Baik dan Buruk itu Tidak Memiliki Inti pada Dirinya Sendiri

”…Baik dan buruk itu tidak memiliki inti pada dirinya sendiri… Suci dan tidak Suci adalah kata-kata kosong. Sebelum semuanya muncul, yang ada hanya kosong dan sunyi…”

Au adalah bahasa orang dawan (Suku Timor, NTT). Au Artinya, Aku. Au adalah usaha untuk memahami dan menyadari siapa diri kita sebenarnya. Siapa saya? Atau, siapa aku? Aku yang dimaksudkan ini adalah aku sebelum agama,teologi, atau sekumpulan pengetahuan yang harus dipercaya buta. Au juga bukan filsafat. Au ini sama dengan zen dalam tradisi Buddha. Au atau zen adalah sebuah jalan kuno untuk menyadari jati diri kita yang sebenarnya, sebelum semua konsep dan pikiran muncul. Dengan kesadaran itu, kita bisa hidup dengan jernih dari saat ke saat, dan membantu semua makhluk. Inilah jantung hati “Aku” atau “Au”.

Siapa Aku?

Beberapa hari lalu, dua orang sahabat saya: Fendy dan Edward mengajukan pertanyaan. Mereka berkata bahwa mereka pernah ditanyakan oleh salah seorang senior. Senior itu bertanya kepada mereka tentang: siapa aku?

Pertanyaan itu adalah pertanyaan mendasar yang diajukan bukan kepada orang lain, melainkan kepada diri kita sendiri. Selain pertanyaan itu, ada pertanyaan lain yang mendasar dan selalu diajukan oleh umat manusia. Pertanyaan itu seperti, mengapa kita lahir ke dunia ini? Mengapa kita harus meninggal? Mengapa segala hal yang kita raih tidak bisa memberikan kita kebahagiaan yang sejati? Mengapa semuanya harus kita lepas, ketika kita meninggal? Ingat, mayat tidak memiliki kenangan dan pengetahuan dibadannya.

Semua orang pasti pernah bertanya tentang hal itu. Setiap agama berusaha mengajukan jawaban. Setiap ajaran filsafat dan ilmu pengetahuan mencoba menggali penjelasan tersebut.
Namun, tidak ada satupun yang bisa memberikan jawaban untuk semua orang. Apa itu kesadaran? Mengapa kita ada? Mengapa kita harus lahir, dan kemudian mati? Memang, ilmu pengetahuan telah berkembang amat pesat. Agama-agama besar juga bertumbuh dan berkembang di berbagai belahan dunia.

Namun, semua itu tidak pernah bisa sungguh menjawab pertanyaan mendasar berikut: Siapa aku sebenarnya?

Filsafat dan ilmu pengetahuan mengandalkan akal budi manusia.
Ketika kita bertanya, siapa aku sebenarnya, akal budi kita terhenti. Kita pun lalu mencerap keadaan batin, sebelum segala pikiran muncul. Ini adalah keadaan batin kita yang asli, sebelum semua agama, filsafat dan konsep.

Jati diri kita yang asli tidak memiliki nama. Ia tidak memiliki bentuk. Ia tidak datang, dan ia tidak pergi. Tidak ada yang muncul, dan tidak ada yang hilang. Ia bukanlah benda, dan bukanlah tempat. Ketika kita menamainya, kita sudah jatuh dalam kesalahan.

Kita bisa menyadari jati diri kita dengan bertanya, siapa saya? Mengapa kita hidup di dunia ini? Sejuta pertanyaan kehidupan
berakhir pada pada pertanyaan ”siapa saya sebenarnya”.

Saat Ini

Kita perlu untuk melihat ke dalam diri kita sendiri. Kita perlu bertanya, ”Siapa ini yang sedang membaca tulisan ini? Siapa ini
yang sedang bernafas?” Ketika ditanyakan secara serius, pertanyaan tersebut menghentikan pikiran kita. Semua analisis konseptual secara alamiah berhenti.

Yang muncul adalah kesadaran akan gerak nafas kita. Kita berakar di keadaan di sini dan saat ini. Kita tidak lagi menilai keadaan sekitar kita. Kita melepaskan semua pikiran konseptual,dan kembali ke kesadaran akan telinga, nafas, tubuh dan lidah kita. Inilah keadaan alamiah kita sebagai manusia. Semua kata dan konsep berhenti.

Ketika ini terjadi, kita bergerak dari ranah pikiran ke ranah sebelum pikiran. Ini bisa disebut kesadaran akan  ”kekosongan dan kesunyian ”, atau ”pikiran pemula”, atau ”jati diri alamiah”. Pada titik itu, kita adalah diri kita sendiri, sekaligus kita adalah siapa pun.

“Siapa aku?” Adalah sebuah pertanyaan mendasar yang menyatukan semua makluk. “Aku”, tak memiliki nama dan identitas. Aku adalah kekosongan dan kesunyian. Aku adalah segalanya.

Sumber gambar: https://riaurealita.com/

  • (Suatu Tinjauan Sosiologi Kekerasan) Kawasan Timur Tengah kembali memanas pasca kelompok Hamas Palestina menggencarkan serangan mendadak ke Israel tidak jauh di perbatasan Gaza, Sabtu (7/10/23) dini hari waktu setempat. Akhir pekan yang berubah mencekam, karena serangan ribuan nuklir itu tepat ditujukan ke Tel Aviv dan Yerusalem, menembus sistem pertahanan Iron Dome menghancurkan banyak bangunan. Frank…

  • Aktivitas manusia di era sosial media adalah produksi dan distribusi konten. Konten quote-quote adalah konten yang paling banyak berseliweran. Quotation adalah sebuah kalimat atau syair pendek yang disampaikan dalam rangka memberi makna ataupun mengobati perasaan derita dalam hidup. Penderitaan divisualisasikan dan didistribusikan melalui quote pada jejaring sosial media dalam upaya agar setiap orang diharapkan dapat…

  • “Saya tidak memikirkan representasi kecantikan yang lebih baik daripada seseorang yang tidak takut menjadi dirinya sendiri.” Pernyataan Emma Stone ini memberi sugesti pada saya betapa cantiknya seorang perempuan yang dikisahkan oleh dosen-dosen filsafat, dan yang digambarkan dalam film Agora yang pernah saya tonton. Sekitar 8 Maret 415 Masehi, kota Alexandria (Mesir) telah menjadi saksi bisu…

  • “Cita-cita kamu apa?” Ini adalah sepenggal pertanyaan yang begitu membosankan bagiku. Aku masih, dan selalu ingat. Betapa orang-orang sering mengajukannya kala aku masih di Taman Kanak-Kanak. Mulai bapak dan ibu. Tante dan om. Nenek dan kakek. Juga sepupu yang usianya terlampau jauh di atasku. Di sekolah pun demikian. Para guru kerap melontarkan deretan kalimat ini.…

  • —mengenang 3 tahun kepergian Sapardi Djoko Damono SEJAK baheula manusia dikepung puisi. Sekira tahun 1.700 Sebelum Masehi di India, puisi sudah tengger di naskah kuno Veda dan Gathas. Puisi adalah ekspresi artistik mengenai pesona diri dan hidup. Ibarat bakul puisi mewadahi “benak” penyair, yang diperah dari peng-alam-an: imajinatif, emosional, dan intelektual—peng-alam-an ini dipahat penyair pada…


Kala Literasi

Jl. Pa’ Bentengang No.6, RT.01/RW.08, Mangasa Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221