Engkau bisa jadi lebih gampang terkena sakit. Tetapi syukur Alhamdulillah, engkau bisa menjalani semuanya dengan baik dan seimbang. Karena ada energi semangat di dalamnya.

Nabila Azzahra, putri kedua kami yang lembut dan kalem. Nabila berarti pandai atau cerdas. Azzahra berarti bunga. Sekaligus merujuk pada nama putri Rasulullah SAW, Bunda Fatimah Az-Zahra. Ia yang lebih banyak berbicara dengan hati dan matanya daripada dengan mulutnya. Senang bermain-main dengan kata-kata. Istilah-istilah lucu dan unik mudah ia temukan untuk mengganti panggilannya pada kami seisi rumah. Bahkan bukan hanya untuk orang, ia pun kerap manamai hal-hal sederhana dengan nama ciptaannya sendiri. Misalnya kata “nyanyim-nyanyim” ia gunakan untuk menyebut gerakan mengusap-usap kulit lengan atau kaki saat ia ingin tidur dan salah satu dari kami sedang berada di dekatnya.

Kalian berdua dianugerahi sifat dan karakter yang hampir sama. Mungkin karena memiliki bulan kelahiran yang sama. Hanya beda tanggal dan tahun saja. Kecintaan pada tumbuhan terutama hewan sangat nyata terlihat dalam keseharian kalian. Snack untuk anak kucing seringkali kalian siapakan dalam tas. Katamu untuk berjaga-jaga jika tiba-tiba menemukan anak kucing yang kelaparan dalam perjalanan. Kalian bahkan lebih rela tidak minum susu kotak demi membelikan mereka makanan.

15 November 1995 hingga 15 November 2020, dan 26 November 1998 hingga 26 November 2020. Sebuah rentang masa yang cukup panjang sekaligus pendek. Ia menjadi panjang jika kenangan itu menyangkut amanah yang harus kami emban. Dan seketika memendek kala kerinduan itu terpatri ke masa kanak-kanak kalian yang lucu, penuh haru, dan menggemaskan. Kalian banyak memberi kami pelajaran tentang welas asih, cinta, dan kesabaran.

Dua gadis kecil kami yang sama-sama memiliki kecerdasan natural dan intrapersonal kini menjelma dewasa dan mandiri. Meskipun begitu, jiwa kanak-kanak itu tetap mereka rawat hingga usia kini. Kegemaran menggambar dan membaca tetap mereka pelihara meskipun sudah memiliki kesibukan yang padat. Sesekali menulis di laman daring manakala dibutuhkan. Untuk kebiasaan yang satu ini kami sekeluarga menjadikannya sebagai aktivitas penting dan berharga. Ada ide sedikit saja, ujung-ujungnya pasti ditulis, walaupun tidak selamanya berakhir dalam bentuk tulisan panjang. Minimal menjadi status atau coretan kecil dalam buku agar bisa jadi pengingat suatu hari nanti.

Jika waktu bisa diputar mundur, tentu banyak peristiwa yang ingin kami cipta ulang kembali dalam warna yang berbeda. Namun kami selalu percaya bahwa masing-masing kita telah digariskan untuk berada pada situasi dan waktu yang tepat sesuai dengan kapitas kemanusiaan yang kita bangun selama ini. Suatu waktu terbersit godaan, seandainya manusia dapat kembali mengulang peristiwa masa lalu sesuai kondisi pengetahuan yang dimiliki saat ini. Tentu segalanya akan menjadi jauh berbeda.

Akan tetapi setiap yang terjadi telah mengikuti garis takdirNya. Manusia hanya bisa berusaha, mempersiapkan segenap perangkat akal dan hati yang dianugerahkan kepadanya untuk melakukan semua amanah dengan sebaik-baiknya. Adapun hasilnya hanya bisa diserahkan pada Allah Swt Sang Penentu Takdir.

Kami orangtua beruntung, dikarunia anak-anak yang memiliki hati dan akal sempurna. Telah diberikan kemampuan untuk mendampingi kalian hingga tiba pada usia kini. Segala kekurangan yang ada kembali pada diri kami sendiri. Adapun kebaikannya hanya milik Allah semata.

Selamat mengulang hari lahir anak-anakku. Kami tidak dapat hadir dalam setiap detak napas dan langkah kalian. Cukuplah pondasi pengetahuan dan pemahaman hidup menjadi bekal kalian dalam menyusuri tahun demi tahun jatah hidup kalian di muka bumi ini.
Tumbuhlah menjadi pribadi-pribadi berakhlak mulia. Tetap jaga pikiran dan perasaan agar senantiasa ikhlas dan bahagia. Apa pun yang terjadi di luar sana. Karena kunci segalanya ada dalam genggaman kalian sendiri. Nikmati dan syukuri setiap jengkal kebahagiaan hidup yang telah dianugerahkan Allah Swt, lukislah warna-warna indah pada semesta dan jangan takut untuk berbeda.

2 thoughts on “Merangkum Dua Momen Kelahiran”

Tinggalkan Balasan ke Ahmad abni Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *