Membuat Otak Tidak Kedaluwarsa

Saya kira semua profesi ada batas waktunya. Setiap orang tidak akan menjadi penari balet selamanya, atau akan menjadi pegulat profesional seumur hidupnya. Pemain sepak bola seperti Cristiano Ronaldo atau Andry Shevchenko, misalnya, bisa menjadi pemain berbahaya pada usia produktif 24-30 tahun. Ini ukuran rata-rata usia emas pesepak bola profesional. Di luar dari usia itu, pesepak bola sekelas Lionel Messi pun akan terlihat sebagai pemain angin-anginan. Fisiknya akan kalah jika mesti dipakai selama 90 menit pertandingan. Atlet seperti Usain Bolt, yang namanya sohor karena kecepatan larinya, juga sudah akan gantung sepatu jika usianya menginjak kepala tiga. Valentino Rossi yang membuat angka 46 menjadi iconik, toh akhirnya juga tidak akan menjadi penunggang motor terus-terusan. Di atas lintasan, selalu akan ada talenta-talenta muda lebih energik dan berani bakal menggeser posisinya.

Tubuh ibarat mesin memiliki masa usia produktif. Setiap pekerjaan yang mengandalkan kinerjanya akan mencapai batas ambyar. Tapi, masih lebih mending mesin mekanik dibanding mesin organik manusia. Jika mesin kendaraan sehari-hari yang Anda pakai ke sekolah, atau ke kantor mengalami kerusakan, komponen-komponennya bisa Anda ganti. Anda bisa menukar businya kalau mengalami gangguan kelistrikan, atau untuk menghasilkan pembakaran optimal, karburatornya bisa Anda preteli. Apabila menginginkan hasil yang lebih bertenaga, Anda dapat mengganti keseluruhan mesinnya, meski itu sama saja seperti Anda membeli kendaraan baru.

Dunia kedokteran sudah demikian maju, sampai-sampai seorang dokter dapat bekerja seperti seorang montir. Seonggok tubuh sama seperti seperangkat mesin motor. Jika seseorang mengalami gangguan ginjal, dengan teknik transpalantasi, ginjal dari seseorang  tidak dikenal bisa Anda gunakan di dalam tubuh Anda. Seseorang yang mengalami kebutaan, dengan bantuan pekerjaan seorang dokter di atas meja operasi, membuat orang buta, setelah operasinya berhasil, dapat melihat keindahan dunia, dan tentu saja keburukan yang juga ada di dalamnya.

Meski demikian, kinerja komponen mesin tubuh jika sudah mengalami pergantian tidak akan sesempurna aslinya. Setiap olahragawan pasti mengetahui faktor penting ini: di akhir dekade 90-an dunia sepak bola terperangah dengan seorang anak berusia 20 tahun, yang bermain di tim elite Eropa pertamanya sejak hengkang dari PSV Eindhoven: Barcelona. Ronaldo Luis Nazario de Lima, saat itu berhasil mengoleksi 47 gol dari 49 penampilan selama musim 1996-1997 di Barcelona.  El Phenomenon demikian julukannya, bagai pemain kesetanan saat menggocek kulit bundar. Kedua kakinya seolah-olah diciptakan hanya untuk dua hal saja: berlari dan berkelit di antara kaki-kaki lawannya. Di atas lapangan hijau sang Phenomenon berubah bagai penari sambo samba, yang kaki-kakinya lentur dan tangkas sekaligus. Barcelona dan Inter Milan adalah dua klub Eropa yang merasakan sentuhan tarian samba ala Ronaldo.

Tapi, setelah ia mengalami cedera lutut, terutama pasca Piala Dunia 1998, performanya menurun. Meski setelah itu ia menjadi pemain berbahaya saat berseragam Real Madrid, tetap saja ia bukan lagi Ronaldo sama seperti saat ia bermain di Barcelona. Gocekannya boleh saja masih aduhai, tapi kaki-kakinya tidak bisa berbohong. Kaki pesepak bola pasca operasi sudah pasti akan mudah aus jika dipakai dengan intensitas tinggi. 

Ada anekdot, di masa depan kalau menjadi barang dagangan, otak orang Indonesia akan menjadi komoditas dunia bernilai tinggi. Bisa saja setengah kilonya setara dengan Saffron, rempah tertinggi harganya di dunia saat ini (US$ 1.000/0,5 kg atau sekitar Rp 14,2 juta/0,5 kg). Jika rata-rata otak manusia dewasa seberat 2,7 kg dikalikan harga setengah kilo Saffron, harga otak orang Indonesia bisa mencapai 75 juta lebih. Dengan harga seperti ini, otak orang Indonesia jauh lebih mahal dibandingkan harga perbarel minyak mentah yaitu 1.327.199 rupiah per barel (kurs Dollar saat ini).

Jadi, sama seperti saat membeli ikan segar, karena jarang digunakan, otak orang Indonesia masih akan jauh lebih mahal jika ia belum berbau amis dan pejal. Dibandingkan otak dari negeri-negeri lain, otak Indonesia jaminan mutu.

Tapi, anekdot itu sesungguhnya menyesatkan. Neurosains telah membuktikan dari sejumlah organ manusia, hanya otak lah satu-satunya milik kita yang akan tampak lebih baru meski ia berkali-kali dipakai. Jantung, paru-paru, limpa, atau bahkan telinga akan tidak berguna seiring usia Anda menjelang renjana. Semua organ-organ yang melekat dalam tubuh akan tinggal pajangan saja. Seperti gas air mata si tua yang mulai rabun, perannya lamat-lamat mulai kedaluwarsa.

Lalu dengan apa otak akan terus menjadi baru dan semakin tajam? Berpikir. Berikutnya jika ia digunakan untuk menganalisis, mengurai, memperdalam, dan memecahkan masalah. Karena itu tubuh manusia mengandung paradoks. Tidak seperti organ tubuh lain disfungsi seiring bertambahnya usia, otak justru seperti mengalami hukum perkembangannya sendiri. Ia akan makin berkembang kalau dipakai berpikir.

Ahli neurologi bersepakat, otak manusia dibandingkan binatang merupakan jaringan otot prematur. Meski demikian, otak manusia terdiri dari 100 miliar neuron, yang setiap dari ujungnya memiliki serabut sinapsis dengan menyimpan banyak reaksi kimiawi setiap kali seseorang mendapatkan informasi. Ibarat jembatan, jaringan sinapsis inilah yang akan menghubungkan setiap ujung neuron dengan neuron lainnya, antara satu informasi dengan informasi lainnya. Ajaibnya, jaringan sinapsis akan terus tumbuh menyerupai serabut akar setiap kali manusia menemukan pengalaman baru dalam hidupnya. Konon jika jaringan neuron seseorang dibentangkan, ia bisa setara jarak Jakarta sampai New York. Bentangan ini masih bisa lebih panjang lagi kalau seseorang sehari-hari menggunakan otaknya dengan baik.

Terkait otak, Eleanor Maguire, dikutip Detik.com, seorang neuroscientist dari University College London (UCL) menunjukkan hasil penelitian cukup menarik. Ia menemukan relasi antara kekusutan peta jalan kota London, Inggris, dengan pertumbuhan hipokampus, bagian otak di lobus temporal para sopir taksi yang menjadi subjek penelitiannya. Kota London tidak seperti New York atau Paris yang peta jalannya dibuat saling sejajar atau mengikuti pola arah jarum jam, melainkan saling berkelindan menyerupai benang kusut. Karena itu para sopir taksi di kota London terlatih berpikir taktis untuk mencari rute singkat antara dua lokasi. Dengan kemampuan navigasi, mereka menghafal 25.000 jalan menyerupai labirim, ribuan tempat-tempat wisata, dan titik-titik terminal kereta api. Hasilnya setelah diteliti selama empat tahun, para sopir taksi kota London memiliki hipokampus lebih besar dari orang lain. Mereka dengan lain kata, memiliki pusat-pusat memori tempat menyimpan ingatan lebih besar dibandingkan orang lain, yang menjadi fungsi hipokampus.   

Ahli otak menyebut hipokampus berbentuk menyerupai kuda laut, ia kecil dan kenyal, tapi dapat tumbuh berkali-kali lipat jika seseorang menggunakan otaknya untuk memecahkan masalah spasial, navigasi, atau menghubungkan titik-titik rumit informasi yang saling tumpang tindih seolah-olah sulit diuraikan. Orang-orang Indonesia, terutama di kota besar seperti Jakarta atau Surabaya, kemungkinannya memiliki hasil sama seperti para sopir taksi yang hidup jauh di London, yaitu memiliki volume hipokampus lebih besar dibandingkan dengan orang lain. Ditambah kemacetan, pengendara ugal-ugalan, jalur jalan  tikus, dan gang-gang penghubung, membuat hipokampus masyarakat perkotaan menjadi sebesar kunyit kering.

Sejarah pemikiran mencatat kelahiran filsafat lahir dari masyarakat Yunani penyuka berjalan kaki. Orang Yunani melakukan segalanya di luar, berjalan kaki, dan menganggap rumah hanya seperti asrama ketimbang tempat tinggal. Mereka akan lebih mudah ditemui di agora, alun-alun, gimnasium, atau sedang mengelilingi perbukitan di sekeliling kota. Saat kota mereka hancur pasca melawan Persia, sarana publik paling pertama kali diperbaiki adalah agora; suatu tempat berkumpul warga polis yang bisa menjadi apa saja. Di Athena, kebebasan dan kesenangan bertemu banyak orang dapat dilihat dari semrawutnya jalanan kota. Ibarat labirin yang membingungkan tapi memberi sensasi kebaruan, setiap orang tidak akan menduga dengan siapa bakal bertemu di ujung jalan kelak, di mana mereka akan bertemu, dan apa yang bakal mereka bicarakan jika segalanya menjadi mungkin dan baru.

Kata Eric Weiner, penulis The Geography of Genius, rahasia kegeniusan orang Yunani adalah perang, dan…, kesemrawutan jalanan mereka. Sementara kata psikolog Standford University, Marily Oppezo dan Daniel Schwartz, kreativitas orang Yunani tidak berasal melalui permenungan yang lahir dari kursi tempat duduk mereka, melainkan dari kesenangan mereka berjalan kaki.

Sejak saya memulai tulisan ini, saya berhipotesis pekerjaan yang bisa dilakukan sampai akhir hayat adalah penulis. Apalagi penulis yang menyukai berjalan kaki, seperti yang banyak dilakukan para pemikir besar dunia. Salah satu yang saya ingat adalah Friedrich Nietzsche, yang menyukai area perbukitan gunung Alpen Swiss, kemudian Mahatma Gandhi, yang bahkan menggunakan berjalan kaki untuk memprotes kolonialisme Inggris. Lalu, Immanuel Kant, lalu Jean Jasques Rosseau, dan yang lain adalah Henry David Thoreau, penulis dan filsuf asal Amerika Serikat.

Sekarang, saat organ tubuh kita lebih banyak berdiam tidak digunakan menurut tujuannya, dan dari waktu ke waktu akan menggelambir sama seperti kulit kering markisa, Anda perlu mempertimbangkan untuk menulis sesuatu, yang membuat otak Anda makin produktif. Saya baru saja gugling, setelah penasehat keuangan, profesi yang bisa Anda lakukan hingga akhir hayat adalah penulis, itu jika Anda tidak ingin menjadi guru, atau seorang apoteker. Dua jenis pekerjaan lain yang bisa Anda bawa sampai mati.

  • “Cabutlah pohon perkawinan dengan sekop kegadisan.” Entah sudah beberapa kali kejadian silariang (kawin lari)di kampung kami terjadi. Sebulan lalu, tiga anak gadis silariang, minggat dari mukimnya, pergi jauh meninggalkan kampung halaman, bersama lelaki idamannya. Konon ceritanya, pasangan muda-mudi sedang dirundung kasmaran itu, tidak mendapat restu orang tuanya. Akhirnya, silariang menjadi jalan pintas, pilihan satu-satunya. Tentu,…

  • “Butuh seratus tahun lagi melihat seorang pesepak bola seperti Lionel Messi,” kata teman saya, yang saya tahu merupakan penggemar berat Inter Milan. Kami berdiskusi tentang piala dunia, aktivisme kemahasiswaan, dan sekelumit masalah dalam dunia akademik. Tidak lama, tapi tidak bisa juga dibilang singkat. Dan, setelah itu tidak ada euforia, setidaknya yang ditunjukkan olehnya, dan juga…

  • Piala Dunia Qatar 2022 menjadi hipotesa gelaran Piala Dunia sebelumnya. Tapak itu bisa dimulai dari semua tahapan gelaran, juga bisa mengambil perbandingan satu periode. Umpamanya saja, Piala Dunia 1986 di Mexico. Di Piala Dunia Qatar tak bisa lagi ada gol tangan tuhan karena wasit sudah membekali diri Video Assistant Referee (VAR). Wasit akan menghentikan pertandingan…

  • “Zaman sekolah dulu, guru sangat ditakuti dan dihormati, dulu kami benjol dipukul guru karena kami nakal, boro-boro lapor polisi, lapor orang tua malah kita tambah benjol, tapi kami tidak cengeng dan menerima “hajaran” guru tersebut, beda sama zaman sekarang.” Begitu bunyi unggahan akun Instagram sandiwarapemuda yang pengikutnya mencapai 260 ribu, caption-nya tentu saja Selamat Hari…

  • Di homeschooling tempat dulu saya bekerja, kegiatan konseling sebaya menjadi tempat untuk melihat lebih dekat karakter murid. Setelah mereka melakukan proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di kelas, semuanya berkumpul dalam satu ruangan tertutup dengan fasilitas kelas pada umumnya, ada AC, papan tulis, meja, dan kursi belajar. Lalu bagian konseling memandu para murid, termasuk saya ikut…


Kala Literasi

Jl. Pa’ Bentengang No.6, RT.01/RW.08, Mangasa Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221