Rimba dan Puisi-puisi Lainnya

RIMBA

 

Karts membentang  gagah tadah langit senja

Tegak menapak  kepak sayap tornado dari daratan para pendongeng

 

Gemulai nyiur padanya simpan pesan di gerimis senin pagi

“pergi tuan!” Desus  sanca, rupa tarantula, jari-jari benalu, murka

Membakarmu dari getah –  getah  pinus dan ranting – ranting cemara yang marah mendesau “

 

Rimba gelap berloreng tentara

Pun bersemayam arwah – arwah purba menggantung di pucuk -pucuk  dewadaru

Ia lah sukma belantara mayapada tafakkur di lebat jati

Berlafads doa, menamat dosa karma tuan pada hutan

 

Di tebing kapur berkali

Diterjal air terjun

Di jenggot beringin sajen

Di bilah tuak lontar

Biar raga dikoyak malam

Di mangsa waktu di balutan embun, pulas di sarang kunang- kunang, lelap di nyanyian alam

Ikutlah padaku kawan

Balas budi meski hanya lestari

 

Satulah aku

Tuan di hamparan  belantara

Anging lembah barat daya,merasuk jiwa

Ao …….masuk menusuk, dingin menggigil

Getar tubuh berujung di paru – paru abu

 

Terbanglah aku bersama dekapan sang  gagak

Mencumbui fajar di lereng  rimba

Mengalun kisah di saran anoa

Bercerita tentang monyet menimang anak

 

Jiwa merdeka,

Damai mengenang rindu di tengah perdu belantara

 

Pangkep, 28  Mei 2017

 

 

PEREMPUAN ITU

 

Merobek dada

Sepintas bayang mengharu

Air mata tumpah kering terbawa badai benua

 

Perempuan itu

Disimpannya harap di januari kemarin

Secerca cinta menggantung kerinduan

Miris sia-sia lenyapkan dunia dibias cahaya misteri

 

Terbuanglah sudah

Hina didustakan kepalsuan lelaki

Tak kembali menapaki jalan kasih ibu

Di batas kota dititipnya sesal dan air mata memprasasti luka

Bersketsa karma dari goresan tradisi belaka

 

Makassar, 20 Juni 2017

 

 

 

 

NEGERI BUDAK IBLIS

 

Alam kelabu

Hamparan gelap menelan jiwa

Berpijak pada ruang kepalsuan

 

Tiang pelayaran di anjungan kapal retak

Gemuruh petir dari barat

Melukis riwayat

Kebenaran sembunyi

Tak nampak pada jalan menuai bakti

 

Antara dirgantara

Para praja berjaga

Suara sepatu militer tua

Di jalan bergaris darah

Tak seirama dalam perang menantang

Suara bakti kemanusiaan didustakan

Lempar jauh dari kehidupan

 

Pelor bahkan teluh lempar  terlempar

Air mata dari mata yang buta

Adalah makna kebohongan belaka

 

Terlalu sempit bumi

Dihuni perempuan sundal

Lahir dari rahim ibu yang mandul

Di jalan, zina tak bisa dijinakkan

Apalagi ekstasi  perlahan bunuh generasi

 

Dalam birokrasi

Di payung demokrasi

Hukum jadi mayat

Dikafani aturan dari duit siapa yang berdaulat

 

Inilah negeri budak-budak iblis

Bergulat melumat cacat

Jadi parket dipalsukan dalam persil sejarah bangsa

 

Maros, 2010-2017

 

 

SEBELAH JANTUNGKU KAU BAWAH PERGI

 

Malam terkutuk, siang kelabu

Rindu terapung,hanyut terambing di samudera galau

 

Tak ada cinta,hasrat memudar

Naluri padam,seketika bintang kehilangan sinar

 

Aku sang malam melepuh dalam gelapnya kehidupan, terpenjara dalam hening , merindukan cumbu bidadari dari syorga para pencinta

 

Debar jantung sekejap hilang ditelan duka perih,

Terbakar bara oleh palsunya gerhana  menodai hari

 

Kau adalah penghibur cinta, kurindukan menghapus jejak durjana dalam impian tak berbatas

Kau adalah cinta, mematung di taman kota membisu mensungging senyum semu

Kerinduanku adalah suara- suara penyair yang digilakan cinta yang tak pasti

 

May, sebelah jantungku kau bawah pergi

Nisanmu, pena cinta abadi yang melukis di keningku, bergaris penuh keriput

 

Maros, 23 Oktober 2015

 

 

SINAR PUASA

 

Pertarungan menemus syorga

Dalam gelap renta dijabah bayang – bayang neraka

Tatapan mata iblis nyala di topeng lelaki mati jiwa

Serak sumbang nada serakah dilukis-Nya di lidah gadis nyinyir

 

Cakra berselimut berkah ramadan

Ialah lentera menepi pada sinar yang kudus

Ialah sayap pada lemah api  abadi

Di sinilah malam mati diremuk tasbih

Siang dipeluk syahadat pada roh agung

Tantang adabiah islamiah ditikam dzikir dan solawat

Diputihkan bias sabar obralnya amalan puasa

 

Tadarus digema

Tembuslah arasy

Taburlah hikmah

Terbungkuslah hidayah

Tersemailah pahala

Gaib malaikat jelma dalam doa

Teruntuk para jiwa yang lailatulkadar

 

Oh .. sekuntum kembang adnan

Petiklah di hening simpuh tahajud

Aromanya pada musafir berserah diri

Tunduk dalam putaran senja sampai mati

Kepada Sang Maha yang menjanji

 

Sinar puasa,puasa bersinar

Lebur pada binara-binar dakwah dipuja

Urai makna Ilah dalam air mata dosa

 

Sinar puasa, sinarnya raga berpeluk puasa

Mukmin tadabur kaji hakikat jiwa semesta

Lupa dunia menjerumus ilusi belaka

 

Maros, 12 Juni 2017

 

 

BIDUAN KAMAR MANDI

 

Jelita

Merah delima kecupan bibir-bibir hitam

Bau kopi

Sebut saja  Si Sanja

Tegur malam lewat rayuan- rayuan cinta yang basah

 

Rindunya menggumpal

Jadi awan

Jadi hujan

Jadi  embun

Ikut gugur bersama daun tersungkur

Bertekuklutut di padang –padang asmara yang binal

 

Sembunyilah

Di sudut malam kita lebur

Dalam irama tak menjumpai dosa

Biar kita mati

Digigit siluman berkutu dari rambutmu berparas kleopatra di sana

 

Ah…..

Kau dangdut

Kau gitar yang melodi

Lembut kulit lembu tubuhmu

Siksalah sang kumbang berharap cemas antara bayang-bayang

 

Aku tamu

Jamu aku secangkir anggur putih

Bersulam rasa mengecup sukma

Indah

Alunan nafasmu kusimpan dalam kapas berjimat

 

Biduan dalam kamar mandi

Jangan bersiul

Karena itu bukanlah mukjizat bagimu

 

Maros , 07 Desember 2016

  • Semuanya bermula dari kesepakatan. Sepakat untuk menamakan media Kelas Literasi Paradigma Institute, yang bentuknya berupa lembaran, dengan nama Kala. Sejak kelas literasi ini dibuka untuk gelombang kedua, di pertemuan perdana pun sepakat untuk melahirkan media Kala ini. Banyak nama yang diusulkan, tetapi yang disepakati adalah Kala. Sepenggal kata yang diusulkan oleh Rahmat Zainal. Kala, bisa…

  • Pada akhirnya, hanya dua hal; disiplin dan sikap gigih. Biar bagaimanapun jadi penulis harus disiplin. Ini berarti di situ perlu pola, suatu rencana. Agak susah mau sebut disiplin, kalau di situ tidak ada suatu rencana. Penulis, saya kira orang yang punya agenda; dia menghitung, merancang, menetapkan. Dia mengklasifikasi bacaannya. Menulis catatannya. Dan, menyusun tulisannya. Sikap…

  • Pekan ke tujuh, kelas menulis PI agak molor. Hampir dua jam. Kesepakatannya, kelas harus dibuka pukul satu siang. Minggu lalu masih menumpuk beberapa tulisan, makanya perlu tambah waktu. Tapi, kelas dimulai sekira pukul tiga. Kawankawan satu persatu datang. Kelas mulai ramai. Yang buka kelas Heri. Saya, yang diplot jadi ketua kelas memilih bagi tugas. Kebiasaan…

  • Ini pekan yang panjang, terutama Kelas Menulis PI. Sudah jauhjauh hari tulisan diposting, sudah jauh sebelumnya kritik diajukan. FB jadi media, untuk tulisan dapat masukan. Sebelumnya tidak ada macam begitu. Ini hal yang baru. Sudah dua pekan hujan urung berhenti. Langit jadi basah, hitam. Tak sering malah bikin waswas. Apakah kawankawan mau datang, biar pun…

  • Awalnya agak ragu kelas menulis PI tidak jadi digelar. Tibatiba hujan datang. Deras. Tapi, selama berlangsung, kelas PI tidak pernah bolong. Sudah hampir tujuh bulan kelas dibuka. Sekarang, yang diuji konsisten. Juga disiplin. Semangat bisa datang, bisa lapuk, bahkan hilang. Kali ini biar bagaimana pun kelas tak boleh gagal. Pasca hujan reda, gegas berangkat. Semangat…


Kala Literasi

Jl. Pa’ Bentengang No.6, RT.01/RW.08, Mangasa Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221