Reruntuhan Peradaban
Ketika sore begitu terasa lama, dan rintik hujan turun begitu pelan
Terpantul warna-warna yang indah penuh kehangatan
Aku sejenak terdiam
Namun segera kupandangi bayanganku
Aku makin yakin ini saatnya untuk bergegas
Di tepian rerutuhan peradaban kudapati bangunan yang tua
Di dalamnya terpancar kehangatan yang sedih sedu-sedan
Mungkin tak ada yang peduli
Tapi papan tulis dan potongan kapur
Dan buku-buku yang berserakan menceritakan gambaran masa lalu.
[2016]
Lalu Semua Berlalu
Kudengar derap langkah tiap orang yang melalui jalan sisi menara
Jejak demi jejak menjadi sebuah lukisan yang kadang dipandangi
Hembusan angin kadang menyentuhnya namun tak hilang jua
Sedikit waktu yang kupunya, derai-derai ombak berkisah tentang samudra
Sedikit waktu yang kupunya, butiran-butiran pasir terbawa oleh badai
Namun waktu punya samudra dan butiran pasirnya sendiri.
Biarkan tiap detik berlalu
Karena waktu yang melaluinya.
[2016]
Menghilang
Biarlah semua berlalu dengan apa adanya
Ketika angin bertiup dan tak terdengar
Ketika kulihat dirimu dari gelapnya malam tanpa cahaya purnama
Dari mana datangnya keluh kesah ini
Tapi seketika larut menghilang
Ketika jejakmu kudapati di tanah tandus yang kering
Bagai embun yang begitu halus
Dan, biarlah aku ikut menghilang karenamu.
[2016]
Selamat Malam Senja
Kian hari rasa tak sama
Hidup kesepian mati kesepian
Tak apa kadang hidup begitu kelam
Menemani malam yang begitu larut
Melihat langit dipenuhi bintang
Terlintas rasa yang begitu dalam
Terkadang bertanya tentang hidup yang begitu pilu
Lantas senja kan meninggalkan sang abadi
[2016]