Kembali dunia sastra Indonesia digairahkan oleh penerbitan buku yang penuh inspirasi dan motivasi, berjudul “Jangan Mau Jadi Orang Rata-Rata”. Buku ini merupakan edisi kedua yang dihasilkan oleh pengarang termahsyur dan ternama asal Lamongan yakni Ahmad Rifa’i Rif’an, yang sebelumnya telah menerbitkan buku yang berjudul “From Kuper To Super”.
Bedanya dengan buku sebelumnya, jika buku “From Kuper To Super” hanya membahas tentang langkah yang ditempuh untuk mengubah pribadi yang kurang pergaulan menjadi pribadi yang sukses di masa depannya, maka buku “Jangan Mau Jadi Orang Rata-Rata” ini membahas tentang langkah dalam mengubah pribadi yang biasa menjadi pribadi di atas rata-rata.
Buku ini pada dasarnya membahas tentang bagaimana seseorang yang awalnya kuper atau biasa-biasa saja menjadi luar biasa atau di atas rata-rata. Pada bagian pertama, penulis memperkenalkan siapa itu manusia rata-rata, dengan begitu pembaca menjadi tahu manusia rata-rata yang dimaksud oleh penulis. Menurutnya, manusia rata-rata itu adalah manusia yang takut jadi yang pertama, enggan jadi yang terbaik, takut dianggap beda, selalu ingin seperti orang kebanyakan, tidak suka perubahan, takut diberi tanggung jawab, ingin hidupnya selalu santai, dan tidak punya target hidup yang tinggi.
Kemudian, sang penulis turut menceritakan sedikit perjalanan hidupnya, yang dulunya itu biasa-biasa saja, bahkan cenderung kuper dan cupu. Hebatnya, penulis seakan menyuntikkan racun inspirasi kepada pembaca setelah membaca akhir cerita perjalanan hidup penulis sendiri. Yang dulunya sangat kuper dan cupu, lalu berubah drastis menjadi pribadi yang hebat, dan kaya prestasi karena tekad yang kuat. Tidak berhenti disitu, penulis turut memancing batin pembaca dengan kata-katanya yang menggugah yakni “Its Me, Who are You” (halaman 14).
Bukan hanya itu saja, penulis juga membahas tentang kecenderungan seorang yang tidak populer (gaul) menjadi sukses di masa depan. Penulis seakan menunjukkan kepada pembaca jika menjadi populer tidaklah menjadi acuan jika orang tersebut akan sukses di masa depan, justru sosok yang sering dikatakan kuper dan culun kerap kali muncul sebagai pribadi yang dahsyat, membanggakan bahkan mencengangkan.
Hal tersebut mengacu pada buku yang berjudul “The Geeks Shall Inherit the Earth” karya Alexandra Robbins. Kemudian, ternyata penulis cukup pintar dalam memahami problem yang melanda kebanyakan para remaja dalam meraih prestasi. Penulis mengungkapkan jika prestasi itu bukan hanya berkaitan dengan kepintaran intelektual semata saja.
Ada banyak potensi dan bakat yang mestinya dikembangkan, sehingga penulis mengungkap beberapa hal penting yang mesti dipahami betul dalam meraih prestasi yakni, jangan enggan bercita-cita, jangan gengsi berbuat baik, jangan dekati apa pun yang tak menguntungkan masa depan, tulis target, bergegaslah jika ada peluang berprestasi, jangan pernah mencoba hal baru yang berpeluang menghebatkan, buang semua kebiasaan jelek, dan memilih sahabat yang mendukung tercapainya impian.
Selain dari itu, penulis juga memaparkan mengenai hal yang menjadi penghambat kesuksesan, serta cara-cara meningkatkan kecerdasan otak. Penjelasan tersebut, sangat mengilhami dan menambah wawasan pembaca, khususnya bagi para remaja untuk senantiasa melakukan hal-hal yang mampu menunjang kesuksesan mereka.
Pada bagian kedua, penulis lebih mendalami tentang sosok sang remaja saleh. Penulis tahu betul, jika menjadi seorang remaja bukan hanya dituntut untuk menjadi pintar dan kaya akan prestasi, melainkan mesti saleh.
Apalah gunanya prestasi seabrek jika moral kita bejat. Seperti itulah mungkin yang ingin disampaikan penulis, seperti pada kata-kata “Ketika kemaksiatan telah diabaikan, maka lembaga pendidikan hanya akan melahirkan para pendurhaka yang genius. Mereka intelek, tapi akhlaknya jelek. Otaknya brilian, tapi tak punya iman. Dan ingat bejatnya orang cerdas jauh lebih bahaya daripada yang bego” (halaman 59). Mungkin pula penulis ingin menyampaikan keluh kesahnya terhadap para aparat negara yang secara intelek pintar, tapi mereka sangat bejat dan tidak memiliki moral dengan mengambil uang rakyat (korupsi).
Bukan hanya sebatas itu, dalam buku tersebut juga dijelaskan tentang sosok Rasulullah SAW yang patut dijadikan teladan dalam belajar. Pasalnya kemajuan dan perkembangan agama Islam tidak lepas dari andil besarnya. Dalam analisis Michael H. Hart, menempatkan Rasulullah SAW sebagai tokoh yang paling berpengaruh di dunia. Seolah penulis mengajak pembaca agar meneladani dan mencontoh Rasulullah SAW.
Pada bagian ketiga, penulis lebih memaparkan mengenai sosok remaja gaul. Penulis seakan mengungkapkan arti gaul yang sesungguhnya, yang kadang disalah tafsirkan oleh kebanyakan orang. Pembaca pun seakan hanyut terhadap pendapat kritis dari sang penulis. Berbagai persepsi mengenai arti dari gaul itu sendiri, namun pada dasarnya gaul merujuk pada perilaku terpuji dan mulia, seperti tergambar pada kata-kata “Orang gaul itu, brilian otaknya, baik sifatnya, hebat prestasinya, luas pertemanannya, tak enggan membantu sesamanya. Orang gaul itu, aktif bersosialisasi, update berita dunia, bertanggung jawab terhadap diri dan sekitarnya”.
Singkatnya, orang gaul yang ditafsirkan oleh penulis adalah bukan hanya pintar secara intelektual, tetapi juga pintar secara emosional dan spiritual. Kesemuanya mesti seimbang, karena kalau kita cuma pintar saja, maka tak ada gunanya kepintaran tersebut jika tidak diimbangi dengan sikap terpuji. Begitu pula sebaliknya, tak elok rasanya jika kita cuma taat beribadah dan berbuat baik, tetapi kita bagaikan katak dalam tempurung yang tak tahu apa-apa.
Buku ini sepatutnya menjadi acuan dan pedoman bagi pembaca, khususnya bagi para remaja. Pasalnya begitu banyak hal positif yang diperoleh dari membaca buku ini. Pemikiran dan wawasan akan semakin bertambah, sehingga kita akan lebih bijak dalam menjalani hidup.
Selain itu, buku ini bukan hanya menyajikan pendapat penulis semata, tetapi juga memaparkan pendapat dari berbagai referensi, baik itu dari buku maupun pengalaman seseorang yang patut diteladani. Sehingga tak ayal, jika buku ini patut menjadi motivasi dan inspirasi bagi remaja dalam menggapai mimpi mereka.
Dari segi penulisan, buku “Jangan Mau Jadi Orang Rata-Rata” ini menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Jarang penulis menggunakan istilah-istilah yang tidak diketahui pembaca, kebanyakan istilah-istilah yang digunakan adalah istilah-istilah yang sudah familiar bagi pembaca pemula sekalipun. Bukan hanya itu saja, buku ini pun diperkaya dengan cerita dan kisah inspiratif yang mampu mencuri hati pembaca.
Setiap cerita dan kisah inspiratif yang ada di dalamnya, dikemas dengan bahasa yang begitu indah, sehingga sangat enak dibaca. Kemudian, penulis kerap kali menyelipkan sedikit humor dalam pembahasan, dengan tujuan agar bukan hanya inspirasi saja yang didapatkan pembaca melainkan hiburan.
Dalam membicarakan bagian-bagian dalam buku ini, alangkah eloknya jika bagian “Agar Ilmuku Abadi” ditempatkan pada bagian 3 yakni Sang Remaja Gaul yang sebelumnya berada pada bagian 2 yakni Sang Remaja Saleh. Pasalnya tidak ada kaitan antara menjadi penulis dengan sosok remaja saleh. Remaja boleh saja dikatakan saleh tanpa harus menjadi penulis, bukan? Karena hal tersebut tidak menjadi indikator remaja tersebut saleh atau tidak. Justru bagian “Agar Ilmuku Abadi” seharusnya ditempatkan pada bagian 3 yakni Sang Remaja Gaul, karena kata gaul bisa disandingkan dengan kegiatan menulis. Ada banyak orang yang menjadi gaul gara-gara menulis, termasuk sang penulis Ahmad Rifa’i Rif’an. Hal ini dimaksudkan agar pembaca tidak salah tafsir atau tidak terjadi kekeliruan.
Buku ini sebenarnya akan lebih sempurna jika penulis menyuguhkan ending atau akhir pembahasan yang membuat pembaca terkesima dan terkagum-kagum. Karena, akhir pembahasan juga turut andil dalam menentukan tingkat kepuasan pembaca.
Penulis sebenarnya telah menyuguhkan akhir pembahasan yang lumayan bagus, yakni tentang Life is Adventure. Namun, alangkah baiknya jika akhir dari pembahasan tidak jauh-jauh dari topik utama dari isi buku yakni Jangan Mau Jadi Orang Rata-Rata, penulis dapat mempertegas kembali argumen ataupun pendapatnya mengenai sang remaja kuper yang menjadi remaja super atau di atas rata-rata, namun dengan bahasa yang berbeda dari pembahasan sebelumnya.
Terlepas dari itu semua, harus diakui bahwa buku edisi kedua dari penulis Ahmad Rifa’i Rif’an ini merupakan karya yang begitu memikat dengan sejuta inspirasi dan motivasi yang ada di dalamnya. Bahkan, cara dan gaya penulisannya telah memberikan sentuhan yang indah di hati siapa pun yang membacanya. Buku ini memang patut diapresiasi, pasalnya isi dalam buku tersebut telah mampu menggugah semangat dan mental para remaja untuk dapat berprestasi, dan menjadi orang di atas rata-rata. Kita menantikan karya berikutnya.
Judul : Jangan Mau Jadi Orang Rata-Rata
Pengarang : Ahmad Rifa’i Rif’an
Editor : Nursito Luky
Penerbit : Gramedia, Jakarta
Tahun : 2015
Tebal halaman : 156 halaman
Aku bersekolah di SMA Insan Cendekia Syech Yusuf, Gowa. Hobiku membaca buku dan menulis. Aku menuliskan apa yang kupikir.