Ruang Aman bagi Anak dan Perempuan

Tahun 2021 ini merupakan tahun dukacita bagi seluruh bangsa Indonesia. Beberapa kasus yang mencuat di tengah perjalanannya menjadi peringatan akan rentannya tingkat keamanan mereka. Baik yang masih berusia di awal tahun-tahun sekolah ataupun pada mereka yang berusia remaja jelang dewasa. Kejadian yang tidak lagi mengenal batasan ruang dan status pelaku. Ada ayah yang memangsa putrinya, begitupun ada guru yang menerkam murid-muridnya. Sangat jauh dari perilaku dan norma kemanusiaan. Siapa pun akan mengutuk dengan keras aksi-aksi brutal ini.

Jika semua pelaku ini terlacak dan dilaporkan pada pihak yang berwajib, mulai kasus pelecehan hingga tingkat kekerasan, maka tentu jeruji besi sudah tidak lagi mampu menampung mereka. Sayangnya hampir sebagian besar kasus yang terjadi, didiamkan dengan pertimbangan rasa malu dari pihak keluarga korban. Sementara itu efek merusak yang ditimbulkannya terus bergulir dan menghancurkan mental sekaligus masa depan korban. Maka dari itu harapan terbesar seluruh masyarakat ada pada pihak yang berwajib dan aparat hukum lainnya agar diberi ganjaran yang mampu memenuhi rasa keadilan mereka yang tersakiti.

Sembari menunggu tangan-tangan hukum memproses para pelaku, kita sebagai warga masyarakat tentunya tetap mengambil peran penting demi membantu membereskan segala kekacauan yang terjadi serta melakukan tindakan-tindakan antisipatif guna meminimalisir peluang berulangnya tindakan-tindakan bejat tersebut.

Pertama, berikan pendidikan seksualitas sederhana yang mudah dicerna oleh usia anak-anak. Jika perlu lakukan simulasi atau role play dengan mereka. Sertakan penjelasan siapa saja orang-orang yang boleh dan tidak boleh menyentuh bagian tubuh tertentu mereka beserta alasan-alasannya.

Kedua, bangun komunikasi yang terbuka dan akrab dengan anak-anak, sehingga segala sesuatu yang terjadi pada mereka akan diceritakannya pada orangtua atau ibunya, tanpa tekanan rasa takut dan semacamnya.

Ketiga, senantiasa tanamkan dalam pikiran dan pemahaman mereka, bahwa tubuh mereka sangatlah berharga. Oleh karenanya ia perlu dijaga dengan sebaik-baiknya dari tangan orang-orang tak bertanggung jawab.

Keempat, bagi anak-anak remaja, cegah mereka untuk berjalan dan beraktivitas di tempat sunyi yang jauh dari pengawasan orang banyak. Pada poin ini, dibutuhkan hubungan saling percaya tingkat tinggi, dikarenakan pada usia remaja, porsi kepercayaan dan kedekatannya cenderung lebih besar ia berikan pada kelompoknya atau teman-teman sepergaulannya.

Semua yang tertulis di atas adalah hal-hal ideal yang sangat disarankan untuk dilakukan dalam membantu menjaga anak-anak perempuan kita dari segala marabahaya yang sewaktu-waktu dapat menimpanya. Adapun hal-hal teknis yang lebih detail membutuhkan ruang khusus serta pembahasan yang lebih panjang.

Ruang aman internal dan eksternal

Seorang ibu dan perempuan dewasa berasal dari anak-anak. Figur ibu seperti apa jadinya ia kelak, semuanya diawali dari kehidupan masa kecilnya. Maka proses pembentukan menjadi ibu pun dimulai, bahkan jauh sebelumnya, ketika masa pembuahan terjadi. Ritual dan doa-doa yang dipanjatkan ketika itu bertujuan membentuk sosok perempuan dewasa dan ibu yang akan mendidik generasi berikutnya. Orangtuanya tentu memohon terkabulnya harapan akan lahirnya seorang anak yang cantik, sehat, dan berakhlak indah. Jelaslah bahwa peran keluarga sangatlah penting dalam membentuk sosok perempuan dan ibu kelak di kemudian hari. Norma-norma agama dan masyarakat mulai dikenalkan pada saat itu. Begitupun dengan pembentukan konsep diri yang tepat, sehingga menjadi bekalnya dalam mengarungi masa-masa kritis hidupnya. 

Jika pondasi semuanya kokoh, maka selanjutnya ia dapat menyempurnakan atau melengkapinya dengan ilmu-ilmu yang sesuai dengan minat dan pilihan hidupnya. Sungguh amat penting membekali anak dan remaja dengan penanaman citra diri positif, penuh percaya diri, menilai diri sangat berharga, serta memiliki akses  pengetahuan dan hak yang sama dengan laki-laki sebagai sesama manusia dan warga negara.

Selanjutnya, orang-orang yang memiliki cara pandang dan berpikir seperti ini tentu akan bersifat kritis pula pada berbagai hal yang tidak sesuai dengan norma-norma dan etika yang berlaku. Mereka tidak akan mudah termakan dogma dan doktrin yang dijejalkan ke dalam otak mereka, yang boleh jadi justru menjerumuskannya pada situasi-situasi yang berbahaya. Inilah pondasi awal yang semestinya dibangun mulai dari lingkungan keluarga hingga lingkungan belajar di sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya.

Apabila setiap anak sudah mampu melindungi dirinya dari dalam lewat pemahaman utuh tentang jati diri dan keberadaannya, maka ia akan lebih mudah menapakkan langkahnya dalam menjelajahi fase-fase kehidupannya. Ia tidak akan mudah terpengaruh oleh faktor lingkungan dan pergaulan di mana ia berada. Kalaupun ada, porsinya akan sangat kecil. Dengan kepercayaan diri yang tertanam kuat dalam dirinya, ia dapat menentukan tindakan tertentu yang mesti ia lakukan di saat-saat genting.

Adapun faktor eksternal seperti sosok-sosok pelaku tak bertanggung jawab yang berkeliaran di luar sana dengan mengenakan jubah dan atribut agama, tokoh pengajar, polisi, ataupun tokoh pejabat akan bisa dipukul mundur oleh sosok-sosok perempuan berdaya yang tidak akan pernah mengizinkan dirinya dijajah oleh siapa pun.

Dengan cara ini perlahan tapi pasti kita mulai membantu menciptakan ruang aman secara internal dalam diri anak-anak kita, dari rumah, lingkup terkecil kita.

Sumber gambar:

https://lifestyle.okezone.com/read/2018/04/27/196/1892076/5-alasan-kenapa-anak-cewek-lebih-dekat-dengan-ibunya

  • Dalam satu dasawarsa terakhir, Kabupaten Bantaeng telah tampil sebagai barometer gerakan literasi, khususnya di Provinsi Sulawesi Selatan. Ketika kata “literasi” belum sepopuler hari-hari ini, pegiat literasi di Bantaeng sudah bergerilya menyebar benih gerakan literasi yang kini sudah tumbuh subur. Langkah-langkah gerilyanya ketika itu berupa pelatihan kepenulisan, diskusi buku, dan lapak-lapak baca. Di kemudian hari, langkah…

  • Adelio membuka mata ketika menyadari ombak Perairan Cempedak mengombang-ambing tubuhnya. Ia melihat ke bawah dan mendapati kedalaman laut yang tak terhingga. Ia mendongak ke langit, semburat cahaya matahari baru saja hendak menyapanya dari ufuk timur. Ia baru saja menyadari bahwa dirinya telah mengapung semalaman di tengah laut setelah mendapati sebagian kulitnya yang mulai mengeriput. Ia…

  • Buku terbaru Sulhan Yusuf, Gemuruh Literasi: Sederet Narasi dari Butta Toa boleh dibilang sebagai pembuktian, jika usia bukanlah aral melintang bagi seseorang untuk produktif dalam berkarya. Tapi, insight yang diwedarkan Gemuruh Literasi sebenarnya lebih dari itu. Buku ini adalah jawaban bagi rasa penasaran sebagian orang yang hendak mengetahui gerakan literasi Sulhan di Bantaeng. Kerja-kerja kultural yang…

  • Judul tulisan ini saya pinjam dari ungkapan Profesor Cecep Darmawan—dosen saya ketika studi magister beberapa waktu lalu. Beliau guru besar yang egaliter dan seringkali tampil di publik (media dan forum) untuk berbagi gagasan dan pencerahan. Seingat saya ungkapan itu beliau sampaikan saat kami kuliah “Pendidikan Politik Generasi Muda”. Saya terkesan dengan ungkapan itu, selain indah…

  • Membicarakan suatu topik, dalam hal ini filsafat Islam, maka rasa-rasanya kurang afdal apabila tidak memasukkan nama al-Ghazali di dalamnya. Akan tetapi bila seseorang mau menempatkan al-Ghazali dalam sejarah filsafat Islam, tentu ia harus membuat beberapa catatan. Poin utamanya bahwa al-Ghazali tidak menganggap dirinya filosof dan tidak suka dianggap sebagai seorang filosof. Ini tak hanya menjelaskan…


Kala Literasi

Jl. Pa’ Bentengang No.6, RT.01/RW.08, Mangasa Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221