Jika ‘semangat’ menjadi alasan perubahan, maka ‘nawaitu’ menjadi kekuatan pemuda. Kira-kira seperti itu semangat pemuda 94 tahun lalu. Membawa nilai positif dan segudang gagasan dalam setiap perubahan yang ada. Jejak sejarah menjadi momentum bagi setiap perjalanan dan perkembangan bangsa, sejarah selalu menjadi saksi sekaligus pengalaman. Prosesi Sumpah Pemuda 94 Tahun lalu menjadi memoriam, pengingat bagi semangat pemuda hari ini.
Pemuda menjadi aktor di setiap perjuangan bangsa dan pengawal dalam perjalanan bangsa Indonesia hingga saat ini. Namun, momentum peringatan Sumpah Pemuda hanya menjadi prosesi semata dan secara substansi jarang sekali menjadi refleksi persatuan pemuda. Prosesi 94 tahun yang lalu sudah semestinya menjadi renungan sehingga momentum Sumpah Pemuda yang kita peringati hari ini dapat menumbuhkan obsesi persatuan pemuda. Tarikan positif Sumpah Pemuda menjadi spirit persatuan bagi pemuda sebagai generasi pelanjut bangsa dan negara.
Oleh karena itu, sudah menjadi syarat mutlak bahwa pemuda memiliki visi hidup dan menumbuhkan kualitasnya sehingga dapat menjauhi sikap status quo. Kemampuan Inovasi dan kolaborasi menjadi penunjang dalam kehidupan pemuda di era millenial ini. Perlu adanya edukasi terhadap pemuda dalam menghadapi tantangan zaman. Mengapa ini perlu. Sebab, pemuda telah banyak terkontaminasi pengaruh game, judi online, dan penyalahgunaan obat- obatan. Selain itu jika kita memeriksa lebih jauh lagi keadaan dan perkembangan pemuda. Sangat riskan untuk dibenturkan oleh kepentingan politik, sehingga dapat memicu perpecahan. Hal ini mengaburkan makna Sumpah Pemuda dalam tindakan pemuda saat ini. Jangan ditanya mengapa seperti itu. Saat ini pemuda diasuh oleh media, seringkali melihat fenomena politik identitas, maraknya kasus korupsi, dan terjadinya persekusi. Sehingga secara tidak langsung ini akan dapat mempengaruhi psikologis pemuda.
Pemuda menjadi stand center bagi masyarakat luas untuk mengimplementasikan setiap pengetahuan dan kerja kerasnya. Oleh karena itu, pemuda hari ini, perlu memiliki semangat transformatif yaitu sebagai inovator dan dinamisator. Tanpa itu, bangsa dan negara akan rapuh. Obsesi Persatuan bangsa harus terus tumbuh dan terawat. Hal ini akan menunjang terciptanya stabilitas keamanan dan kedamaian. Kerukunan antarwarga negara, antarumat beragama, dan antar suku wajib dibina dan dijaga dengan baik. Pancasila sebagai landasan dan jiwa bangsa indonesia, kita semua harus menjunjung tinggi semangat kebhinekaan. Semangat ini yang harus dipegang teguh oleh para pemuda hari ini.
Makna Sumpah Pemuda
Esensi Sumpah Pemuda adalah penerimaan satu sama lain. Kurang lebih menekan ego identitas dan mengedepankan empati. Menggambarkan makna Sumpah Pemuda tentunya harus sesuai dengan realitas sejarah yang ada, agar tidak terjadi pengaburan mengenai makna ikrar sumpah pemuda itu sendiri. Sumpah Pemuda seringkali menjadi refleksi atas persatuan bangsa. Dalam setiap forum, Sumpah Pemuda menjadi penyatuan gagasan, ide, dan konsep dalam melahirkan kesepakatan yang dapat menjadi acuan menyatukan beberapa identitas dengan cara mengesampingkan ego identitas masing-masing.
Sumpah pemuda menjadi momentum sejarah besar di Indonesia, membawa semangat persatuan, memiliki tujuan ingin merdeka dari belenggu penjajahan saat itu. Menjadi hal yang penting jika makna momentum Sumpah Pemuda direnungi oleh para pengisi kemerdekaan hari ini, yaitu pemuda. Kenapa harus pemuda? Karena pemuda dapat memberikan pemaknaan sejarah yang dapat membawa perubahan yang signifikan.
Namum, rasa- rasanya ada perbedaan cara dalam merenungi Sumpah Pemuda di 94 tahun lalu dengan sekarang. Justru pemaknaan Sumpah Pemuda itu sebagai obsesi persatuan malah dikaburkan maknanya oleh identitas masing-masing. Jika dengan alasan identitas dapat menimbulkan perpecahan maka obsesi persatuan dalam Sumpah Pemuda itu hanya menjadi Ilusi. Tentu kondisi pemuda itu bukan hal yang kita inginkan bersama.
Sebab, Sumpah Pemuda adalah pesan, amanat, dan janji bagi para setiap pemuda. Ikrar itu memiliki konsekuensi logis dan konsekuensi moral dalam merawat persatuan. Pemuda dititipkan tanggungjawab besar menjadi pembawa perubahan, pengawal perjuangan dan membawa semangat yang berkemajuan untuk bangsanya. Pemuda selalu membawa dampak positif bagi setiap perkembangan zaman yang ada.
Dapat kita saksikan bersama, sejarah Sumpah Pemuda menjadi prosesi dalam menanamkan makna persatuan dari beberapa identitas yang ada pada pemuda saat itu. Melepaskan identitas demi merenungi makna persatuan, makna semangat ingin merdeka. Menjadi alasan yang cukup dalam menumbuhkan nasionalisme pemuda. Banyak golongan dan kelompok pemuda menyatukan pandangan demi obsesi persatuan yang akan dibangun. Karena persatuan tidak dapat berkembang dalam sekat identitas. Persatuan hanya dapat terjadi jika masing-masing dapat mengesampingkan ego identitas demi persatuan dan kesatuan.
Obsesi Persatuan
Terkadang obsesi persatuan menjadi konotasi yang positif. Tapi juga menjadi konotasi negatif bila rasa persatuan menjadi alasan dalam mempersekusi kelompok satu sama lain. Membela kelompok walaupun salah dengan dasar persatuan. Apakah obsesi persatuan seperti ini yang diinginkan oleh pemuda yang mengikrarkan sumpah itu? Jelas saja tidak. Pemaknaan persatuan inilah yang menurut saya yang mengaburkan makna sesungguhnya dari Sumpah Pemuda.
Obsesi persatuan yang saya maksud adalah persatuan yang membangun dan melepaskan identitas masing-masing dari setiap warna bendera, warna kulit, agama, suku, dst. Obsesi yang membangun persatuan ini menjadi suatu hal yang baik bagi kehidupan multikultural. Sayangnya saat ini, persatuan pemuda hanya dilakukan karena adanya kesamaan identitas, bendera, visi, dsb. Tetapi terkadang enggan untuk melepaskan identitas itu diluar dari kelompok mereka. Lalu bermakna apa persatuan yang dibangun atas sekat yang kita buat sendiri? Terkadang kita terjebak dalam identitas kita sendiri. Sebab kita menginginkan persatuan dengan menciptakan sekat itu sendiri. Seharusnya obsesi persatuan ini dapat membawa hal positif dengan melepaskan segala identitas kita demi persatuan. Seperti cita-cita awal Sumpah Pemuda yang telah diikrarkan oleh para pemuda 28 Oktober saat itu.
Saya teringat teori integralistik yang di sampaikan oleh Prof. Dr. Soepomo pada sidang BPUPKI 31 Mei 1945. Masyarakat saling berhubungan erat (bersatu) dan negara tidak memihak pada satu golongan yang lebih kuat. Artinya persatuan yang paling diutamakan dan menyeluruh antar semua golongan. Tidak salah jika saya menyebut integralistik yang disampaikan oleh Soepomo terinspirasi dari momentum Sumpah Pemuda. Persatuan selalu menjadi hal yang diutamakan dalam perkembangan kebangsaan Indonesia. Keadaan masyarakat yang multikultural sudah pasti menginginkan persatuan di dalam keberagaman. Persatuan selalu menjadi alasan yang kuat dalam masyarakat yang beragam, sebagai cara menghadapu segala faktor-faktor yang menyebabkan disintegrasi bangsa. Keberagaman adalah realitas sosial dan menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Artinya, perbedaan adalah sunnatullah, dan persatuan menjadi kewajiban bagi kita. Kira-kira ini yang menjadi spirit obsesi persatuan dalam Sumpah Pemuda yang sedang kita peringati pada hari ini.
Momentum Sumpah Pemuda dalam maknanya sebagai persatuan perlu menjadi perenungan mendalam agar prosesi yang kita lakukan menjadi peringatan dalam membangun obsesi persatuan itu. Sebagai sebuah prosesi peringatan kita diajak untuk merenungi dan mendalami pesan dan makna di balik kata ‘persatuan’, dan emuda menjadi aktor utamanya. Semoga saja dalam momentum Sumpah Pemuda hari ini, dapat mengembalikan makna yang sebenarnya, dari ikrat pemuda 94 tahu lalu. Makna tersebut adalah persatuan.
Pemuda dan Empati
Keadaan rasa peduli adalah kekuatan jiwa yang berasal dari dalam diri bagi setiap manusia. Tak terkecuali Pemuda. Hemat saya, suatu hal yang kecil dan berdampak besar bagi persatuan adalah empati pemuda. Hal ini akan menjadi proses yang akan membentuk dan akan menghilangkan sekat-sekat identitas demi mengedepankan rasa persatuan dan kesatuan itu. Empati menjasi semacam respons yang kompleks dalam membentuk emosi yang matang bagi pemuda.
Tindakan empati pemuda merupakan kebiasaan yang baik jika dibangun dalam setiap kelompok identitas pemuda. Artinya doktrin yang dibangun dalam kelompok identitas adalah pentingnya nilai-nilai empati, yang saya sebut sebagai “empatisme”. Bukan doktrin yang mengedepankan kepentingan kelompok kita sendiri. Olehnya itu, perlu untuk menjadikan “empatisme” sebagai doktrin bagi pemuda hari ini, di tengah gempuran pengaruh globalisasi. Agar pemuda dapat menjadi pelopor dalam perubahan, juga menjadi jawaban bagi masa depan bangsa dan negara.
Sebagai pemuda harus memiliki jiwa dan karakter yang kuat menjadi salah satu cara dalam menyiapkan menuju bonus demografi di tahun 2045. Optimisme dan kesadaran yang dibentuk dan dibangun menjadi langkah strategis membangun pemuda yang aktif dan berkualitas. Pemuda selalu menjadi jawaban atas sejarah-sejarah yang pernah ada dalam setiap zaman. Seringkali pemuda menjadi faktor penyeimbang dalam kebijakan pemerintahan yang ada. Hemat saya, adalah pemuda menjadi aktor pengawal dalam setiap perkembangan dan perjuangan bangsa.