Laut; Kita dan Puisi-puisi Lainnya

 

Laut; Kita

Keheningan adalah bahasa langit,
atau sebuah pesan tentang
waktu yang beku dan ruang yang
mengecil.

Di pantai itu, hanya ada deru angin
yang sayup, atau gulungan ombak yang
tak merintih.
Selebihnya, seperti tak ada gerak waktu.
Kita menjadi seonggok daging yang tak
mengenal letih, dan tubuh ini tenang
dalam geming.

Sebab suatu malam di pantai itu tetiba
menjadi tontonan yang menghibur.
Malam yang diselimuti oleh lengang
berhasil memugar harapan.
Malam yang merumahkan tubuh dan
jiwa kita,
dalam sebuah ruang yang hanya milik
kita berdua.

Bersama pasir-pasir, deru angin yang
sayup dan gulungan ombak yang tak
merintih.

 

Cinta yang Sayup

Cinta hanya dapat dimengerti
pada ketabahan mengurai rindu,
atau keiklasan menyahap rongga luka di tubuh jiwa yang belum sempat mengering.

Tapi sebenarnya kita tak punya urusan dengan definisi
Sebab kita bersepakat, memaknai segala ikhwal tentang cinta
adalah pekerjaan tak lebih menarik
di banding menikmati pizza berdua,
atau saling menghadiahi kado ulang tahun
dalam merayakan tubuh yang semakin menua

Sebab kita memahami, cinta hanya mengada
jika ia menjelma masa depan.
Namun, seberapa tangguh kita membaca waktu?

Sebab, pada ribuan luka dan sederetan riwayat rindu yang kita alami,
kita memang benar-benar belum mencapai apapun tentang cinta.

Selain bahwa kita ada untuk hari ini
mencuri ruang untuk saling memagut
dan mendengar detak jantung masing-masing.

Pada akhirnya, kita hanya segumpal harapan.

 

Sejarah Kamar Gelap

Aku adalah bulan dan kau adalah cahayanya.
Ketika jemariku melata di sepanjang kulitmu
dan menyisir tiap helai rambutmu

Aku adalah bulan dan kau adalah cahayanya.
Ketika hembusan nafasmu memompa jantungku pada pertemuan dua bibir yang sedang mabuk.

Aku adalah bulan dan kau adalah cahayanya.
Ketika berahi menyala di sela-sela pagut yang mulai tak terkendali.

Aku adalah bulan dan kau adalah cahayanya.
Ketika jemarimu menggenggam erat kain seprai dan aku dibuat tak berdaya oleh luapan gairah yang menggebu.

Aku adalah bulan dan kau adalah cahaya yang menerangi gelap di suatu kamar itu.

Sumber gambar: https://www.deviantart.com/meminiq/art/Sea-at-Night-757775018

  • Sewaktu putri pertama kami berusia tiga tahun, ia mengalami serangan kegagapan dalam berbicara. Ia aslinya ceriwis, banyak tanya, bahkan banyak mempertanyakan segala sesuatu yang ia lihat aneh atau tidak sesuai dengan pemahaman yang ada di kepalanya. Misalnya kenapa tante A begini, sedangkan tante B begitu. Kenapa teman-temannya memanggil orangtuanya dengan bapak dan ibu, sementara ia…

  •   Iduladha memiliki makna kembali berkurban, ditandai dengan penyembelihan sejumlah hewan ternak sebagai simbol pengorbanan seseorang. Kurban dan korban berbeda menurut KBBI. Kurban diartikan persembahan kepada Allah seperti biri-biri, unta, dan sebagainya yang biasa dilakukan saat lebaran haji. Sedang arti korban adalah pemberian untuk menyatakan kebaikan, kesetiaan, dan sebagainya. Makna lainnya, orang/binatang yang menderita/mati akibat…

  • Tradisi nyekar merupakan laku purba pada sebagian besar masyarakat kita. Tradisi ini makin kuat pengaruhnya manakala dotrin agama ikut menguatkan.  Di sebagian masyarakat, utamanya di kampung-kampung menjadikan nyekar sebagai wahana memelihara kualitas spritualitas, tentu dengan ragam ritual di dalamnya. Tradisi  berabad-abad lamanya ini, sudah menjadi denyut kehidupan masyarakat kita, hingga dipercaya membawa keberkahan hidup. Dari…

  • Ada apa dengan perempuan menulis? Apakah ada sesuatu yang istimewa? Dalam pemahaman saya, potensi laki-laki dan perempuan dalam hal kemampuan menulis itu sama saja. Meskipun budaya dan lingkungan setempat tetap berpengaruh pada seberapa pesat berkembangnya potensi tersebut. Bersyukurnya saya termasuk kelompok penganut paham “senang bergerak dengan semangat yang ada di dalam diri, tidak mau dipengaruhi…

  • Kemarin Pancasila dirayakan kelahirannya. Begitulah kebiasaan sebuah bangsa yang gemar dengan seremonial. Segalanya mesti dirayakan, meskipun seringkali tampak kering makna. Sebetulnya tidak salah, namun persoalannya setelah perayaan itu segalanya kembali ke setelan pabrik “lupa pancasila”. Faktanya kita mesti terus terang mengakui bahwa Pancasila seringkali kalah dihadapan kekuasaan, kapital, korupsi, intoleransi, kekerasan, perusakan alam, dan beragam…


Kala Literasi

Jl. Pa’ Bentengang No.6, RT.01/RW.08, Mangasa Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221