Catatan KLPI Pekan 23

Kelas literasi PI sudah mulai dibuka. Kemarin, 31 Juli menjadi hari pertama setelah libur panjang pasca ramadan. Pekan kemarin adalah pekan 23 setelah kelas menulis PI babak 2 dimulai awal 2016. Tak dirasa sudah setengah tahun kelas PI berjalan. Alhamdulillah.

Seperti biasanya, setiap pertemuan, kelas menulis PI merilis catatan kecil buat dijadikan semacam laporan kegiatan. Kali ini catatan ini hanya mau kembali mengingatkan, hanya mau kembali menyapa kawankawan yang terbiasa dengan catatan seperti ini.

Agak susah bagi rutinitas yang berulang dijalankan mau terus dipacu jika sempat terhenti beberapa waktu. Kelas menulis PI sempat libur hampir sebulan lebih. Artinya, bisa saja spirit yang sudah berada pada kecepatan penuh tak bisa kembali ke jalur normal jika sebelumnya kelas menulis PI sempat “terhenti”. Butuh daya dorong besar untuk memulainya kembali.

Walaupun begitu komitmen yang semula sudah ditanam tidak mesti dibuat berhenti belaka. Kelas menulis PI punya niat bagi sesiapa pun yang terlibat bakal jadi penulis terlatih.

Dari awal kelas menulis PI menasbihkan dari rahimnya, akan lahir penulispenulis bertalenta. Penulis yang cakap dan mapan. Itu sebab gerbong KLPI harus terus didorong ke depan sejauhjauhnya.

Kabar baik selama ini dari rahim mungil KLPI sudah ada penulispenulis pemula yang berani bermunculan. Di catatan ini tak perlu dituliskan satusatu namanya. Biarlah karya mereka yang berbicara. Bukankah lewat tulisan suatu pernyataan dinyatakan. Prinsip ini hampir semua kawankawan KLPI tahu.

Visi sederhana KLPI di atas selama ini diterjemahkan dengan misi, bahwa setiap yang terlibat harus punya karya tulis tiap pekan. Ini sudah rutin jadi makanan kawankawan. Misi ini sejauhjauhnya berarti kawankawan nanti punya bundelan tulisan masingmasing. Kongkritnya, kalau mau itu bisa jadi buku di akhir tahun kelak.

Imajinasi semacam itulah yang terus dikembangkan KLPI. Setiap orang satu buku. Ini dilakukan hanya dengan cara setiap yang terlibat “wajib” menyetor satu karya tulis di tiap pertemuan. Tidak ada cara lain. Hanya itu.

Makanya, bagi pendatang baru, hal pertama yang harus diketahui adalah aturan main di atas. Jika tidak kawankawan diberikan kesempatan buat nimbrung selama tiga pekan untuk belajar bersama walaupun minus tulisan. Ini sudah seringkali dialami sebagian kawankawan. Dan, berhasil. Pekan keempat mereka sudah bisa bawa tulisan karya pribadi yang genuine.

Cara kerja KLPI hanya dua sesi. Pertama, setiap karya tulis berhak dipresentasekan penulisnya. Di momen ini dengan leluasa setiap penulis bisa dengan senang hati menceritakan seluk beluk tulisannya, mulai dari proses produksi sampai konten tulisan. Dari ide yang masih berkelabat sampai karya tulis yang menjadi rapi.

Kedua, sesi kritik. Di sesi ini yang bekerja dengan pendirian tiada tulisan yang bersih dari dosa. Tiada tulisan yang licin tanpa cela. Sesiapa pun tidak lolos dari prinsip ini. Aturan ini berlaku universal kepada siapa pun, baik yang amatir maupun yang sudah expert. Semuanya sama.

Kadang sesi kritik jadi tegang akibat aura mahkamah yang dibuatbuat serius. Tidak ada mainmain di sesi ini. Jika salah maka salahlah dia. Jika benar maka jadi contohlah dia. Tapi, semua samasama tahu, betapa pun seriusnya sesi ini, selalu ada halhal yang bakal membuat encer forum. Itu sebab, sesi ini tak berat dijalani, akhirnya.

Pekan 23 KLPI kemarin, kawankawan kedatangan Muhary Wahyu Nurba. Sosok yang sarat pengalaman dunia literasi. Di Paradigma Institute, kanda Muhary bukan sosok asing. Dia pernah lama bekerja sama dengan orangorang PI, bahkan menjadi bagian dari PI. Sekarang beliau berdomisili di NTB, mengasuh satu harian surat kabar di sana.

Pertemuan kemarin banyak hal yang disharing Muhary. Beliau cakap menyampaikan pengalaman dan ilmu seputar literasi. Suasana jadi semakin akrab karena di forum tiada sekat, yang ada malah sebaliknya, kawankawan bebas berdiskusi dan mengajukan pertanyaan sebanyakbanyaknya.

Yang esensil dari penuturan Muhary, barangsiapa hendak menjadi penulis maka kenalilah dirimu sebelumnya. Tiada penulis baik sebelum mengetahui siapa dirinya.

Prinsip ini begitu penting sekira akan menentukan orisinalitas karya tulis. Banyak kasus penulis yang gagal di tahap ini. Akibatnya, karya tulisnya adalah cermin diri yang suka membeo karya tulis orang lain.

Juga, tugas penulis yang baik, sepenuturan Muhary, adalah menelurkan karya yang baik. Pengalamannya selama mengasuh Lombok Pos, bukan nama yang jadi ukuran bila memilih tulisan layak terbit, melainkan karya tulis yang baik.

Tanggung jawab penulis intinya hanya satu, melahirkan karya tulis yang baik, di mana pun itu, sampai kapan pun.

Pekan 23 KLPI kemarin juga merupakan sejenis halal bi halal. Tradisi yang cuma ada di Indonesia. Sekaligus juga ajang silaturahmi pasca libur ramadan.

Harapan kawankawan pertemuan ini bisa jadi pemanasan buat pekan depan. Dengan membuat simpul kembali, energi yang sempat terpecahpecah bisa pulih dengan silaturahmi. Bukankah umur panjang hanya bisa lewat ajang silaturahmi?

Begitulah catatan ini dibuat. Pertama, sebagai ajang pengingat, yang kedua menjadi tali simpul yang mengikat kembali semangat dan harapan KLPI. Juga siapa tahu bermanfaat buat kawankawan yang belum sempat dan sudah pernah menginjakan kaki di KLPI Makassar. Untuk bersilaturahmi belaka, hanya itu.

Selamat beraktivitas kembali KLPI Makassar.

 

 

  • Semuanya bermula dari kesepakatan. Sepakat untuk menamakan media Kelas Literasi Paradigma Institute, yang bentuknya berupa lembaran, dengan nama Kala. Sejak kelas literasi ini dibuka untuk gelombang kedua, di pertemuan perdana pun sepakat untuk melahirkan media Kala ini. Banyak nama yang diusulkan, tetapi yang disepakati adalah Kala. Sepenggal kata yang diusulkan oleh Rahmat Zainal. Kala, bisa…

  • Pada akhirnya, hanya dua hal; disiplin dan sikap gigih. Biar bagaimanapun jadi penulis harus disiplin. Ini berarti di situ perlu pola, suatu rencana. Agak susah mau sebut disiplin, kalau di situ tidak ada suatu rencana. Penulis, saya kira orang yang punya agenda; dia menghitung, merancang, menetapkan. Dia mengklasifikasi bacaannya. Menulis catatannya. Dan, menyusun tulisannya. Sikap…

  • Pekan ke tujuh, kelas menulis PI agak molor. Hampir dua jam. Kesepakatannya, kelas harus dibuka pukul satu siang. Minggu lalu masih menumpuk beberapa tulisan, makanya perlu tambah waktu. Tapi, kelas dimulai sekira pukul tiga. Kawankawan satu persatu datang. Kelas mulai ramai. Yang buka kelas Heri. Saya, yang diplot jadi ketua kelas memilih bagi tugas. Kebiasaan…

  • Ini pekan yang panjang, terutama Kelas Menulis PI. Sudah jauhjauh hari tulisan diposting, sudah jauh sebelumnya kritik diajukan. FB jadi media, untuk tulisan dapat masukan. Sebelumnya tidak ada macam begitu. Ini hal yang baru. Sudah dua pekan hujan urung berhenti. Langit jadi basah, hitam. Tak sering malah bikin waswas. Apakah kawankawan mau datang, biar pun…

  • Awalnya agak ragu kelas menulis PI tidak jadi digelar. Tibatiba hujan datang. Deras. Tapi, selama berlangsung, kelas PI tidak pernah bolong. Sudah hampir tujuh bulan kelas dibuka. Sekarang, yang diuji konsisten. Juga disiplin. Semangat bisa datang, bisa lapuk, bahkan hilang. Kali ini biar bagaimana pun kelas tak boleh gagal. Pasca hujan reda, gegas berangkat. Semangat…


Kala Literasi

Jl. Pa’ Bentengang No.6, RT.01/RW.08, Mangasa Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221