(Sebuah Renungan Reflektif)
Suatu kali anak-anak ada yang bertanya, “Apakah Umi tidak pernah dihampiri perasaan bosan dalam hidupnya?” Saya terdiam sesaat sebelum mulai memberikan komentar atas pertanyaannya. Menurutku sangat wajar ia menanyakan itu, mungkin saja untuk membandingkan dengan apa yang ia rasakan. Dalam artian ia saja yang banyak berkegiatan di luar rumah rentan mengalami kejenuhan, apalagi mereka yang ruang geraknya hanya berputar di situ-situ saja. Ditambah lagi dengan rutinitas dalam rumah yang polanya sama mulai pagi sampai pagi berikutnya. Orang yang ditemui pun masih tetap sama sepanjang hari.
Saya kemudian mulai memberinya jawaban dalam bentuk obrolan santai. Bahwa bagi Umi, kegiatan di dalam rumah sangatlah mengasyikkan dan penuh tantangan. Karena saya adalah tipe pemikir, lebih banyak diam tetapi aktif menganalisa jika melihat ada masalah atau sesuatu yang tidak beres. Nah, kehidupan di dalam rumah yang dihuni oleh orang-orang yang beragam pemikiran dan karakternya tidak pernah selesai untuk ditelaah. Ibarat memadukan pembelajaran dunia psikologi dan antropologi dalam bentuknya yang lebih populer.
Di samping itu pula, buku-buku sudah menjadi teman berjalan yang setia dan mengasyikkan. Tentang buku, pastinya ada banyak cerita orang-orang yang mengagungkan keberadaannya. Ia menarik dan penuh sensasi, mengundang rasa ingin tahu, pemberi solusi dalam hidup, juga menjadi penghibur kala sekadar ingin bersantai. Dan terakhir, ada orang-orang dalam rumah yang menjadi objek dalam membumikan setiap pengetahuan yang telah saya dapatkan. Membantu mengatasi masalah mereka serta menciptakan model interaksi yang harmonis di antara sesama penghuni rumah. Menghidupkan suasana damai dan rasa bahagia adalah hal-hal sederhana yang mendorong saya terus-menerus aktif mempelajari pengetahuan yang berkaitan dengannya.
Sepanjang tahun 2021, di mana pandemi masih terus membayangi, kami bersyukur atas segala karunia dan berkah yang Tuhan berikan. Sungguhpun roda bisnis perbukuan kami nyaris mengalami kemunduran, jika tidak bisa dikatakan sinarnya mulai redup, namun capaian dalam aspek-aspek batiniah dan spiritual serasa mengalami banyak kemajuan. Penerimaan satu sama lain menjadi titik penting penandanya. Tidak ada yang lebih membahagiakan manakala kita dapat saling menerima apa adanya kondisi kemanusiaan masing-masing.
Hal-hal lahir yang menggembirakan pula adalah anak-anak kami semakin menemukan jalan hidup dan pilihan karier yang mereka minati. Putri sulung kami, telah hampir tiga tahun dipercayakan memimpin sebuah sekolah yang mengusung misi pembelajaran yang berpihak pada perasaan aman dan nyaman anak-anak. Sekolah bernuansa rumah yang mengedepankan sisi manusiawi anak-anak. Sebuah pencapaian besar menurut kami. Ia berhasil menerobos segala rintangan dan godaan masa remaja yang berat menuju sebuah kondisi kematangan berpikir, bertindak, dan bertanggung jawab pada pilihan hidupnya.
Sementara itu putri kedua kami lebih memilih berkarya jauh dari rumah, mengambil jalur seni desain, bekerja di balik meja, menghidupkan imajinasinya bermain sketsa, menyelaraskannya dengan kata-kata. Ia sangat menikmati tinggal di tengah warga yang memiliki latar belakang adat istiadat, agama, dan budaya yang berbeda dengan semua pengalaman masa kecilnya. Ia mengaku tertantang dengan semua perbedaan itu. Warga Denpasar baik, ramah, dan saling menghargai kepemilikan satu sama lain.
Adapun putri ketiga sedang giat-giatnya menyelesaikan studi pada jurusan Psikologi di Universitas Negeri Makassar, sembari menambah pengetahuan dan keterampilannya di bidang lain. Mencintai alam dan pegunungan, belajar biola serta bahasa isyarat, semakin mengakrabkannya dengan dunia yang berbeda dengan kesehariannya. Menjadikannya lebih terbuka dengan ragam dunia luar dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Bungsu kami, laki-laki sendiri pun telah kami biarkan memilih sendiri jalur hidupnya. Dimulai dengan pilihannya untuk melanjutkan sekolah di daerah, meninggalkan keramaian kota dengan semua tawaran kesenangan yang bisa diberikan. Kami hanya menuntunnya lewat obrolan dan diskusi soal masa depan. Selanjutnya ia yang menentukan pilihannya sendiri. Jika ia meminta pendapat atau tanggapan akan suatu masalah, maka kami kembalikan lagi padanya dengan pertanyaan-pertanyaan. Dari sanalah kemudian sesekali muncul jawaban-jawaban hasil perenungannya sendiri.
Sebagai orangtua, tentunya kami akan terus belajar dari waktu ke waktu, dari kasus ke kasus. Kami sadar semua itu akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di kemudian hari. Tetapi Allah Swt pasti Maha Baik. Ia tidak menilai hasilnya, melainkan proses dan perjuangan yang ditempuh oleh setiap insan di dalanya. Banyak duka dan air mata yang berkelindan di sela-sela tawa bahagia.
Jika saja kita dapat memahami sepenuhnya dan selamanya, bahwa bahagia dan derita, suka dan duka, gembira dan nestapa, akan senantiasa beriringan dan beririsan dalam proses menjemput takdir, maka prasangka baik pada Sang Maha Pencipta akan menghiasi hari-hari kita kini dan akan datang.
Selamat mengawali hari pertama di tahun yang baru.
Pegiat literasi dan parenting di Paradigma Institute. Telah menulis buku “Dari Rumah untuk Dunia” (2013) dan “Metamorfosis Ibu” (2018).