Selfie-Selfie

Hari ini, pagi sekali saya meninggalkan rumah menuju Bandara Sultan Hasanuddin. Padahal biasanya bila masa field break usai, saya masih ada waktu beberapa jam bercengkrama dengan istri dan anak-anak di rumah sebelum menuju bandara. Bukan apa-apa, sejak pengerjaan under way atau under pass berlangsung yang lokasinya pas di perempatan jalan poros Makassar-Maros dan jalan tol-jalan bandara, kerap bahkan setiap harinya terdera macet yang akut.

Masih terasa ngantuk, udara semilir mengelus-elus rambutku. Mentari baru bersiap hendak menebar senyumnya ke persada bumi Makassar. Saya bersama adikku telah menembus jalan-jalan yang masih lengang. Sepanjang jalan sekira lima kilometer jarak rumahku dengan Bandara Hasanuddin, biasanya dapat kutempuh hanya sekira 10-15 menit saja apatahlagi di pagi hari buta. Tapi tatkala kendaraan yang kutumpangi mendekati perempatan jalan Bandara Hasanuddin kendaraan mulai merayap. Untung-untung pagi itu tak terjadi macet total seperti biasanya di hari-hari kerja. Hanya merayap dan berjalan pelan sekali sehingga butuh waktu tiga kali lipat guna menembus jalan untuk tiba di area keberangkatan Bandara Sultan Hasanuddin.

Saya sedikit panik ketika menginjakkan kaki di pelataran area keberangkatan penumpang. Ruang-ruang luas yang biasanya enteng dilewati memasuki ruang check in, pagi ini disemuti manusia. Aku berpikir ada apa sembari mencoba mencari celah-celah kosong untuk kulewati dan mencari tahu ada apa gerangan. Mau kubilang ada demonstrasi tapi tak ada orasi. Di sana-sini orang bergerombal dengan seragam beraneka rupa dan umumnya batik. Setelah kuperhatikan dengan sedikit seksama dan mendengar obrolan kelompok-kelompok itu aku baru paham, bila ternyata kelompok-kelompok manusia yang menyemuti bandara ini adalah para kafilah ibadah umroh dari berbagai travel.

Masih sedikit terburu-buru karena waktu boarding tak lama lagi, sedang saya belum juga check in. Tubuhku terjengkang jatuh di lantai karena ditabrak seorang perempuan yang bertubuh subur dan tambun. Perempuan itu hendak marah tapi aku tersenyum karena melihatnya lucu, menabrakku setelah dia berjalan mundur menghampiri kawannya untuk melakukan foto selfie. Teman-temannya spontan tergelak berderai entah menertawai kawannnya yang bertingkah lucu atawa menyaksikanku jatuh ditabrak tubuh gemuknya.

Coba dibayangkan bila puluhan kafilah umroh dengan pengantar yang berjubel, bak tradisi mengantar ibadah haji ke bandara, dijadikan arena selfie-selfie maka bandara itu tersulap menjadi tempat selfie massal yang saya pikir bila spontanitas ini diketahui oleh Muri (Museum Rekor Indonesia), maka aktifitas ini boleh jadi mendapatkan rekor Muri yang spektakuler, dengan judul “pengantar umroh terbanyak dan terheboh selfie-selfie-nya.”

Selfie, adalah singkatan dari self potrait, yang artinya foto yang diambil oleh diri sendiri, atau biasanya digunakan untuk mengambil pose kasual dengan menggunakan kamera yang di arahkan pada diri sendiri. Kalau menurut wikipedia, selfie disebutnya juga swafoto, foto narsis, poto potret diri yang diambil sendiri dengan menggunakan kamera digital atau telepon kamera. Atau selfie bisa juga berarti nama orang

Selfie-selfie, telah menjadi kegiatan super tren di hampir semua lapisan masyarakat. Tidak hanya para ABG (anak baru gede), tapi bahkan hingga para cerdik pandai yang secara formal berstatus professor misalnya dan berusia lanjut juga melakukannya. Di semua kesempatan dan momen, mulai yang sakral hingga yang glamour. Mungkin laku inilah yang bisa mempersamakan kecendrungan orang-orang di semua level. Di acara-acara pengukuhan gelar tertinggi akademik diramaikan dengan selfie-selfie. Di acara sunatan dan pengantin, seminar dan sejenisnya, pelatihan dan sejenisnya, demonstrasi yang mengusung issu-issu sekuler hingga yang mengusung-usung nama Tuhan dalam demonstrasinya juga tak luput dari selfie-selfie, acara-acara ibadah di semua agama, pun ibadah haji dan umroh diriuhi selfie-selfie.

Setelah selfie-selfie di Bandara Sultan Hasanuddin, tentu tidak hanya berhenti sampai di situ, tapi pada setiap tempat dan momen. Dari kala usai tawaf di Baitullah hingga beberapa momen ibadah lainnya yang dirukunkan oleh ibadah umroh, tentu tak luput dari selfie-selfie. Padahal beberapa tahun lalu sebelum handphone atau gadget mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam hal kamera yang melengkapi alat panggil genggam itu, di beberapa tempat di dua kota suci itu ada larangan bahkan diharamkan mengambil gambar alias selfie-selfie. Inilah kecanggihan teknologi saat ini yang melintas batas dan menggusur ruang-ruang yang dulunya ditabukan dan diharamkan. Hanya satu kali klik dan memencet tuts hp, sekejap hasil selfie-selfie tersebar keseluruh penjuru dunia, hebat bukan? Mungkin membuat para pihak pengamanan di Arab Saudi kebingungan mengantisipasinya.

Perkembangan teknologi informasi yang merambahi dunia sosial dengan dahsyat, pun, kemungkinan membuat para ustadz yang bergabung di MUI (Majelis Ulama Indonesia), kelimpungan mengutak-atik dalil-dalil fikih untuk menetapkan fatwa tentang selfie-selfie yang sudah tak mengenal waktu dan tempat. Di tempat sakral yang dulunya terlarang mengambil gambar, pun dirambahnya dengan berbagai macam pose tentu dengan tetap sopan walau cengar-cengir tetap beragam modelnya.
Terlepas dari urusan riya yang sangat pribadi, siapa tahu lembaga yang kerap dan gemar mengeluarkan fatwa halal dan haram, menemukan lagi fikih baru tentang haram dan halalnya selfie-selfie terkhusus lagi di tempat-tempat yang selama ini di tabukan untuk tak mengatakan diharamkan. Ataukah MUI menemukan rumusan fikih baru, bila selfie-selfie perlu pengesahan untuk pengenaan tarif halal bagi selfie-selfie yang dilakukan masyarakat Indonesia, entahlah.

Beberapa hari kemudian setelah keriuhan berselfie ria di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin itu, eh.. saya melihat potret kawanku di sekitar baitullah dalam gaya selfie yang menarik di laman Fb-nya. Aku membatin, mungkin di bandara kala aku hendak berangkat ke tempat kerja, temanku ini juga sementara berselfie ria di sana tapi aku tak melihatnya karena saking banyaknya kelompok-kelompok umroh yang melakukan selfie-selfie. Sepertinya selfie-selfie ini perlu ada fatwa ? kita tunggu MUI, wallahu a’lam bissawwab

 

Sumber gambar : https://i0.wp.com/www.salafycirebon.com/wp-content/uploads/2017/07/hukum-selfi.jpg?fit=512%2C512

 

  • (Suatu Tinjauan Sosiologi Kekerasan) Kawasan Timur Tengah kembali memanas pasca kelompok Hamas Palestina menggencarkan serangan mendadak ke Israel tidak jauh di perbatasan Gaza, Sabtu (7/10/23) dini hari waktu setempat. Akhir pekan yang berubah mencekam, karena serangan ribuan nuklir itu tepat ditujukan ke Tel Aviv dan Yerusalem, menembus sistem pertahanan Iron Dome menghancurkan banyak bangunan. Frank…

  • Aktivitas manusia di era sosial media adalah produksi dan distribusi konten. Konten quote-quote adalah konten yang paling banyak berseliweran. Quotation adalah sebuah kalimat atau syair pendek yang disampaikan dalam rangka memberi makna ataupun mengobati perasaan derita dalam hidup. Penderitaan divisualisasikan dan didistribusikan melalui quote pada jejaring sosial media dalam upaya agar setiap orang diharapkan dapat…

  • “Saya tidak memikirkan representasi kecantikan yang lebih baik daripada seseorang yang tidak takut menjadi dirinya sendiri.” Pernyataan Emma Stone ini memberi sugesti pada saya betapa cantiknya seorang perempuan yang dikisahkan oleh dosen-dosen filsafat, dan yang digambarkan dalam film Agora yang pernah saya tonton. Sekitar 8 Maret 415 Masehi, kota Alexandria (Mesir) telah menjadi saksi bisu…

  • “Cita-cita kamu apa?” Ini adalah sepenggal pertanyaan yang begitu membosankan bagiku. Aku masih, dan selalu ingat. Betapa orang-orang sering mengajukannya kala aku masih di Taman Kanak-Kanak. Mulai bapak dan ibu. Tante dan om. Nenek dan kakek. Juga sepupu yang usianya terlampau jauh di atasku. Di sekolah pun demikian. Para guru kerap melontarkan deretan kalimat ini.…

  • —mengenang 3 tahun kepergian Sapardi Djoko Damono SEJAK baheula manusia dikepung puisi. Sekira tahun 1.700 Sebelum Masehi di India, puisi sudah tengger di naskah kuno Veda dan Gathas. Puisi adalah ekspresi artistik mengenai pesona diri dan hidup. Ibarat bakul puisi mewadahi “benak” penyair, yang diperah dari peng-alam-an: imajinatif, emosional, dan intelektual—peng-alam-an ini dipahat penyair pada…


Kala Literasi

Jl. Pa’ Bentengang No.6, RT.01/RW.08, Mangasa Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221