23 Pada Manusia dan 24 Pada Kera

Manusia dengan segala sifat mulia yang dimilikinya masih menyimpan unsur-unsur primtif dalam tubuhnya yang diwarisi dari leluhurnya yang paling sederhana” (Charles Darwin).

Kira-kira begitu yang dibilangkan Charles Darwin dalam buku berjudul “Genom” (Kisah Spesies Manusia Dalam 23 Bab) ditulis oleh Matt Ridley. Saya akan meminjam istilah dari Matt Ridley yang menceritakan kromosom pertama manusia membahas “tentang kehidupan”.

Pada tahun 1794 cucu dari Charles Darwin bernama Ersamus Darwin pernah mengeluarkan sebuah spekulasi yang mampu menghebohkan dunia pada masa itu. Karena simpulannya secara tegas bahwa semua makhluk hidup memiliki asal usul yang sama. Enam puluh lima tahun sebelum cucunya Charles menulis buku tentang topik tersebut sebenarnya manusia pada awalnya terbentuk dari seutas benang. Namun, karena penggunaan kata benang pada saat itu sangat tidak lazim. Akhirnya, pernyataanya ini sempat dianggap nyeleneh dan dianggap omong kosong belaka. Padahal, sudah jelas rahasia kehidupan tersimpan dalam seutas benang.

Kita mungkin akan bertanya bagaimana seutas benang dapat membuat sesuatu menjadi hidup? Matt Ridley mendaku sebuah kehidupan sejatinya bukanlah sesuatu yang mudah didefinisikan, tetapi hidup terdiri dari dua keterampilan sangat berbeda: kemampuan melakukan replikasi dan kemampuan menciptakan urutan. Makhluk hidup menghasilkan salinan tepat atas jenisnya masing-masing.

Analoginya cukup sederhana, kucing akan menghasilkan kucing, apel akan menghasilkan apel, dan manusia akan menghasilkan manusia. Akan tetapi, kucing dan manusia akan berbuat lebih dari itu. Manusia akan memakan buah-buahan atau nasi, kemudian mengubahnya menjadi daging. Dalam proses ini manusia tersusun teratur dan kompleks. Selain itu, saya juga sejalan dan sepaham dengan pandangan Erwin Schoridinger yang mengatakan manusia hidup dengan cara meminum keteraturan dari lingkungan sekitarnya.

Hal terpenting untuk kedua ciri ini, yaitu “informasi”. Kemampuan manusia melakukan replikasi dimungkinkan karena ada resep informasi yang diperlukan untuk menciptakan satu tubuh baru. Secara sederhana manusia lahir di muka bumi ini membawa banyak sekali informasi rahasia, berupa sandi yang kita sebut dengan “kode genetik”. Kita pasti sudah tidak asing dengan ungkapan “buah durian jatuh tidak jauh dari pohonnya” maknanya anak yang lahir memiliki kebiasaan/sikap tidak jauh dari orang taunya.

Seorang filsuf Yunani Aristoteles mengatakan “konsep” seekor anak ayam tersirat dalam sebutir telur. Ketika presepsi Aristoteles yang masih samar-samar mengenai teori informasi. Dalam temuan genetika modern, Max Delburck melontarkan gurauan sebenarnya tokoh pemikir Yunani itu, selayaknya dianugerahi penghargaan Nobel sebagai penemu DNA. DNA merupakan informasi atau sebuah pesan yang ditulis menurut suatu kode kimia, satu zat kimia untuk tiap huruf.

Saya tidak bermaksud menyamakan kemampuan replikasi manusia dan hewan. Kita pasti pernah mendengarkan teori Charles Darwin yang mengatakan manusia berasal dari kera. Pendapat Darwin jika digiring dalam telaah ilmiah modern telah menuai problematik. Baik ditilik dari sisi sains maupun agama. Tentu manusia tidak ingin disamakan dengan makhluk primata ini. Tentu saja banyak perbedaan antara kita semua dan seekor simpanse. Dari pandangan fisik saja sudah banyak bedanya, cetus kita semua jika dipaksa berdebat secara awam.

Saya akan menjelaskan lebih jauh intruksi digital linear dapat mengarahkan 2% perbedaan tubuh manusia dan tubuh simpanse. Pada tahun 1921 seorang ilmuwan berasal dari Texas Theopilius Painter mengemukakan sesungguhnya manusia memiliki dua puluh empat kromosom. Beberapa ilmuwan juga mengulang eksperimennya dengan cara berbeda. Semua sepakat mengatakan bahwa kromosom manusia ada dua puluh empat. Selama tiga puluh tahun tidak seorang pun berhasil membantah fakta-fakta tersebut.

Pada tahun 1955, sesorang berkebangsaan Indonesia bernama Joen-Hin Tjio melakukan perjalanan ke Spanyol dan Swedia  untuk bermitra dengan Albert Levan, kebenaran mulai terungkap. Ia hanya menemukan dua puluh tiga pasang kromosom pada manusia. Ia melakukan hitungan gabungan, ternyata pada dua kromosom kera menyatu menjadi satu buah kromosom. Memang agak mengejutkan ternyata manusia tidak memiliki dua puluh empat kromosom. Simpanse memiliki dua puluh empat kromosom. Di bawah mikroskop perbedaan paling mendasar antara manusia dan kera, yaitu kita kekurangan kromosom.

Dalam upaya matian-matian membela spesies manusia Pakar Astronomi zaman Victoria, Sir Richard Owen pernah mengatakan bahwa hipokapmus minor adalah lobus otak hanya ada pada otak manusia, maka pastilah itu tempat bersemayamnya otak. Ia tidak dapat menemukan hipokampus minor dalam otak gorilla yang baru di bawah dari Kongo dari seorang petualang bernama Paul dan Caillu. Hal tersebut secara gamblang telah menggambarkan manusia merupakan ciptaan Tuhan paling sempurna.

Secara terang-terangan kita akan terkagum dengan satu buah kromosom telah mampu membedakan kita dengan seekor kera. Dan akan mendudukkan manusia pada tahta tertinggi di antara semua makhluk hidup. Alhasil secara ekologis manusia adalah makhluk sukses. Kita merupakan makhluk paling berlimpah di bumi ini. Spesies manusia telah membuktikan kemampuan menakjubkan untuk menaklukkan dingin atau panas, kering atau basah, dataran rendah atau dataran tinggi. Kemampun merefleksikan kisah hidupnya adalah sebuah rentetan cerita sukses manusia yang tidak dimiliki makhluk hidup lainnya. Kebalikannya gorilla dan sejenis primata bertubuh besar di muka bumi ini jumlah mereka tidak sampai seribu ekor. Kita terlahir telah dibekali kemampuan replikasi dan menciptakan urutan, dan akan menunjang manusia untuk berkisah di kehidupannya.

Manusia memang sungguh mesin biologis paling penting di planet ini. Manusia dilahirkan untuk mendengar, kemudian berbicara, selanjutnya berpendapat. Binatang bisa saja mendengar, tetapi tidak bisa berpendapat. Karena itu freedom to speak and freedom to express adalah inensitas manusiawi. Menolak kedua ini sama artinya mendudukan manusia setara dengan binatang. Saya akan mengutip perkataan Pinkola Estes seseorang yang berprofesi sebagai psikolog dan psikiatri. Ia membilangkan, bersama tulang dan otot manusia akan bergerak dari satu espisode ke episode selanjutnya di masa depan. Begitupun serangkaian gen-gen manusia akan terus bergerak menyingkap sandi-sandi rahasia, dan rekaman memori manusia. Akan tetapi sebagai makhluk sukses kita masih pesimis sekali soal masa mendatang. Walupun untuk saat ini kita memang sukses.

 


Sumber gambar: https://nationalgeographic.grid.id/read/13292678/manusia-hanya-menggunakan-kurang-dari-10-persen-dna-nya

  • Rumah Jiwa   Aku tempat kau istirahat Rawatlah aku dari segala debu-debu yang menempel Jangan biarkan aku kotor, agar kau betah berteduh Dari segenap kerisauan duniawi   Pintu rumahku selalu terbuka lebar Tapi kau jarang sekali masuk untuk sekedar meneguk segelas air atau menyapu kamar tidurmu   Aku rumahmu yang sejuk, sesekali ingatlah Siramilah rumput-rumput…

  •  Cahaya Malam   Seperti kunang-kunang di malam hari perempuan itu berteman ajal kala anaknya tertidur sendiri disibakkannya tirai labirin pembakar mimpi Menjelma begitu abadi dalam sepi   Ia menggerutu akan pilu yang semakin menggebu demi sekolah putrinya, ia menjadi mayat yang terasing bisu Menguyupi jalanan,  menderakkan cumbu satu persatu Mengutuki kaum berdasi yang sedang riuh…

  • “Hidup adalah soal keberanian menghadapi yang tanda tanya, tanpa kita mengerti, tanpa bisa kita menawar. Terimalah dan hadapilah”   “Tetapi kenang-kenangan demonstrasi akan tetap hidup. Dia batu tapal daripada perjuangan mahasiswa Indonesia, batu tapal dalam revolusi Indonesia dan batu tapal dalam sejarah Indonesia. Karena yang dibelanya adalah keadilan dan kejujuran” —Soe Hok Gie—   Apa…

  • Senja mulai menyapa, ketika aku memasuki gerbang kabupaten Bantaeng. Betul kata orang-orang yang pernah melintas, atawa bertandang di kabupaten ini, bahwa sangat terasa perubahan suasana, apabila kita beralih dari kabupaten sebelumnya, dan memasuki kabupaten yang luasnya, paling kecil di Sulawesi Selatan ini. Susana bersih dan teduh, oleh julang pohon-pohon, yang mengitari jalan, menyambut para pejalan,…

  • “Hidup tanpa perenungan tak layak dijalani” -Sokrates Pada suatu hari saya duduk di lobi fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Alauddin Makassar, bersama beberapa orang yang tidak saya kenal. Saya duduk dengan posisi sangat berdekatan disebabkan tempat duduk lobi tersebut terbatas. Dalam waktu sekitar 2 jam duduk bersama, kami tidak pernah saling menyapa. Semua sibuk dengan aktivitasnya,…


Kala Literasi

Jl. Pa’ Bentengang No.6, RT.01/RW.08, Mangasa Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221