Semua tulisan dari Putri Nabilah

Bergiat di Al Hikmah Institute Makassar

Generasi Stroberi dan Kesehatan Mental

Cempaka (nama samaran) bercerita tentang teman kuliahnya yang mengalami depresi dikarenakan putus cinta. “Dia menangis berhari-hari setelah putus, sering histeris. Pernah kabur dari kost, jalan kaki. Saya ikuti dari belakang, karena saya khawatir keadaannya” kata cempaka.

Tentunya ia sangat khawatir terhadap kondisi temannya tersebut. Mereka pernah tinggal satu kost namun kemudian terpisah dikarenakan temannya cenderung menarik diri setelah mengalami tekanan akibat putus cinta. Meski sekadar percintaan, hal semacam itu bukan persoalan sepele.

Menurut informasi dari salah satu dosen mahasiswa tersebut, korban mengatakan bahwa ia merasa sendiri dan juga merasa ingin bunuh diri. Dan dosen tersebut menyarankan untuk menemui psikolog profesional karena dia sadar tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk memberikan pendampingan.

Banyak kasus bunuh diri berawal dari depresi yang tidak menemukan jalan keluar, baik karena masalah asmara, keluarga, kuliah, ataupun pertemanan. Dikalangan mahasiswa saja, sepanjang setahun terakhir bisa ditemukan berita bunuh diri yang tersebar dibeberapa kota. Pada awal oktober 2023, dua kasus bunuh diri mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta dan Semarang, Jawa Tengah, terkuak di media disebabkan oleh depresi menurut sumber khusus.

Kasus bunuh diri juga terjadi di Kediri, Makassar dan Jambi karena tugas kuliah. Mahasiswa di Universitas Gadjah Mada akhir tahun lalu juga bunuh diri, begitu juga dengan mahasiswa universitas Indonesia yang mengakhiri hidupnya sebelum wisuda. Kasus bunuh diri juga terjadi pada siswa sekolah, baik di tingkat menengah pertama maupun menengah atas.

Di Asia Tenggara, Thailand menduduki rekor bunuh diri tertinggi, yaitu 12,9%, disusul Singapura 7,9%, Vietnam 7,0%, Malaysia 6,2%, Indonesia 3,7%, dan Philipina 3,7%.

Dari sinilah kita bisa melihat bahwa sangat besar persentase bunuh diri yang disebabkan oleh depresi. Maka dari itu sangatlah penting untuk mengenal lebih jauh tentang kesehatan mental. Apalagi untuk dikalangan generasi stroberi.

Istilah generasi stroberi ini diciptakan oleh Sosiolog Australia yaitu Paul Hirst pada tahun 1978. Istilah generasi stroberi juga pertama kali muncul pada buku “The Graying of the Greens: Demographic Change And Political Realignment In Australia”, sebagaimana dilansir dari laman Binus University.Pemilihan istilah stroberi di sini memiliki kesesuaian antara buah stroberi dengan karakteristik generasi yang terlihat kreatif namun memiliki jiwa yang rapuh. Pada buah stroberi, ini sesuai dengan buah yang terlihat indah dari luar namun mudah hancur karena teksturnya yang lembek.Sehingga dapat dipahami bahwa generasi stroberi adalah generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tapi disisi lain mudah menyerah dan rapuh dalam hal mental apalagi jika dihadapkan dengan suatu masalah.

Jadi mari kita mengulas apa itu kesehatan mental. Kesehatan Mental atau Jiwa menurut Undang-undang No.18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa merupakan kondisi seseorang dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial hingga ia menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan dapat memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Hal itu berarti kesehatan mental mempunyai pengaruh terhadap fisik seseorang dan juga mengganggu produktivitasnya. Dan perlu diketahui, gangguan mental atau kejiwaan bisa dialami oleh siapa saja.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengaitkan perilaku bunuh diri, baik itu ide, rencana, dan tindakan bunuh diri dengan berbagai gangguan jiwa seperti depresi dan memprediksi depresi akan menjadi masalah gangguan kesehatan utama.

Depresi adalah gangguan perasaan atau mood yang disertai komponen psikologi berupa sedih, bimbang, tidak ada harapan dan putus asa disertai komponen biologis atau fisik. Depresi dikatakan normal apabila terjadi dalam situasi tertentu, bersifat ringan dan dalam waktu yang singkat. Bila depresi tersebut terjadi diluar kewajaran dan berlanjut maka depresi tersebut dianggap abnormal. Depresi yang berlangsung lama atau berkurang dapat mengganggu kemampuan individu untuk beraktivitas di tempat kerja, sekolah dan menjalani kehidupan sehari-hari. Dampak dari depresi yang paling parah yaitu menyebabkan seseorang bunuh diri.

Depresi bisa terjadi dikarenakan individu mengatribusikan berbagai pengalaman negatif seperti kekecewaan, perbandingan yang tak adil, dua perasaan yang bertentangan, penyakit aktivitas mental yang berlebihan, penolakan dan tujuan yang tak tercapai dan minimnya komunikasi antar keluarga. Inilah beberapa penyebab terjadinya depresi yang dimana bisa saja disebabkan oleh orang terdekat maupun tidak.

Dari berbagai masalah tersebut dengan cara apa kita menyikapinya? Menurut seorang psikologi sekaligus penulis yang berasal dari Amerika, Daniel Goleman, mengatakan bahwa optimisme adalah sikap yang dapat menopang individu agar jangan sampai jatuh dalam kemasabodohan, keputusasaan, ataupun mengalami depresi saat dihadapkan pada kesulitan. Jadi dengan optimisme setiap individu dapat menanggapi dengan positif saat dihadapkan pada suatu keadaan yang dihadapinya, serta harapan untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari berbagai situasi yang dihadapinya.

Menurut saya, berkaca dari berbagai peristiwa-peristiwa memilukan tersebut, menjaga kesehatan mental penting disadari setiap tahap kehidupan baik anak-anak, remaja maupun dewasa. Dan jika kita mempunyai sebuah masalah tidak salahya jika kita menceritkannya kepada orang terdekat atau orang yang kita percayai. Mungkin jika kita cerita kepad orang lain, tanggapan orang tersebut masih kurang bagi kita tetapi dengan bercerita kepada orang lain itu salah satu bentuk untuk meringankan beban masalah yang ada.

Pada akhirnya jika berfokus kepada sebuah langkah, maka kesehatan mental seharusnya menjadi pedoman pembelajaran atau edukasi sebagai langkah kesiapan kesehatan mental sebelum keadaan mental tersebut terganggu dan menjadi keadaan darurat karena sebuah aksesibilitas mengenai kesehatan mental merupakan hak asasi manusia dalam rangka mendapatkan kesejahteraan fisik dan mental seseorang menjadi utuh. Kesehatan mental dapat ditingkatkan dengan saling mendukung secara emosional, interaksi yang responsif dan memberikan energi yang positif antar sesama. Namun inti yang paling penting dari tulisan ini ialah mulai sadar atas pentingnya kesehatan mental, serta menghilangkan stigma negatif terhadap penderita kesehatan mental dan lebih terbuka terhadap informasi mengenai isu-isu kesehatan mental baik itu disekitar kita maupun di media sosial.