Semua tulisan dari Musdalifa Sidampoy

Santri Pelajar Al Hikmah Institute Makassar

Sembilan Gerbang Menjadi Anak Super

Kita adalah apa yang kita lakukan berulangulang. Keunggulan bukanlah sebuah tindakan, melainkan sebuah kebiasaan” (Aristoteles)

Pada masa sekarang ini, kecerdasan seseorang biasanya dilihat dari seberapa tinggi nilai akademik yang ia raih selama masa pendidikannya. Bahkan salah satu tolok ukur bagi seorang pelajar untuk disebut “cerdas” adalah unggul dalam mata pelajaran matematika.

Masih cukup banyak kasus di mana orangtua menjadi penentu masa depan yang harus dipilih anak mereka, dengan dalil orangtua lebih banyak pengalaman untuk kebaikan masa depan sang anak. Padahal itu masihlah sebuah asumsi dan tanpa memikirkan apakah sang anak mampu memenuhi asumsi mereka atau tidak.

Tuntutan untuk memenuhi harapan orang tua kadang kala berdampak pada kesehatan mental seorang anak. Memaksakan apa yang bukan menjadi keinginan anak adalah salah satu sebabnya, yang bisa membuat sang anak depresi. Satu hal yang perlu disadari bahwa setiap manusia terlahir dengan bakatnya masing-masing, dan itulah yang membuat dia spesial dengan setiap hal berbeda yang hanya ada padanya. Bisa jadi matematika adalah kelemahan baginya, sedangkan bakat seninya begitu luar biasa, yang bahkan anak lain tak bisa.

Salah satu contoh yang bisa kita saksikan bersama ada pada film Taare Zameen Par, yang rilis pada 21 Desember 2007. Film Bollywood yang dibintangi oleh Aamir Khan menceritakan tentang seorang anak penderita disleksia yang memiliki kesulitan untuk membaca dan menulis, membuat dirinya kesulitan saat belajar di kelas. Karena ketahuan bolos oleh ayahnya, akhirnya Ishaan dipindahkan ke sekolah baru, yang membuat dia lebih tertekan karena tak ada ibunya lagi yang akan membantunya. Hingga kedatangan seorang guru seni, Nikumbh (Aamir Khan) yang mengetahui bakat Ishaan, dia membantunya belajar dengan metode yang tidak biasa. Usaha sang guru tidak sia-sia, karena berkat metode yang dia gunakan, Ishaan akhirnya bisa membaca dan menulis, sekaligus melatih bakat melukis hingga ia menjadi pemenang dalam sebuah lomba seni mewakili sekolahnya.

Dari contoh itu bisa kita tarik kesimpulan bahwa memang nilai akademik bukanlah patokan untuk menilai kecerdasan seseorang, karena ada bakat pada setiap individu yang jika tak dikekang bisa menjadi potensi luar biasa bagi dirinya.

Howard Gardner, seorang tokoh pendidikan sekaligus psikolog yang mencetus teori kecerdasan majemuk atau multiple intelligences, berpendapat bahwa ada sembilan tipe kecerdasan pada manusia.

Teori ini pertama kali diuraikan dalam buku Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences, pada tahun 1983. Dalam bukunya, Gardner menyebutkan bahwa sembilan tipe kecerdasan yang dimiliki oleh manusia memiliki tingkatan berbeda-beda. Menurutnya kecerdasan tidak hanya bisa diukur melalui nilai akademik, tetapi setiap orang mempunyai kecerdasan majemuk, yakni kecerdasan baik intelektual maupun emosional.

Berikut penjabaran tentang 9 (sembilan) kecerdasan majemuk yang ada pada manusia.

Tipe kecerdasan pertama, yakni kecerdasan visual-spasial. Orang dengan tipe kecerdasan ini memiliki kemampuan untuk berpikir secara abstrak dan lihai dalam memvisualisasikan segala sesuatu. Ciri mereka yang termasuk dalam kecerdasan tipe ini adalah tertarik pada hal-hal berupa bentuk dan sudut pandang fisik, dan mampu menafsirkan gambar, grafik dan bagan dengan mudah. Singkatnya, orang dengan kecerdasan visual-spasial ini mampu menerjemahkan gambaran yang ada dalam konsepnya sendiri kedalam bentuk dua dimensi ataupun tiga dimensi.

Pakar psikologi dari Universitas Stanford pada tahun 1979, David F. Lohman menuturkan bahwa kecerdasan visual-spasial merupakan kemampuan untuk menghasilkan, memelihara, memanggil kembali dan mengubah imajinasi visual yang terstruktur dengan baik di otak mereka.

Kedua adalah tipe kecerdasan linguistik-verbal, di mana ini adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata dengan baik, entah itu saat membaca, menulis maupun berbicara. Cirinya adalah peka dengan kata, arti, makna bahkan hingga ritme dalam sebuah ungkapan dalam sebuah obrolan.

Kemampuan menulis yang mereka miliki tak lagi bisa diragukan, karena kelihaian menyusun dan mengatur kata-kata agar terdengar indah dan bermakna saat dibacakan. Pada umumnya, orang dengan kecerdasan tipe ini adalah orang yang nyaman dengan dunianya sendiri, atau lebih dikenal dengan istilah introvert, tapi mereka di balik itu mereka adalah orang yang sangat asik ketika sudah kenal dekat dengannya.

Kecerdasan tipe ketiga adalah tipe yang cukup menyebalkan, pasalnya acuan cerdas disandarkan kepada mereka. Kecerdasan logis-matematika, yang mana seperti namanya mereka adalah orang- orang yang kritis dan melakukan segala sesuatu tak lepas dari perhitungan dan analisis yang rumit. Hal itu sangatlah berguna, karena kritis dan logis adalah salah satu kebutuhan untuk mempertahankan sebuah argumentasi, dan orang yang memiliki tipe kecerdasan ini juga sangat lihai dalam hal itu.

Memiliki ketertarikan lebih pada bidang olahraga maupun aktivitas fisik, seperti menari juga merupakan sebuah kecerdasan. Kecerdasan kinestik-jasmani namanya. Memiliki keterampilan motorik yang baik, kemampuan fisik yang mumpuni, ketangkasan dan koordinasi tubuh yang baik merupakan ciri tipe kecerdasan yang satu ini.

Tipe yang kelima, yakni kecerdasan musikal. Ketertarikan pada suara, nada dan ritme adalah cirinya, yang sekilas terdengar sama seperti kecerdasan linguistik-verbal, yang mana berbicara pada dataran ritme. Tentu keduanya memiliki pembeda yang cukup signifikan, linguistik berbicara tentang ritme dari kalimat pada sebuah ucapan dan dapat menarik makna darinya, sedangkan kecerdasan musikal berbicara pada dataran ritme yang sesungguhnya, atau yang kita sebut dengan musik. Menyanyi dan bermain alat musik membuat mereka mendapatkan ketenangan.

Kecerdasan interpersonal, atau sering juga disebut dengan kecerdasan sosial adalah orang-orang yang pandai memahami serta berinteraksi dengan orang lain di sekitar mereka. Orang dengan kecerdasan ini cocok untuk menjadi seorang pemimpin, karena mampu memahami perasaan orang lain, dan mampu bekerja sama dengan baik, serta mampu mengambil keputusan dengan bijak karena mempertimbangkannya dari berbagai perspektif.

Selanjutnya adalah kecerdasan intrapersonal, yang mana merupakan kebalikan dari tipe sebelumnya. Mereka dengan kecerdasan seperti ini lebih cenderung memahami diri mereka sendiri. Terkenal sebagai pribadi yang tangguh karena mampu memotivasi diri sendiri dan konsisten terhadap keputusan yang ia ambil. Kenapa hal seperti ini juga termasuk kemampuan? Karena pada dasarnya, tak semua orang tahu apa yang sebenarnya yang dia inginkan untuk dirinya sendiri, apalagi mereka yang didoktrin untuk mengikuti setiap keinginan orang tua. Maka dari itu, kemampuan untuk paham akan diri sendiri juga termasuk kecerdasan.

Kedelapan yakni kecerdasan naturalistik, atau mereka yang senang akan hal-hal berbau alam, baik itu hewan, tanaman maupun lingkungan. Biasanya orang dengan kecerdasan ini punya skill survival atau kemampuan untuk bertahan hidup di alam bebas.

Terakhir adalah kemampuan seseorang untuk bisa menjawab persoalan terdalam mengenai eksistensi atau keberadaan manusia. Sebutannya adalah kecerdasan eksistensial. Biasanya mereka adalah orang- orang yang memiliki ketertarikan untuk mempelajari filsafat dengan lebih mendalam. Pelajaran yang bagi orang awam adalah sesuatu yang sangat rumit untuk dipahami, namun justru kerumitan ini yang menjadi daya tarik karena menggugah nalar untuk terus berpikir lebih dalam demi mendapatkan sebuah jawaban.

Itulah sembilan tipe kecerdasan yang ada pada manusia. Kenali kemampuan diri sendiri untuk jalan yang lebih baik.

Akan juga muncul pertanyaan tentang bagaimana cara kita mengetahui kemampuan diri kita, walaupun telah membaca ciri-ciri dari setiap tipe kecerdasan.

Sederhana saja, kita tinggal fokus pada apa yang kita senangi, apapun itu tanpa memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang kita, karena itu hanya akan menjadi penghambat bagi potensi sebenarnya diri kita.


Sumber gambar: www.halodoc.com