Indonesia kaya akan tradisi dan budaya. Sejak sebelum Islam masuk ke tanah air sudah banyak tradisi dan budaya yang saling kawin mawin dengan agama Islam. Akulturasi bahkan asimilasi banyak yang terjadi. Hal tersebut dikarenakan Islam didakwahkan dengan penuh santun dan menghargai budaya lokal.
Islam masuk ke kerajaan Gowa sekitar abad ke 16 seperti disebutkan oleh Ahmad M. Sewang dalam Islamisasi Kerajaan Gowa: Abad XVI Sampai Abad VII. Banyak tradisi dan budaya besar yang mengalami akulturasi dengan Islam.
Dalam tulisan ini penulis akan memaparkan satu tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat lokal pedesaan. Tradisi tersebut adalah Ulu Ere. Ulu Ere keduanya adalah bahasa Makassar, Ulu berarti kepala, hulu. Sedangkan Ere berarti berair. Ulu ere bisa diartikan sebagai tradisi menjaga irigasi/perairan dengan cara mengunjungi hulu air. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan memastikan kondisi irigasi tetap baik agar air dapat mengaliri area persawahan.
Tidak ada catatan yang pasti sejak kapan tradisi Ulu Ere ini dilakukan. Namun dengan melihat peradaban masyarakat pedesaan yang mengembangkan pertanian dapat dipastikan bahwa Ulu Ere ini asal muasalnya berbarengan dengan aktivitas pertanian yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan.
Lalu bagaimana pandangan Islam dengan tradisi Ulu Ere ini? Menurut hemat penulis budaya dan agama tidak perlu dipertentangkan. Karena pada intinya keduanya mengarah kepada penghormatan kepada Sang Khalik. Kecuali jika tradisi dan budaya tersebut tidak sesuai dengan akidah Islam. Inti dari kegiatan Ulu Ere ini adalah pelestarian irigasi agar tetap bisa berfungsi dengan baik. Selain itu kegiatan mengunjungi hulu air adalah bagian dari penghormatan kepada para sepuh yang telah merintis irigasi pada masa lalu.
Ada ungkapan bahasa Makassar yang berbunyi “kadde tena tu riolo tena nirasai kabajikanga ” (seandainya bukan karena para pendahulu, generasi sekarang tidak merasakan kebaikan ). Maksud dari ungkapan ini adalah bahwa para pendahulu (tu riolota) telah banyak melakukan kebaikan-kebaikan yang kemudian masih bisa dirasakan hingga saat ini, misalnya pembuatan kebun, sawah, irigasi,j alan tani, sumur dan lain sebagainya.
Penggunaan air sangat penting bagi keberlanjutan hidup dalam masyarakat agraris. Oleh sebab itu pemeliharaan irigasi dianggap begitu penting.
Jika melihat nash ada sekitar 200 ayat dalam Al Quran yang membahas tentang air. Di antaranya adalah:
Allah menjelaskan bahwa air (maa’) adalah bahan baku kehidupan.
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ – ٣٠
dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman? (QS. Al-Anbiya’: 30).
Allah berfirman:
ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهٗ مِنْ سُلٰلَةٍ مِّنْ مَّاۤءٍ مَّهِيْنٍ ۚ – ٨
kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani) (QS. As-Sajdah: 8).
Allah berfirman:
هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً لَّكُمْ مِّنْهُ شَرَابٌ وَّمِنْهُ شَجَرٌ فِيْهِ تُسِيْمُوْنَ – ١٠
Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan, padanya kamu menggembalakan ternakmu (QS. An-Nahl: 10).
Dalam hukum Islam, hak dalam memanfaatkan air terbagi menjadi dua kelompok. Pertama, hak untuk konsumsi manusia dan hewan ternak, serta kebutuhan rumah tangga (hak syafah). Kedua, hak penggunakan air untuk pangairan lahan (hak as syurb).
Sedangkan status bagi sungai yang tidak berada dalam kepemilikan pribadi seperti sungai Nil atau Eufrat di Iraq serta mata air di pegunungan, airnya maupun tempat yang dialirinya tidak boleh di miliki oleh siapa saja. Sehingga, setiap orang berhak memanfaatkannya, baik hak syafah (untuk dikonsumsi diri sendiri maupun hewannya) maupun hak syurb (untuk mengairi lahan), juga hak untuk mengalirkannya melalui parit ke lahannya, atau memasang alat untuk mengalirkan airnya ke tanahnya (hak majra). (lihat, Al Muhadzdzab, 1/428).
Proses Tradisi Ulu Ere
Pertama-tama tokoh masyarakat atau tokoh agama (dulu dinamakan pinati ) mengumumkan waktu kegiatan. Biasanya kegiatan ini dilakukan jelang musim tanam padi. Anggota masyarakat yang sawahnya dialiri oleh irigasi tertentu. Setiap irigasi diberi nama sesuai dengan perintisnya, misalnya di desa penulis ada namanya Buakangna Daeng Massa’ artinya irigasi (buakang) tersebut dirintis oleh seorang yang bernama Daeng Massa’.
Kedua setelah waktu ditentukan maka segala kebutuhan yang akan digunakan dalam Ulu Ere pun disiapkan. Di antara kebutuhan itu adalah makanan dan minuman berupa songkolo’, onde-onde, cucuru’, dumpi-dumpi, ayam yang sudah dimasak, ayam yang masih hidup untuk dilepas dihulu sungai.
Kebutuhan selanjutnya adalah mengumpulkan beberapa jenis tanaman tertentu seperti andong, purin, prasman. Tanaman ini dikumpulkan lalu diikat. Biasanya terdiri dari 3 ikat, 5, ikat atau sesuai kebutuhan. Tanaman yang diikat ini nantinya akan disimpan di hulu sawah (ulu galung).
Ketiga setelah semua kebutuhan serta harinya siap maka masyarakat pun berangkat bersama menuju hulu sungai. Rute yang diambil harus melewati sungai sambil bersih-bersih disepanjang aliran sungai. Setelah sampai di hulu sungai maka proses inti Ulu Ere pun dilakukan. Di antara yang dilakukan adalah abbaca-baca (rapal doa) kemudian setelah doa dikirimkan kepada para perintis irigasi maka dilakukan pelepasan seekor ayam jenis burik (jangang buri’). Terakhir adalah nasihat dari pinati untuk menjaga kebersihan irigasi serta melakukan pembagian air dengan baik. Tradisi Ulu Ere ditutup dengan makan-makan.
Setelah dilakukan tradisi Ulu Ere masyarakat yang ikut kemudian pulang dan mendatangi sawah masing-masing sambil membawa tanaman tadi yang sudah diikat. Pada saat meletakkan tanaman tersebut di ulu galung (hulu sawah) dibarengi dengan Al Fatihah dan salawat.
Para pendahulu kita (tu riolota ‘) punya pertimbangan tersendiri dalam memilih beberapa tanaman yang dipakai dalam tradisi Ulu Ere. Tanaman andong, purin dan prasman adalah tanaman yang punya manfaat yang baik secara medis untuk kesehatan. Tanaman ini mungkin dipahami hanya sebagai warisan saja dan sekedar pelengkap tradisi Ulu Ere. Tidak banyak di antara anggota masyarkat yang tahu bahwa secara medis ketiga tanaman ini bisa menyembuhkan penyakit.
Andong bermanfaat sebagai obat kencing berdarah, TBC, nyeri lambung serta haid. Purin bisa mengisap udara kotor, obat sakit perut, gatal, sifilis dan penumbuh nafsu makan. Serta prasman bermanfaat untuk ramuan jamu, obat demam dan mencret dan obat sariawan.
Jadi selain sebagai tanaman pelengkap tradisi agar lebih khidmat, tanaman ini juga baik untuk kesehatan. Melakukan tradisi Ulu Ere sebagai warisan leluhur dalam menjaga irigasi juga upaya untuk melestarikan tanaman herbal.