Jujur Itu Indah

Baru sepekan dimutasi bekerja di sebuah tempat berketinggian delapan ratus meter lebih dari permukaan laut. Tentu cuacanya dingin dengan berbagai variable lain menghiasi daratan setinggi itu. Seperti kabut yang nyaris tak hendak beranjak setiap hari. Curah hujan yang cukup tinggi dan intens. Dalam suasana itu hari-hari kumulai kukayuh untuk sesuap nasi dan dedikasi untuk keluarga tercinta.

Pekan pertama kudapati sebuah fenomena yang menurutku cukup menarik. Yakni seorang petugas kebersihan berjenis kelamin perempuan bertubuh tambun, lazim disebut office boy walau petugas sesungguhnya adalah perempauan. Selain berprofesi sebagai office boy beliau juga mencari nafkah sampingan dengan berjualan penganan ringan dan setengah berat. Mulai dari cemilan, kue-kue basah, dan mie siram. Bukan jualannya yang menarik tapi cara melakunya. Jualannya dihampar saja di salah satu sisi dari pantri dan dapur kantor tanpa perlu dia jaga atau tongkrongi. Para karyawan yang jumlahnya cukup banyak bebas mencicipi penganan yang tersaji tanpa kesepakatan awal dan mengalir saja. Nanti jelang pulang kantor di sore hari barulah para pencicip membayar penganan yang disesapnya.

Kala kutanya si Ibu office boy dan penjaja penganan itu, apakah tidak pernah tekor, karena ada yang tidak bayar, baik tidak disengaja maupun disengaja? Dijawabnya santai dan sumringah, tidak, bahkan selalu lebih karena diantara pencicip itu ada yang sengaja melebihkan pembayarannya. Kejujuran dan ketulusan padu-padan di ruang itu. Ibu, Sang offce boy itu memulai usaha kecil-kecilannya dengan prasangka baik dan ketulusan yang penuh disambut dengan gempita kejujuran yang riuh di hening-hening batin bening. Fenomena kecil yang menggetarkan. Aku bangga menjadi bagian dari mereka di kerumunan pekerja profesional yang rata-rata berusia belia. Mempraktekkan laku jujur yang indah walau dalam skala kecil. Tapi, bukankah memulai sebuah kejujuran di ranah kecil dan sinambung adalah keindahan tiada tara?

Di negeri ini, sikap jujur sudah mulai menjadi laku langk aapatah lagi bila menengok keatas di ruang para elit. Di ruang-ruang menara gading. Di ruang-ruang menina bobokkan hingga tak hentinya mabuk dan lupa diri. Dari situlah muasal ketidakjujuran berkecambah meruahi hati dan sikap para pongah dan tamak. Kejujuran, tidak bermukim di lidah pun di simbol-simbol tapi di hati dan diimplementasikan di laku. Dalam terminologi falsafah Bugis dibilangkannya “seddi’ adanagau” satunya kata dan perbuatan yang dimulai dari hati yang jernih. Sikap itu yang tak dimiliki oleh banyak elit. Sangat mudah mengumbar kebajikan yang terkesan jujur di ranah publik tapi di baliknya dalam kurun waktu yang tidak terlampau lama semua menguar bak pencaran air terjun menerpa batu cadas di bawahnya terkuak ketidak-jujuran yang selama ini berselimut di hati kecilnya.

Menurut Albert (2011) kejujuran adalah mengakui, berkata atau memberikan sebuah informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran. Kejujuran tidaklah selalu tepat arti harfiahnya dalam arti memiliki batasan-batasan dan lebih bersifat kondisional dalam aplikasinya sepanjang tidak keluar dari tujuan dan makna dasar. Jujur adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur tersebut. Dengan memahami makna jujur maka mereka akan dapat menyikapinya. Namun masih banyak yang tidak tahu samasekali dan ada juga hanya tahu maknanya secara samar-samardan atau pura-pura tidak tahu. Indikator kearah itu adalah masih saja banyak orang belum jujur tinimbang yang telah jujur.

Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Bila seseorang berhadapan dengan sesuatu atau fenomena maka seseorang itu akan memperoleh gambaran tentang sesuatu atau fenomena tersebut. Bila seseorang itu menceritakan informasi tentang gambaran tersebut kepada orang lain tanpa ada “perubahan” (sesuai dengan realitasnya) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan jujur. Kejujuran adalah kunci untuk membangun kepercayaan. Sebaliknya, berbohong dapat menghancurkan kehidupan seseorang. Biasakanlah selalu jujur mulai dari hal yang paling sederhana dan kecil. Kita harus jujur kepada siapapun meski terhadap anak kecil sekalipun.

Individu yang jujur adalah individu yang mampu menghargai apa yang dimiliki. Hati yang jujur menghasilkan tindakan-tindakan yang jujur. Jika kejujuran sudah ada dan melekat pada diri individu maka akan mendatangkan banyak hal yang positif. Individu tidak akan berfikir untuk melakukan hal yang curang.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa apa yang disebut dengan sikap jujur adalah sebuah sikap yang selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokan antara informasi dengan fenomena atau realitas. Dalam agama Islam sikap seperti inilah yang dinamakan shiddiq. Makanya jujur itu ber-nilai tak terhingga.

Franz Kafka (1883 – 1924) penulis Jerman, mengatakan “Mulailah dengan apa yang benar bukan dengan apa yang bias diterima. Karena yang benar itu membentuk karakter”.

 

Sumber foto: Facebook Abdul Rasyid Idris, di Rumah Kopi Billy.

 

 

 

 

 

  • (Suatu Tinjauan Sosiologi Kekerasan) Kawasan Timur Tengah kembali memanas pasca kelompok Hamas Palestina menggencarkan serangan mendadak ke Israel tidak jauh di perbatasan Gaza, Sabtu (7/10/23) dini hari waktu setempat. Akhir pekan yang berubah mencekam, karena serangan ribuan nuklir itu tepat ditujukan ke Tel Aviv dan Yerusalem, menembus sistem pertahanan Iron Dome menghancurkan banyak bangunan. Frank…

  • Aktivitas manusia di era sosial media adalah produksi dan distribusi konten. Konten quote-quote adalah konten yang paling banyak berseliweran. Quotation adalah sebuah kalimat atau syair pendek yang disampaikan dalam rangka memberi makna ataupun mengobati perasaan derita dalam hidup. Penderitaan divisualisasikan dan didistribusikan melalui quote pada jejaring sosial media dalam upaya agar setiap orang diharapkan dapat…

  • “Saya tidak memikirkan representasi kecantikan yang lebih baik daripada seseorang yang tidak takut menjadi dirinya sendiri.” Pernyataan Emma Stone ini memberi sugesti pada saya betapa cantiknya seorang perempuan yang dikisahkan oleh dosen-dosen filsafat, dan yang digambarkan dalam film Agora yang pernah saya tonton. Sekitar 8 Maret 415 Masehi, kota Alexandria (Mesir) telah menjadi saksi bisu…

  • “Cita-cita kamu apa?” Ini adalah sepenggal pertanyaan yang begitu membosankan bagiku. Aku masih, dan selalu ingat. Betapa orang-orang sering mengajukannya kala aku masih di Taman Kanak-Kanak. Mulai bapak dan ibu. Tante dan om. Nenek dan kakek. Juga sepupu yang usianya terlampau jauh di atasku. Di sekolah pun demikian. Para guru kerap melontarkan deretan kalimat ini.…

  • —mengenang 3 tahun kepergian Sapardi Djoko Damono SEJAK baheula manusia dikepung puisi. Sekira tahun 1.700 Sebelum Masehi di India, puisi sudah tengger di naskah kuno Veda dan Gathas. Puisi adalah ekspresi artistik mengenai pesona diri dan hidup. Ibarat bakul puisi mewadahi “benak” penyair, yang diperah dari peng-alam-an: imajinatif, emosional, dan intelektual—peng-alam-an ini dipahat penyair pada…


Kala Literasi

Jl. Pa’ Bentengang No.6, RT.01/RW.08, Mangasa Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221