Menjadi Sukses, Berani Melawan Tantangan

Untuk sukses sangatlah tidak nyaman.

Maka kau harus nyaman dengan ketikdanyamanan itu,

jika kau ingin sukses.”

Less Brown.

Di senja yang teduh, a million dreams—soundtrack film The Greatest Showman yang dilantunkan Ziv Zaifman dan Hugh Jackman, memecah sepi. Never enough, soundtrack untuk opera film itu yang keluar dari suara emas Loren Allred benar-benar menyentuh hati, merindingkan bulu. Di balik empat belas jari-jari jendela kayu, tak ada daun dan ranting pohon yang menari, kabut tak lagi memeluk puncak gunung, setitik bumi tanpa pamrih dibenderangi matahari.

Sebelum senja, saya terbangun oleh deringan telepon Ibumu yang ingin membuat sesuatu untuk syukuran ulang tahunmu. Saya mengangguk. Seusai shalat Jum’at 17 Desember, dua foto 14 tahun usiamu yang  disyukuri bersama teman sebayamu di rumah seorang teman sekolahmu, tak lupa kau bagikan kepadaku. Cukup lama saya menatapmu. Dalam rindu yang menggenangiku, doa-doa terbaik kubatinkan untukmu.

Nak sayang, seperti kisah-kisah dalam buku Jack Canfield, Mark Victor Hansen, dan Bud Gardner. Di usiamu yang masih pagi, harga untuk sebuah impian yang kau tapaki, mulai kau rasakan. Sepulang sekolah maupun saat libur, rajin berlatih di dalam gedung tempat latihan, tiga kali sepekan. Letih kerap membuatmu cepat tidur. Di waktu tertentu, kau berlatih di lapangan samping masjid yang tak jauh dari tempat kita tinggal. Pahit manis juga pernah kau rasakan di momen tertentu, kadang lawanmu laki-laki dewasa.

Para bijak bestari berkata, apa yang kau tanam, itulah yang akan kau tuai. Tiga belas hari lalu, bersama Divania Epilda Impak yang satu sekolah denganmu di SMP Negeri 12, tembus final ganda putri pelajar turnamen badminton SMP se-Kota Makassar 2021. Di final, ganda putri SMP SKO sudah menunggu.

Seusai shalat Magrib pada 4 Desember itu, saya bergegas membuka pesan yang masuk di hp. Sebuah foto di “panggung” penerima hadiah juara darimu. Foto yang sama kuterima dari Ibu dan kakakmu, Indira Azizah Amardhyta. Papan yang tertulis di depanmu dan Divania berdiri jelas terbaca: Juara 2, berdampingan dengan Juara 1 SMP SKO, SMP yang Juara 3, dan SMP Negerei 4, Juara Harapan 1.

Berulang kali saya bersyukur. FajarTV yang menyiarkan pembukaan, semi final dan final itu, berkali-kali ku tatap. Saya juga bersyukur, Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Makassar bekerjasama dengan FajarTV menggelar turnamen di Fajar Arena tersebut pada 2-4 Desember, dengan tujuan mencari atlet pelajar bulutangkis multitalenta kota ini, sekaligus persiapan bulutangkis kejurda. Nak, banyak pihak juga mengapresiasi capaian kalian.

Saya masih ingat. Saat dinyatakan lolos seleksi mewakili sekolahmu di turnamen itu, Ibumu ingin memenuhi permintaanmu: sepatu khusus yang digunakan dalam pertandingan bulutangkis. Karena tanganku tak sampai, kakak pertamamu, Fazhrul Ihza Amarthya, merelakan sebagian tabungannya.     

Nak sayang, tak ada gen bulutangkis dalam garis darahku maupun Ibumu.  Bulutangkis yang kau cintai adalah salah satu anugerah terindah dari Allah kepadamu, juga adikmu, Farros Misyel Amarryza, yang juara 1 pada pertandingan kecil. Cara menyukuri anugerah ini, dengan terus berlatih, matangkan mental dan keahlian. Tak usah peduli dengan ucapan dan cibiran orang-orang yang ingin menjatuhkanmu, karena saya yakin bulutangkis menjadi satu hal terpenting dalam hidupmu.

Rajin-rajinlah tengok perkembangan dan kompetisi bulutangkis dunia di berbagai media. Banyak pelajaran penting yang dapat kau dipetik. Malam ulang tahunmu, sebelum rehat, dua video Apriyani Rahayu-Greysia Polii yang mengharumkan nama Indonesia di Olimpiade Tokyo, Jepang, saya kirimkan lagi kepadamu. “Selain Apriyani, banyak pemain bulutangkis yang saya idolakan,”jawabmu, mantap.

Nak cantika. Olahraga termasuk bulutangkis merupakan salah satu dari 8 kecerdadan manusia yang ditemukan ahli pendidikan Amerika Serikat, Prof. Howard Gardner dalam risetnya. Ia menyebutnya bodily-kinesthetic intelligence, yaitu keahlian manusia menggunakan badani untuk mengkspersikan ide dan perasaan. Seperti aktor, penyanyi, penari, dan atlit-olahragawan.  

Saya juga teringat Carol S. Dweck yang puluhan tahun meneliti kesuksesan para atlet, CEO, musisi, dan seniman. Guru besar psikologi Stanford University, Amerika Serikat ini menyimpulkan, orang-orang sukses di berbagai profesi itu memiliki pola pikir yang bertumbuh, growth mindset. Ia yakin, growth mindset benar-benar memungkinkan orang untuk mencintai apa yang mereka lakukan, dan tetap mencintainya meskipun menghadapi berbagai kesulitan. “Berani hadapi tantangan,”tandas Rhenald Kasali dalam pengantar buku laris karya Dweck: Mindset, yangjuga dibaca selebriti secerdas Maudy Ayunda.

Nak sayang. Perjalananmu masih panjang, mungkin masih banyak rintangan yang akan kau hadapi dan lewati. Pengalaman atlet bulutangkis yang berpretasi di tingkat bawah hingga internasional, mengharumkan nama bangsa, bisa kau jadikan cermin. Bahwa, dengan tekad, semangat, mentalitas dan keahlian yang mumpuni yang terus diasah, impian tertinggi bukan mustahil untuk dicapai.

Prestasi di turnamen badminton pelajar tingkat SMP se-Kota Makassar sebelum  ulang tahunmu itu, semoga dapat kau jadikan pijakan untuk terus melangkah penuh semangat demi menggapai impianmu. Selalulah rendah hati, dan ingat pada Allah di setiap langkah. Doa ku, juga ibu, kakak, dan adikmu, selalu menyertaimu. Barakallahu fi umrik, nak sayang.**    

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *