Lexicon Karya yang Jenius, Tapi Noah Tetap Pemenangnya

 

Iseng-iseng mengintip akun Instagram AMI Awards, yang baru-baru ini mengumumkan nominasi AMI Awards 2020 di salah satu stasiun TV swasta. Ternyata, untuk kategori Album Terbaik Terbaik, Sahabat Noah (sebutan untuk fans Noah) dan Isyananation (sebutan untuk fans Isyana Sarasvati) berdebat hebat tentang album siapa yang pantas mendapatkan penghargaan bergengsi itu. Apakah Lexicon-nya Isyana atau Keterkaitan Keterikatan-nya Noah?

Sebab, Isyananation merasa tidak rela Album Terbaik Terbaik dimenangkan oleh Noah. Karena mereka merasa Lexicon adalah karya jenius. Dan, sejujurnya saya juga mengakui kejeniusan Isyana dalam merancang Lexicon. Saya membayangkan Juri mungkin sangat kesulitan memilih sang jawaranya. Dua-duanya bagus. Dua-duanya karya jenius meski motivasinya berbeda. Tapi harus ada pemenangnya.

Lantas siapa sebenarnya yang lebih pantas menyabet penghargaan Album Terbaik Terbaik AMI Awards 2020? Di sini saya mencoba menganalisis keunggulan kedua album tersebut. Saya di sini bukan sebagai pengamat musik. Tapi penikmat musik. Sehingga analisis ini hanya berangkat dari intuisi dan spekulasi saya sendiri berdasarkan pengalaman mendengar lagu-lagu dalam album Lexicon dan Keterkaitan Keterikatan.

***

Sekali lagi Lexicon adalah karya yang jenius. Dengan semangat progresif dan eksperimentalnya, Isyana menyajikan lagu-lagu dengan lirik yang dalam, nada yang aneh, ganjil, mistis, anti-mainstream khas musik-musik indie. Kelihatan sekali Isyana seolah-olah hendak merayakan chaotic. Di samping itu, ada beberapa hal lagi yang menjadi kekuatan luar biasa dari Lexicon: Teatrikal dan metaforik. Sehingga sanggup memainkan imajinasi, menyembunyikan makna dengan sangat ketat, dan sangat psikologis (psiko-dramatik?).

Album Keterkaitan Keterikatan juga tidak bisa dianggap remeh. Dirancang selama 5 tahun, album ini menunjukkan keberanian Noah keluar dari zona nyamannya. Meski esensi dari musik Noah seperti permainan repetisi dan elemen-elemen British pop masih dipertahankan, namun ada banyak hal-hal sekunder dari Noah yang memang hilang di album ini. Maka wajar jika peluncurannya tahun lalu banyak mendapatkan pertanyaan dan protes dari Sahabat Noah maupun penikmat musik Noah.

Tak hanya itu. Lirik-lirik dalam lagu ini terbilang sangat dalam dan tidak tidak lebay, norak, dan picisan meski temanya masih soal cinta. Noah berhasil menyajikan sejumlah kosa kata yang unik dalam mengungkapkan perasaan. Hal tersebut semakin mempertegas jati diri Noah sebagai band populer tapi berselera tinggi dan tidak gampangan dan serampangan.

Jika Lexicon memuat paradigma chaotic, Noah, sebagaimana musik pop lainnya, masih memegang teguh kepercayaan kepada harmonisasi. Tapi, dari sinilah keunggulan Noah dibanding band pop lainnya. Kecerdasan mengelola bunyi-bunyian membuat nada-nada yang terlalu kompleks dalam satu lagu tetap harmoni. Kompleksitas tersebut sekaligus menunjukkan Noah seolah-olah hendak menghilangkan batas-batas genre yang kaku.

Lantas, kenapa Noah yang bisa menang? Karena, AMI Awards adalah kompetisi industri musik. Ia adalah panggung budaya populer. AMI Awards jelas tak akan mengabaikan selera massa. Keanehan, kemistisan, dan keganjilan yang chaotic dari Lexicon, meski itu racikan yang sangat cerdas, namun hanya bisa dinikmati oleh sedikit orang saja. Ini risiko jika menolak didikte oleh pasar dan selera massa. Penikmatnya tidak banyak.

Berbeda dengan Noah. Meski menyajikan sejumlah kebaruan, kecerdasan mengelola lirik dan bunyi-bunyian, serta keragaman genre, namun karyanya tetap bisa dinikmati oleh banyak orang. Bagaimana pun Keterkaitan Keterikatan, meski mencoba menjadi berbeda, tetap menyisipkan nuansa pop alternatif yang menyasar selera massa. Yah. Noah tetap adalah artefak budaya populer, yang lahir dari rahim major label.

Untung saja AMI Awards masih memberi tempat untuk musisi indie dalam sejumlah kategori yang cocok untuk jenis musik tersebut. Dan salah satu lagu dalam Lexicon akhirnya dapat penghargaan untuk kategori Produksi Progresive Terbaik. Tapi jika musik indie hendak bersaing dengan musik pop memang agak sulit di ajang AMI Awards. Karena mereka terlanjur terjebak pada ekslusivisme yang akhirnya mengunci karya-karyanya hanya untuk selera manusia yang aneh dan melulu ingin yang anti-mainstream.

Apakah ekslusivisme tersebut tujuannya sebagai pemberontakan terhadap dominasi industri budaya? Tergantung. Sebab kita tahu, banyak yang mengaku indie tapi produk yang dihasilkan tak ada bedanya dengan band-band pop. Tapi tidak termasuk Isyana. Lexicon adalah sebuah pemberontakan yang jenius dari musisi perempuan yang karirnya dimulai dari musik pop yang didikte oleh major label.

  • Dalam satu dasawarsa terakhir, Kabupaten Bantaeng telah tampil sebagai barometer gerakan literasi, khususnya di Provinsi Sulawesi Selatan. Ketika kata “literasi” belum sepopuler hari-hari ini, pegiat literasi di Bantaeng sudah bergerilya menyebar benih gerakan literasi yang kini sudah tumbuh subur. Langkah-langkah gerilyanya ketika itu berupa pelatihan kepenulisan, diskusi buku, dan lapak-lapak baca. Di kemudian hari, langkah…

  • Adelio membuka mata ketika menyadari ombak Perairan Cempedak mengombang-ambing tubuhnya. Ia melihat ke bawah dan mendapati kedalaman laut yang tak terhingga. Ia mendongak ke langit, semburat cahaya matahari baru saja hendak menyapanya dari ufuk timur. Ia baru saja menyadari bahwa dirinya telah mengapung semalaman di tengah laut setelah mendapati sebagian kulitnya yang mulai mengeriput. Ia…

  • Buku terbaru Sulhan Yusuf, Gemuruh Literasi: Sederet Narasi dari Butta Toa boleh dibilang sebagai pembuktian, jika usia bukanlah aral melintang bagi seseorang untuk produktif dalam berkarya. Tapi, insight yang diwedarkan Gemuruh Literasi sebenarnya lebih dari itu. Buku ini adalah jawaban bagi rasa penasaran sebagian orang yang hendak mengetahui gerakan literasi Sulhan di Bantaeng. Kerja-kerja kultural yang…

  • Judul tulisan ini saya pinjam dari ungkapan Profesor Cecep Darmawan—dosen saya ketika studi magister beberapa waktu lalu. Beliau guru besar yang egaliter dan seringkali tampil di publik (media dan forum) untuk berbagi gagasan dan pencerahan. Seingat saya ungkapan itu beliau sampaikan saat kami kuliah “Pendidikan Politik Generasi Muda”. Saya terkesan dengan ungkapan itu, selain indah…

  • Membicarakan suatu topik, dalam hal ini filsafat Islam, maka rasa-rasanya kurang afdal apabila tidak memasukkan nama al-Ghazali di dalamnya. Akan tetapi bila seseorang mau menempatkan al-Ghazali dalam sejarah filsafat Islam, tentu ia harus membuat beberapa catatan. Poin utamanya bahwa al-Ghazali tidak menganggap dirinya filosof dan tidak suka dianggap sebagai seorang filosof. Ini tak hanya menjelaskan…


Kala Literasi

Jl. Pa’ Bentengang No.6, RT.01/RW.08, Mangasa Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221