Waktu dan Puisi-puisi Lainnya

Waktu

Pada saat waktu akan wicara
tentang keheningan

Ada refleksi yang silau tentangmu

Ada ingatan yang berlarian
berkejaran menapaki lekuk-lekuk kenangan

Pada saat waktu bertutur
Aku melihat huruf-huruf tentang jarak

Pada saat waktu bersajak
ada bait-bait lirih hidup tanpamu

Di sela-sela kata sajak waktu
ada huruf-huruf kesedihan yang terurai bila tak ada namamu ikut serta

Aku di sini selalu menanti waktu
Datang memberiku
larik-larik berbeda

Mengajakku menghayati duniamu
tanpa jeda
Tanpa ada yang lalu
kini
dan
akan datang

Aku penuh harap
waktu datang
dengan riang
merobek sepi

Aku ingin dalam pusaran waktu
menyudahi derita
merapal jarak
menjadi lebih dekat
lebih mesra denganmu

 

Pertemuan Imajiner

Aku membayangkan diriku duduk
Tepat di sampingmu dengan senarai cahaya pada remang

Dengan ditemani rintik hujan yang ritmik

Aroma tanah yang basah penuh nuansa mistis akan kekeringan

Seperti hati yang tak pernah diziarahi olehmu

Aku membayangkan
engkau duduk di depanku dengan cahaya lilin lalu
di sela-sela kita hujan turun dengan merdu
seperti hati yang butuh siraman pelukmu

Aku membayangkan
Aku memelukmu
seperti hujan yang memeluk bumi

 

Aku Tanpa Cahayamu

Aku ingin menelusuri lorong-lorong hatimu dan
Menarabas gelapnya ketakpastian

Aku ingin mengeja keindahan pada pesona jiwamu

Aku tak ingin di sini sendiri
menepi
sepi
sunyi
tanpa lirik-lirik
cahaya darimu

Aku tak ingin di sini
tanpa jalan yang terbuka untuk terangnya jiwa

Sudilah wahai dikau
mengecupkan kata:

Kesini aku memeluk sunyimu
Aku menerima perihnya pilihan cinta

Aku tahu ini bukan pilihanmu
tapi cinta yang menuntunmu menemukan jejak diriku

Aku akan merangkulmu tanpa tanya
Dan itulah jawaban.

 

Jiwa yang Kerontang

Wahai dikau semesta rindu
tahukah engkau di sini ada derita yang pilu
Meratapi perjumpaan jiwa yang entah kapan

Wahai dikau pelipur lara
tahukah engaku di sini ada jiwa yang terluka
Menanti obat pertemuan denganmu

Wahai dikau semerbak wangi
tahukah engkau di sini ada taman yang kekeringan
Mememerlukan aliran kasihmu

Wahai dikau semesta kasih
Tahukah engkau di sini ada tubuh yang gigil
Memerlukan selimut peluk hangatmu

Wahai dikau tepian hati
sudikah engkau merebahkan keluhku dikecup keningmu

Wahai dikau sayap yang indah
di sini ada hati yang terpenjara
menunggu kepakanmu agar aku bisa terbang bersamamu
Hingga bertengger di cahaya keabadian

 

Keinginan

Aku juga ingin merasakan bagaimana jika aku hinggap di hatimu

Bercumbu di dalamnya seperti gulungan gelombang di tengah samudra

Aku ingin tahu seberapa indah
bila hatiku dipenuhi ornamen-ornamen dirimu

Aku ingin mengerti rindu bila ada jarak denganmu

Aku ingin mengerti derita dengan jiwa kita sama-sama meneteskan luka

Aku ingin kita sama berdiri kokoh menghadapi hidup tak pasti

Aku ingin bersama denganmu menatap matahari pagi dengan segumpal harapan

 

Sumber gambar: https://www.deviantart.com/ryky/art/The-Time-Space-634786082

  • Dalam satu dasawarsa terakhir, Kabupaten Bantaeng telah tampil sebagai barometer gerakan literasi, khususnya di Provinsi Sulawesi Selatan. Ketika kata “literasi” belum sepopuler hari-hari ini, pegiat literasi di Bantaeng sudah bergerilya menyebar benih gerakan literasi yang kini sudah tumbuh subur. Langkah-langkah gerilyanya ketika itu berupa pelatihan kepenulisan, diskusi buku, dan lapak-lapak baca. Di kemudian hari, langkah…

  • Adelio membuka mata ketika menyadari ombak Perairan Cempedak mengombang-ambing tubuhnya. Ia melihat ke bawah dan mendapati kedalaman laut yang tak terhingga. Ia mendongak ke langit, semburat cahaya matahari baru saja hendak menyapanya dari ufuk timur. Ia baru saja menyadari bahwa dirinya telah mengapung semalaman di tengah laut setelah mendapati sebagian kulitnya yang mulai mengeriput. Ia…

  • Buku terbaru Sulhan Yusuf, Gemuruh Literasi: Sederet Narasi dari Butta Toa boleh dibilang sebagai pembuktian, jika usia bukanlah aral melintang bagi seseorang untuk produktif dalam berkarya. Tapi, insight yang diwedarkan Gemuruh Literasi sebenarnya lebih dari itu. Buku ini adalah jawaban bagi rasa penasaran sebagian orang yang hendak mengetahui gerakan literasi Sulhan di Bantaeng. Kerja-kerja kultural yang…

  • Judul tulisan ini saya pinjam dari ungkapan Profesor Cecep Darmawan—dosen saya ketika studi magister beberapa waktu lalu. Beliau guru besar yang egaliter dan seringkali tampil di publik (media dan forum) untuk berbagi gagasan dan pencerahan. Seingat saya ungkapan itu beliau sampaikan saat kami kuliah “Pendidikan Politik Generasi Muda”. Saya terkesan dengan ungkapan itu, selain indah…

  • Membicarakan suatu topik, dalam hal ini filsafat Islam, maka rasa-rasanya kurang afdal apabila tidak memasukkan nama al-Ghazali di dalamnya. Akan tetapi bila seseorang mau menempatkan al-Ghazali dalam sejarah filsafat Islam, tentu ia harus membuat beberapa catatan. Poin utamanya bahwa al-Ghazali tidak menganggap dirinya filosof dan tidak suka dianggap sebagai seorang filosof. Ini tak hanya menjelaskan…


Kala Literasi

Jl. Pa’ Bentengang No.6, RT.01/RW.08, Mangasa Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221