Munajat dan Puisi-Puisi Lainnya

Problematika

Pendidikan, ya, pendidikan

Pendidikan bukan problematik

Ia setali tiga uang dengan urat nadi

Problematik hadir karena kuasa

Sedang pendidikan lahir tanpa paksa

Sekolah, ya, sekolah

Mungkin ada ini itu bersemayam

Sehingga pendidikan menjadi problematik

Setiap hari sekolah selalu saja dibuka

Tapi problematik tak henti-henti bersua

Guru, ya, guru

Gugu ditiru kian kikuk oleh zaman

Problematik hidup menghajarnya untuk mengajar

Berbagi ilmu benar-benar sekedar tuntutan

Digugu dan ditiru menyerah di persimpangan

(Depok, 22 Januari 2021)

Munajat

Dik Lastri mangkat

Pasca isak di ujung sekarat

Satu tali lepas mengikat

Si bocah seketika ruat

Di hari itu ada banyak mayat

Terdampar di sungai keramat

Wajah-wajah berhias gurat

Hanya berlalu dengan pepat

Tak ada iba atau sedikit niat

Bocah malang kehilangan berkat

Dua hari lewat

Joni si tetua sibuk memasang jerat

Di hadapan wajah-wajah berhias gurat

Suaranya lamat-lamat bermunajat:

Aku tak mau hidup melarat

Makin lirih: Tak apa bukan, menjadi bejat?

Si bocah menggeliat

Ah, bangsat!

(Depok, 23 Januari 2021)

Nasihat

Bu Lastri dalam dua pilihan: menasihati atau menasihati

Tampaknya tak ada pilihan

Anak semata wayangnya kian dewasa

Badannya tinggi membungkuk

Telah berjakun dengan kumis melebat

Tak lama lagi ambang batas 12 tahun belajarnya

Suaminya telah hilang, mungkin kabur

Atau 10 tahun ini ia moksa?

Tak ada kabar berita, apalagi batang hidungnya

Tak habis-habis ia memaki

Si bangsat itu lebih baik mati

Di sekolah, Bu Lastri memberi nasihat:

Tuntut ilmu setinggi mungkin, Nak

Raih masa depan gemilang

Jangan kalah bersaing

Sementara pada si tunggal

Di waktu selepas magrib, ia berujar:

Apa yo ra kerjo wae, Le?

Uripku ki sengsoro, angel

Kuliah iku tempate wong sugih

(Depok, 23 Januari 2021)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *