Exiurose

Salah seorang putri saya,  yang masih duduk di sekolah menengah pertama, mengenakan seragam porseninya, T-Shirt yang bertuliskan Exiurose. Semula saya menduga itu adalah suatu slang yang belum ramah di pengetahuan saya. Maklum saja, anak-anak muda sekarang cukup kreatif melahirkan istilah-istilah baru. Rupanya, Exiurose adalah kependekan dari Experience of Our Purphose, yang dimaknakan kurang lebih, pengalaman adalah tujuan kami. Saya pikir, slogan ini jauh lebih berbobot dari jargon para caleg dan cabub, yang sekadar memohon untuk memilihnya.

Dikarenakan kata experience yang berarti pengalaman inilah, mengingatkan saya pada sebuah buku, Belajar dari Pengalaman, P3M 1986, yang merupakan buku panduan pelatihan untuk para aktifis gerakan, terutama di kalangan aktifis Non-Govermen Organitation (NGO) atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Isi buku itu merupakan kumpulan pengalaman pelatihan di berbagai tempat, lalu diakumulasi menjadi satu buku panduan, yang digunakan untuk melatih para pelatih. Ada siklus pengetahuan yang ditawarkan dalam buku ini, sebentuk lingkaran yang dimulai dengan merencanakan, lalu mengorganisir, kemudian melaksanakan, selanjutnya mengendalikan lalu kembali lagi merencanakan dan seterusnya. Dari situlah akumulasi pengalaman menjadi pengetahuan yang dinamis.

Sesarinya, pengalaman merupakan salah satu sumber pengetahuan. Waima subjektif sifatnya, tapi manakala setiap orang bisa punya pengalaman yang sama atas suatu objek, maka pada saat itulah proses objektivikasi memungkin dilakukan. Dalam sistem berfikir, sebagai rangkaian untuk mengambil kesimpulan, dikenallah dengan istilah logika induksi, menarik kesimpulan berdasarkan kesamaan pengalaman. Dan, pada tradisi keilmuan yang berbasis spiritual, semisal para sufi, maka puncak tertinggi pengetahuan adalah mengalami. Simpai sederhananya, pengalaman nyata atas kenyataan tak berbatas.

Pengalaman berarti proses mengalami. Makna terdalamnya belajar pada alam. Alam sebagai objek untuk mengalaminya menjadi pengalaman, maka tersedia bentuknya, yang merupakan ayatullah, tanda-tanda Tuhan. Secara akademik sering dibagi menjadi tiga wujud – meminjam pembagian Emha Ainun Najib – tanda Tuhan yang tertulis dalam kitab suci, yang memanifestasi dalam semesta dan yang tersembunyi pada diri. Seluruh medium tanda Tuhan itu, sedianya adalah tempat untuk belajar, menimba pengetahuan seluas mungkin. Makin banyak mengalami persentuhan dengan ayatullah itu, maka makin dalam pulalah hasil selaman pengetahuan.

Sebentuk diktum kepastian, bahwa orang yang banyak mengalami alam dengan segala spektrumnya, memungkinkan meraih tingkat kecerdasan yang tak terbatas. Otak sebagai basis kecerdasan, cara paling jitu untuk merawatnya agar tetap sehat, adalah dengan cara memperbanyak mengalami alam agar menjadi pengalaman. Pengalaman yang banyak menyebabkan sambungan sinaptik pada otak lebih cepat, semakin rapat  saraf-saraf otak . Orang yang berpengalaman, berarti orang cerdas, bermakna pula orang yang rapat saraf-saraf otaknya.

Akumulasi pengalaman yang mengantarkan pada kecerdasan, tentulah akan meninggikan derajat seseorang. Insan yang telah tinggi derajatnya karena kaya akan pengalaman, pastilah tidak berkenan jatuh tersungkur menjadi seekor binatang. Seekor binatang saja, dengan pengalaman yang sama, tidaklah ingin mengulangi sebuah laku yang bakal merugikannya. Apatah lagi sebagai manusia, bila saja ia terjatuh pada kenistaan, padahal sudah punya pengalaman sebelumnya, maka benar-benarlah ia ternista.Bukankah sepenggal pameo cukup mashur untuk diperpegangi, yang bunyinya: sebodoh-bodohnya keledai, tapi tak mau jatuh pada lobang yang sama.

Dalam keisengan, saya lalu mencoba menyelami apa yang dimaksudkan oleh putri saya itu atas akronim di baju kaosnya itu. Melantunlah sepenggal asa, bahwa menurutnya, dan juga kawan-kawannya, semasa masih bersekolah sedapat mungkin menimba pengalaman sebanyak-banyaknya. Dan, porseni baginya adalah lahan yang subur untuk memetik pengalaman. Maksudnya, pengalaman  menang sekaligus kalah. Bagaimana merasakan keriangan ketika menang dan keterpurukan kala kalah. Pengalaman itu akan memuncak pada sportivitas, dan objektvitas.

  • Ketika bersepakat akan memiliki anak. Pasangan saya sudah jauh-jauh hari memikirkan pendidikan anak. Ia hendak menabung, bahkan ketika si calon murid ini belum ditiupkan roh oleh Tuhan. Pengalaman bertahun-tahun sebagai kepala sekolah di homeschooling, bertemu dan mendengar kisah anak-anak yang ‘terluka’ akibat sekolah, membuatnya skeptis terhadap pendidikan di sekolah formal. Ia tidak ingin kelak anak…

  • Gattaca sebuah cerita lama. Sebuah fiksi ilmiah yang dirilis 1997. Anredw Niccol sang sutradara seperti sedang meramal akan masa depan. Melalui aktor Ethan Hawke berperan sebagai Vincent,  Niccol ingin menggambarkan masa depan manusia. Masa depan genetika yang bisa direkayasa. Gattaca film yang bercerita tantang Vincent yang terlahir tak sempurna. Gennya mengalami cacat sejak lahir. Tak…

  • Cadarmu menyembunyikan rahasiamu. Menyembunyikan siapa dirimu. Cadarmu menyamarkan dirimu dengan teka-teki yang tersisa bagi diriku. Berlapis-lapis cadarmu yang tak berbilang menguliti lapisan upayaku menggapaimu hingga terhempas pada ketakberdayaan dan kenisbian. Kehabisan napas, kehabisan darah, kehabisan nyawa. Telah sirna segala yang ada pada diriku ditelan upaya, namun lapis-lapis cadarmu belum jua tersibak tuntas. Cadarmu telah banyak…

  • Jelang salat Zuhur di satu masjid, saya bersua dengan seorang kepala desa, yang pasangannya menjabat komisioner KPUD. Iseng-iseng saya bertanya, “Kapan lebaran Pakde?” Sembari tersenyum ia berujar, “Nyonyaku sudah lebaran besok, Jumat. Ia sudah izin ikut penetapan Majelis Tarjih Muhammadiyah. Kalau saya menanti pengumuman pemerintah, kemungkinan Sabtu.” Saya segera bisa memahami pasutri tersebut. Maklum saja,…

  • Meniada artinya menjadi tiada, mengakui ketiadaan diri, atau menerima bahwa diri seseorang bukan saja tidak berharga namun memang tidak ada. Bukan sesuatu yang mudah untuk merendahkan diri, apatah menyatakan ketiadaan diri. Namun dalam khazanah para pejalan menuju Tuhan diskursus tentang eksistensi manusia seperti ini sudah cukup akrab. Beratnya pengakuan ketiadaan diri sangat terasa di kalangan…


Kala Literasi

Jl. Pa’ Bentengang No.6, RT.01/RW.08, Mangasa Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221