Arsip Kategori: Wawancara

Literasi yang bagus, Membahagiakan Jiwa*

Literasi yang bagus, Membahagiakan Jiwa*

Sulhan Yusuf, Pebisnis buku, Aktivis Literasi.

Pebisnis buku memang banyak. Tapi, hanya sedikit di antaranya yang memiliki jiwa literasi, yang bersetia untuk mengajak orang-orang mencintai buku. Pun, tak banyak pula pebisnis buku yang bersetia memantik gelora membaca orang-orang, dan menyeru untuk menekuni dunia tulis menulis, seperti yang dilakoni oleh aktivis literasi yang satu ini: Sulhan Yusuf. Tulisan ini adalah hasil wawancara saya mengenai ihwal lelaki berkepala plontos itu dan aktivitas literasinya.

Apakah setiap pebisnis buku mesti menggalang gerakan literasi seperti yang anda lakukan:                                                                                                        

Pebisnis buku memang tidak memiliki keharusan untuk terjun ke dunia literasi. Bisnis adalah bisnis, dunia literasi adalah dunia literasi. Tapi, sebaiknya, pebisnis buku harus mendukung gerakan literasi, dengan cara menjual buku dengan harga yang cukup murah, dan berpartisipasi di event-event literasi.

Lantas, mengapa anda memilih terjun ke dunia literasi:

Saya memilih terjun ke dunia literasi atas dasar cintan terhadap buku dan keinginan yang besar untuk merawat idealisme saya, khususnya memperjuangkan literasi di Masyarakat. Kedua pilar itu pula yang membawa terjun ke dunia bisnis buku. Setelah selesai pada jenjang pendidikan tinggi di jurusan Pendidikan Dunia Usaha (sekarang Ekonomi) di IKIP (Sekarang Universitas Negeri Makassar) tahun 1993, saya langsung terjun berwirausaha, dengan membuat Paradigma Group sebagai nama kelompok untuk segenap toko buku saya. Harapnya, melalui bisnis buku, menjadi sumber nafkah saya sehari-hari. Juga, dengan berbisnis buku, saya juga bisa bisa merawat idealisme itu dan hobi saya akan buku.

Sudah sejauh mana perkembangan bisnis buku anda:

Sampai saat ini, Paradigma Group yang kugawangi sudah memiliki beberapa cabang baik di Makassar maupun di luar Makassar. Di Makassar sendiri, saya sudah membuka dua cabang di antaranya Paradigma Toko Buku dan Papirus Toko Buku. Ke dua toko bukunya itulah menjadi laboratorium tempat saya menjalankan aktivitas literasi di Makassar, dengan membuka kelas menulis, dengan tujuan melahirkan para penulis baru, dan membuka kagiatan-kegiatan semacam diskusi, yang diperuntukkan untuk memancing setiap kalangan untuk berhasrat membaca buku.

Sebenarnya, apa yang mendasari anda sangat getol menebar semangat literasi:

Saya menyadari, menggeluti aktivitas literasi seperti bagian kesadaran saya akan tanggungjawab mencerdaskan anak bangsa. Ada sebuah panggilan yang mendorong saya untuk menata masyarakat menjadi lebih cerdas. Selain itu, saya menggalang gerakan literasi, semata-mata untuk membahagiakan orang. Ini pengalaman pribadi saya sendiri. Bila tradisi literasi seseorang bagus, kehidupan orang lebih akan lebih bahagia. Beberapa peserta kelas menulis saya sewaktu tulisannya dimuat di media, itu bahagianya bukan main. Nah, saya ingin membagi kebahagian seperti itu. Saya merasa tingginya literasi berkorelasi dengan tingkat kebahagiaan seseorang. Yang saya maksud di sini adalah berhagaiaan jiwa.

 

Anda juga turut menggenjot semangat literasi di daerah anda, di bantaeng. Bisa anda ceritakan tentang hal tersebut:

Di Kampung saya sendiri, Di Bantaeng, saya juga giat menebar semangat literasi, melalui Boetta Ilmoe sebagai pusat gerakannya. Artinya, selain Boetta Ilmoe didirikan sebagai toko buku, tempat itu juga diperuntukkan sebagai laboratotium literasi untuk Bantaeng, dengan membuka kegiatan-kegiatan pelatihan literasi seperti yang kulakukan di Makassar. Saya sendiri memang punya visi, bahwa harapan saya, Bantaeng bergerak menuju masyarakat literasi. Masyarakatnya memiliki minat baca yang tinggi, dan menggeluti dunia tulis menulis.

Alhasil, melalui penerbitan yang saya lakukan di Boetta Ilmoe, saya sudah melakukan penerbitan 15 buku hasil karya penulis Bantaeng dengan berbagai genre, baik itu kumpulan esai sampai buku-buku puisi. Tapi tidak mungkin saya sendiri dalam menggalang gerakan literasi di Bantaeng. Makanya saya menjalin sinergi dengan beberapa pihak di antaranya Teras baca Lembang-Lembang, Sudut Baca Al-Syifa, Kolom Baca Lantebung, dan Pustaka Kopi Boda.

Post Script

Melalui ketekunannya dalam dunia literasi, akhirnya Sulhan diterima oleh publik sebagai seorang aktivis literasi, setidaknya di Sulawesi Selatan. Hal itu dibuktikan dari sering kalinya ia dipanggil sebagai pembicara dalam seminar-seminar dengan tema literasi, kepustakaan, perbukuan ataupun pelatihan-pelatihan menulis. Ia juga sudah menjadi langganan bagi penulis lokal Makassar dalam memberi tulisan pengantar untuk buku mereka yang terbit.

*Catatan: Hasil wawancara ini sudah pernah diterbitkan di Harian Ujungpandang Ekspres dengan format feature dan muatan yang sedikit berbeda