Sunyi di Seluruh Tubuhku
Telah menjalar
Kekosongan di kota ini
Menggeledah hingga bumbungan rumah
Tempat para ayah mengibarkan marwah keluarga
Telah merambat
Gelap di kota ini
Mengisi teko dan cangkir kosong
Tempat para ibu menyembunyikan penyesalan
Di pintu telah menunggu sebuah perahu
Yang akan membawamu
Meninggalkan kota ini
Di jalan-jalan orang memejamkan matanya
Mencari yang taka da di hidup yang nyata
Menggapai yang tak bisa digapai
Telah menular
Sunyi ke seluruh tubuhmu
Yatim di tepi danau waktu
Di sepotong rembulan dan perahu
***
Selai
Dari mana selai ini berasal
Katamu ia dibuat dari ragu yang dikentalkan
Di atas wajan waktu
Dan tungku yang pernah memanggang leluhurmu
Manisnya selai ini
Diserut dari tebu yang tumbuh di ladang pembantaian
Disaring pada malam paling gelap
Saat hantu-hantu menyilang namamu
Hiduplah dari menjual selai ini
Dan toko-toko yang menolaknya akan binasa
Dituang dari cawan paling panas
Di jagat raya
***
Segelas Lupa
Berbaris-baris kecemasan
Dan kesedihanku tak lagi berfungsi
Segelas lupa telah kutenggak
Gugup dan gundah bergantian
Jatah koperku berisi duri di jendela
Dari jembatan yang jauh api menjilat-jilat
Kujinjing pergi
Menjinakkan jiwaku
Betapa jitu bidikanmu
Di jantungku
Jaring-jaringmu pun sudah
Menjeratku di jalan ini
***
Orang-orang Itu
Orang-orang yang membosankan
Memelukku berulang kali
Sudah waktunya aku berjalan-jalan
Melupakan ribuan pelukan
Saku bajuku telah kosong akan namamu
Orang-orang yang kebingungan
Memelukku mala mini
Aku bertanya-tanya
Kenapa aku membiarkannya
Rupanya aku telah lama kesepian
Di sampingmu
Selama ini
Aku sendirian
Mengantongi bayanganmu
Sumber gembar: Pinterest
Saharuddin Ronrong asal Makassar, lahir 19 September, bekerja sebagai staf kurikulum di Sekolah Islam Athirah. Facebook: Didin Daeng Ronrong. Telah menerbitkan novel berjudul Pulang Kampung (2012), dan kumpulan cerpen Lebaran Mayat (2018).